BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Secara pragmatis, teori belajar
merupakan prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan
merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan
peristiwa belajar.
Terjadinya interaksi antara mengajar dengan
belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja
atau tidak, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi pendidik
walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga
melakukan belajar.
Di dalam kelas ada berbagai cara atau
bentuk pembelajaran yang biasa digunakan oleh para pendidik seperti
pembelajaran yang menekankan latihan, hafalan, pengulangan, pemahaman, dan lain
sebagainya. Cara atau bentuk pembelajaran bersumber dari teori atau konsep
psikologi tertentu. Dalam psikologi belajar dikenal beberapa aliran yang
masing-masing mempunyai konsep atau teori tersendiri tentang pembelajaran.
Setiap teori pun mempunyai implikasi tersendiri dalam penyusunan kurikulum.
Dengan demikian, agar seorang
pendidik mempunyai wawasan yang lebih luas tentang teori pembelajaran, maka
konsep atau teori pembelajaran tersebut harus diketahui dan dikuasainya lebih
mendalam. Hal tersebut dimaksudkan dalam kegiatannya dapat memperoleh hasil
lebih optimal sebagaimana yang diharapkan.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan
beberapa teori dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang meliputi;
teori fitrah, teori koneksionisme, teori psikologi daya, dan teori gestalt.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
makalah ini akan membahas tentang teori-teori belajar dalam pembelajaran PAI,
dengan berpijak pada sub pokok masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengertian teori dan definisi belajar dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam
2.
Apa saja teori-teori belajar dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori dan Definisi
Belajar dalam Pembejaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Teori
Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, teori dalam
konteks pendidikan, dapat dipahami dalam dua perspektif, yaitu:
Pertama, "teori" dipergunakan
oleh para pendidik untuk menunjukkan hipotesis-hipotesis tertentu dalam rangka
membuktikan kebenaran-kebenaran melalui ekspresimentasi dan observasi serta berfungsi
menjelaskan pokok bahasanya.
Menurut Nujayhi, seorang ahli pendidikan
Mesir Kontemporer merefleksikan ketika mengatakan, bahwa
perkembangan-perkembangan dibidang psikologi eksiperimental membawa kesan-kesan
ke dalam dunia pendidikan, sebagaimana yang terdapat pada bidang ilmu
pengetahuan khusus.
Kedua, "teori" menunjuk kepada
bentuk asas-asas yang saling berhubungan yang mengacu pada petunjuk
praktis.
Dalam pengertian ini, bukan hanya mencakup
pemindahan ekspalanasi fenomena yang ada, namun termasuk di dalamnya mengontrol
atau membangun pengalaman.
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno, teori merupakan seperangkat proposisi yang di dalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur, dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variabel yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis, dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno, teori merupakan seperangkat proposisi yang di dalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur, dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variabel yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis, dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.
Dari pandangan Hamzah tentang teori
di atas, maka akan tergambar bahwa teori merupakan sebuah sistem yang dapat
diuji kebenarannya oleh siapapun dan terbuka untuk dikaji ulang dalam
perspektif yang sama, dan mungkin dapat digantikan dengan sistem baru, yang
sudah mengalami kajian dan penelitian lain.
Dalam pendidikan agama Islam, nilai-nilai
al-Qur'an merupakan elemen dasar dalam kurikulum dan lembaga pendidikan, tidak
boleh tidak, harus perhatian membawa peserta didiknya sesuai dengan nilai-nilai
Qur'ani tersebut. Praktik-praktik harus dilakukan oleh para pendidik dan
pertimbangan-pertimbangan nilai tidak dapat terbatasi dengan
penelitian-penelitian ilmiah melulu.
Selanjutnya apabila menerima teori ilmiah
sebagai paradigma bagi teori pendidikan dengan meninggalkan fakta-fakta
metafisika dari al-Qur'an, maka ilmu pengetahuan demikian hanya berkenaan
dengan obyek-obyek yang dapat diamati dengan panca indra. Ini berarti, teori
ilmiah tidak dapat meliputi unsur yang tidak dapat diamati dan diuji secara
ilmiah.
2. Definisi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
secara etimologis belajar memiliki arti "berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu". Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah
kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.
