BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan dalam dunia bisnis (usaha) telah
berkembang pesat.Dengan adanya
teknologi maka memberikan dampak bagi dunia bisnis.Seperti halnya dengan
perusahaan-perusahaan di Indonesia maka memerlukan sebuah strategi yang tepat
agar perusahaan dapat berkembang bahkan bersaing dengan produk luar negri.
Aktifitas produksi sebagai suatu bagian dari
fungsi organisasi perusahaan bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi
jadi yang dapat dijual.Untuk melaksanakan fungsi produksi tersebut, memerlukan
rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi.Ada tiga fungsi
utama dari kegiatan-kegiatan produksi yang dapat di identifikasikan,yaitu:
1.
Proses produksi, yaitu metode dan
teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk.
2.
Perencanaan produksi, yaitu
merupakan tindakan antisipasi dimasa mendatang sesuai dengan periode waktu yang
direncanakan.
3.
Pengendalian poduksi, yaitu
tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan
telah