Hilgard sebagaimana dikutip Wina Sanjaya menulis bahwa learning is the process by wich an activity originates or changed through training producers (wether in the laboratory or in the natural enviorenment). Bagi Hilgard, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik melalui kegiatan berupa pelatihan baik di laboratorium maupun di lingkungan yang alamiah. Hal ini dimaksudkan bahwa dari manapun sumber perubahan itu asalkan melaui pelatihan maupun pengalaman dapat dikatakan sebagai kegiatan belajar, dan yang penting untuk proses perubahan tingkah laku ini ditimbulkan sebagai akibat adanya interaksi dengan lingkungan sekitar.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.
Hilgard sebagaimana dikutip Wina Sanjaya menulis bahwa learning is the process by wich an activity originates or changed through training producers (wether in the laboratory or in the natural enviorenment). Bagi Hilgard, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik melalui kegiatan berupa pelatihan baik di laboratorium maupun di lingkungan yang alamiah. Hal ini dimaksudkan bahwa dari manapun sumber perubahan itu asalkan melaui pelatihan maupun pengalaman dapat dikatakan sebagai kegiatan belajar, dan yang penting untuk proses perubahan tingkah laku ini ditimbulkan sebagai akibat adanya interaksi dengan lingkungan sekitar.
Reber, penyusun buku Dictionary of
Psychology, sebagaimana dikutip Muhibbin Syah, membatasi pengertian belajar
dalam dua definisi, yaitu: Proses memperoleh pengetahuan, dan suatu perubahan
kemampuan bereksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat.
Sedangkan dalam perspektif agama Islam,
belajar sebagai aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
sebagai kewajiban setiap individu Muslim-Muslimat dalam rangka memperoleh ilmu
pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Allah berfirman dalam QS.
Al-Mujadalah /58: 11
… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…
Di sisi lain, Allah SWT, melalui Rasul-Nya menganjurkan orang Islam belajar hingga ke negeri China dan memerintahkan supaya menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahat, menunjukkan bahwa agama Islam memandang pentingnya untuk belajar.
Dari beberapa uraian di atas, dapatlah
disimpulkan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Karena belajar adalah dimulai sejak
manusia lahir sampai akhir hayat. Salah satu contoh pada waktu bayi, seorang
bayi menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol
dan mengenal orang-orang di sekelilingnya. Ketika menginjak masa kanak-kanak
dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai
sebagai kompetensi, dan seterusnya hingga dewasa berbagai keterampilan
dimilikinya sesuai dengan keahlian dan profesi masing-masing. Islam memberi
suatu makna bahwa belajar bukan hanya sekadar upaya perubahan perilaku, tetapi
belajar juga merupakan konsep yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.
B. Teori-teori Belajar dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Manusia diciptakan Allah swt, dalam
struktur yang paling baik di antara makhluk Allah yang lain. Struktur manusia
terdiri atas unsur jasmaniah (fisikologis) dan rohaniah (psikologis). Dalam
struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan
dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi disebut
potensialitas atau disposisi, yang menurut aliran psikologi behaviourisme
disebut prepotence reflexes (kemampuan dasar yang secara otomatis dapat
berkembang).
Dengan demikian, maka ilmu pengetahuan mengalami perkembangan sampai kepada proses pembelajaran. Dalam perkembanganya merupakan suatu konsep-konsep atau teori-teori dalam aktivitas kegiatan belajar-mengajar.
Dengan demikian, maka ilmu pengetahuan mengalami perkembangan sampai kepada proses pembelajaran. Dalam perkembanganya merupakan suatu konsep-konsep atau teori-teori dalam aktivitas kegiatan belajar-mengajar.
Dalam kaitanyan dengan proses pembelajaran,
ditemukan ada beberapa teori yang telah dikenal secara umum, diantaranya: teori
fitrah, teori koneksionisme, teori psikologi daya, dan teori gestalt
1. Teori Fitrah
Dalam pandangan agama Islam kemampuan dasar
atau pembawaan itu disebut dengan fitrah, kata yang berasal dari fathara, dalam
pengertian etimologis mengandung arti kejadian. Kata fitrah disebutkan dalam
al-Qur'an surah.Ar-Ruum/30: 30
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
Di samping itu terdapat hadis Rasulallah saw.:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
Di samping itu terdapat hadis Rasulallah saw.:
حَدَّ ثَنَاأَبُوْ مُعَاوِيَةَ عَنِ اْلاَعْمَش عَنْ أَبِىْ صَالِحٍ عَنْ أَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلهم, كُلُّ مَوْلُوْدٍ يٌوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوّدَانِهِ اَوْ يُنَصّرَانِهِ اَوْيُشَرِّكَانِهِ (رِوِاهُ اَحمَد)
Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami, dari al-A'masy dari Abi Shalih dari Abi Hurairah r.a berkata: Rasulallah saw. telah bersabda: setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau musyrik. (HR Ahmad).
Dari pengertian al-Qur'an dan Hadis di atas, dapat diambil pengertian secara terminologis sebagai berikut:
a.
Mengandung implikasi pendidikan yang berkonotasi kepada
paham nativisme. Oleh karena kata fitrah mengandung makna kejadian yang di
dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar lurus, yaitu Islam. Dengan
potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapa pun atau lingkungan apa pun,
karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan
baik isi maupun bentuknya dalam tiap pribadi manusia. Dengan demikian, ilmu
pendidikan agama Islam bisa dikatakan berfaham nativisme, yaitu suatu paham
yang menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidupnya secara mutlak
ditentukan oleh potensi dasarnya.
b.
Mengandung kecenderungan netral, dijelaskan dalam al-Qur'an
surah An-Nahl/16: 78
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Menurut Mohammad Fadhil al-Djamaly yang dikutip M. Arifin mengatakan, bahwa ayat di atas menjadi petunjuk untuk melakukan usaha pendidikan secara eksternal oleh peserta didik.
Menurut Mohammad Fadhil al-Djamaly yang dikutip M. Arifin mengatakan, bahwa ayat di atas menjadi petunjuk untuk melakukan usaha pendidikan secara eksternal oleh peserta didik.
Dengan demikian, pengertian fitrah
menurut interpretasi kedua ini, tidak dapat sejalan dengan empirisme, karena
faktor fitrah tidak hanya mengandung kemampuan dasar pasif yang beraspek hanya
pada kecerdasan semata dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan,
melainkan mengandung pada tabiat atau watak dan kecenderungan untuk mengacu
kepada pengaruh lingkungan eksternal sekalipun tidak aktif
c.
Konsep al-Qur'an yang menunjukkan, bahwa tiap manusia
diberikan kecenderungan nafsu untuk menjadikanya kafir bagi yang ingkar
terhadap Tuhannya dan kecenderungan yang membawa sikap bertaqwa, menaati
perintah Allah swt.
Jelaslah bahwa faktor kemampuan memilih yag terdapat dalam fitrah (human nature) manusia berpusat pada kemampuan berfikir sehat (berakal sehat), karena akal sehat mampu membedakan hal-hal yang benar dan yang salah. Sedangkan yang mampu memilih yang benar secara tepat hanyalah orang-orang berpendidikan sehat.
Jelaslah bahwa faktor kemampuan memilih yag terdapat dalam fitrah (human nature) manusia berpusat pada kemampuan berfikir sehat (berakal sehat), karena akal sehat mampu membedakan hal-hal yang benar dan yang salah. Sedangkan yang mampu memilih yang benar secara tepat hanyalah orang-orang berpendidikan sehat.
Sejalan dengan interpretasi tersebut, maka dikatakan bahwa
pengaruh faktor lingkungan yang sengaja adalah pendidikan dan latihan berproses
interaktif dengan kemampuan fitrah manusia. Dalam pengertian ini, pendidikan
agama Islam berproses secara konvergensis yang dapat membawa kepada paham
konvergensi dalam pendidikan agama Islam. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa ilmu pendidikan agama Islam dapat berorientasi pada salah
satu paham filosofis saja atau campuran paham tesebut di atas. Namun apa pun
paham filosofis yang dijadikan dasar pandangan, ilmu pendidikan agama Islam
tetap berpijak pada kekuatan hidayah Allah swt, yang menentukan hasil
akhir.
d.
Komponen psikologis dalam fitrah
Jika diperhatikan berbagai pandangan para ulama dan ilmuwan
Islam yang telah memberikan makna terhadap istilah fitrah, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar perkembangan manusia yang
dianugerahkan Allah swt. kepadanya.
Karena memang manusia itu lahir bagaikan kertas putih bersih
belum ada yang memberi warna apa pun dalam dirinya, apakah ia menjadikannya
sebagai Majusi, Nasrani, atau agama yang lurus yaitu Islam, ini tergantung
kepada orang tua atau orang dewasa yang membimbingnya, sehingga dengan sentuhan
orang lain atau lingkungan sekitarnya baru dapat berinteraksi terhadap yang
lain. Jadi peran pendidikan sangatlah berarti baginya. Karena dengan melalui
pendidikan dapat mengetahui dari belum tahu akan menjadi tahu.
2. Teori Koneksionisme
Teori koneksionisme adalah teori yang
dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949).
Teori ini berpendapat bahwa belajar
merupakan hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya koneksionisme
disebut juga S-R Bond Theory dan S-R Psychology of Learning. Di samping itu,
teori ini juga terkenal dengan sebutan Trial and Error Learning. Istilah ini
menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai
suatu tujuan.
Dari penjelasan teori di atas, penulis
mengemukakan bahwa yang mendorong timbulnya fenomena peserta didik belajar
adalah semangat dan motivasi dari peserta didik itu sendiri sesuai dengan
harapan dan tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran. Karena tanpa
dorongan semangat dan motivasi dalam diri peserta didik itu sendiri tidak akan
berhasil sesuai yang dicita-citakan. Untuk itu, sebaiknya pemerintah sebagai
penentu kebijakan khususnya dalam pendidikan memberikan apresiasi khusus
terhadap keberhasilan belajar peserta didik untuk kesejahteraannya, agar ia
lebih semangat lagi dan termotivasi dalam kegiatan belajarnya.
3. Teori Psikologi Daya
Para ahli psikologi, kata daya identik
dengan raga atau jasmani. Raga atau jasmani mempunyai tenaga atau daya, maka
jiwa juga dianggap memiliki daya, seperti; daya untuk mengenal, mengingat,
berkhayal, berpikir, merasakan, daya menghendaki, dan sebagainya. Sebagaimana
daya jasmani dapat diperkuat dengan jalan melatihnya yaitu mengerjakan sesuatu
dengan berulang-ulang, maka daya jiwa dapat diperkuat dengan jalan melatihnya
secara berulang-ulang pula.
Daya seseorang dapat dikembangkan
melalui latihan, seperti; latihan mengamati benda atau gambar, latihan
mendengarkan bunyi atau suara, latihan mengingat kata, arti kata, latihan
melihat letak suatu kota dalam peta. Latihan-latihan tersebut dapat dilakukan
dengan melalui berbagai bentuk pengulangan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis
berkesimpulan bahwa setiap individu atau peserta didik memiliki sejumlah daya
atau kekuatan dalam dirinya. Daya-daya itu dapat dikembangkan dalam kegiatan
proses pembelajaran, termasuk daya fisik, motorik dan mentalnya, dengan latihan
secara terus menerus untuk berguna bagi dirinya.
4. Teori Gestalt
Psikologi muncul dipengaruhi oleh psikologi
gestalt, dengan tokoh-tokohnya seperti Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan
Kurt Koffka. Perkataan gestalt dalam bahasa Jerman berarti suatu konfigurasi,
pola atau keseluruhan. Teori ini juga disebut psikologi organismik atau field
theori, yang bertolak dari suatu keseluruhan.
Teori ini berpendapat, bahwa belajar adalah
bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh
insight atau pengertian yang mendalam. Belajar menurut pandangan ini akan
semakin efektif jika materi yang akan dipelajari itu mengandung makna, yaitu
jika disusun dan disajikan dengan cara memberi kemungkinan peserta didik untuk
mengerti apa-apa yang sebelumnya, dan menganalisis hubungan satu dengan yang
lain.
Berbeda dengan teori-teori yang dikemukakan
oleh tokoh behaviorisme terutama thorndike menganggap bahwa belajar sebagai
proses trial and error, teori gestalt memandang belajar adalah proses yang
didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya tingkah laku
seseorang selalu didasarkan pada kognisi yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku tersebut terjadi. Pada situasi belajar,
keterlibatan seseorang secara langsung dalam situasi belajar tesebut akan
menghasilkan pemahaman yang dapat membantu individu tersebut memecahkan
masalah. Dengan kata lain, teori gestalt menyatakan bahwa yang paling penting
dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh
individu tersebut. Oleh krena itu, teori gestalt ini disebut teori insight.
Pendapat tesebut, terdapat persamaan makna dengan yang dikemukakan oleh Oemar
Hamalik yang mengatakan bahwa, prinsip pembelajaran yang dianut oleh teori
gestalt, adalah: 1) Belajar dimulai dari suatu keseluruhan menuju bagian-bagian,
2) Keseluruhan memberikan makna bagian-bagian tersebut, 3) Bagian-bagian
dilihat dalam hubungan keseluruhan berkat individu, 4) Belajar memerlukan
pemahaman (insight), 5) Belajar memerlukan reorganisasi pengalaman yang
kontinyu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa,
belajar dengan cara berulang-ulang atau mengulangi dari semua materi pelajaran
akan lebih dimengerti dan lebih mudah dipahami daripada belajar tanpa
mengulangi materi pembelajaran. Artinya bahwa, belajar itu diperlukan
kesabaran, keuletan, dan ketekunan.
Dari beberapa uraian di atas tentang
teori-teori belajar dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI), penulis mengemukakan bahwa semua teori yang para ahli
kemukakan dapat dipedomani sebagai bahan referensi dalam proses pembelajaran.
Namun dalam makalah ini penulis hanya memaparkan empat teori saja, karena semua
teori ini cukup luas dan padat untuk dijadikan teori belajar dalam pembelajaran
khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Terutama dan paling
utama yang penulis gunakan dalam pembelajaran adalah teori fitrah. Teori ini
cukup layak digunakan dalam proses pembelajaran, karena teori ini berpedoman
kepada Al-Qur"an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Alasannya bahwa sumber
satu-satunya belajar adalah dari Allah SWT. beserta alam dan segala isinya,
yang dapat dipelajari melalui Al-Qur"an Hadis Nabi, seta teori-teori
lainya merupakan tambahan dari teori-teori belajar yang ada. Karena teori-teori
tersebut merupakan orientalis yang diadopsi dari teori belajar menurut
Islam.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian pada bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Teori merupakan sebuah sistem yang dapat diuji kebenaranya
oleh siapa pun dan terbuka untuk dikaji ulang dalam perspektif yang sama, dan
mungkin dapat digantikan dengan sebuah sistem baru, yang sudah mengalami kajian
dan penelitian lain. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari
pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.
Teori- teori belajar dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam meliputi:
a.
Teori fitrah. Teori ini berpendapat, bahwa kemampuan dasar
perkembangan manusia merupakan anugrah dari Allah swt, yang dilengkapi dengan
berbagai potensi pada dirinya.
b.
Teori koneksionisme. Teori ini berpendapat, bahwa belajar
merupakan hubungan antara stimulus dan respons.
c.
Teori psikoologi daya. Teori ini berpendapat, bahwa setiap
individu atau pserta didik memiliki sejumlah daya atau kekuatan dalam dirinya
yang dapat dikembangkan dalam kegiatan proses pembelajaran baik dari dari daya
fisik, motorik maupun dari daya mentalnya dapat dikembangkan dengan melalui
latihan terus menerus.
2.
Teori gestalt. Teori ini berpendapat, belajar bukan saja
mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh
insight (pengertian yang mendalam).
DAFTAR PUSTAKA
1.
A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet.
V; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994.
2.
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan
Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Cet. II; Jakarta: Sinar
Grafika, 2006.
3.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar &
Pembelajaran, Cet. III; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
4.
B. Hamzah, Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,
Ce. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Al Karim dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1996.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Al Karim dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1996.
5.
Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Cet. I;
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007
0 Kommentare on Makalah Pokok Pembelajaran PAI :
Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !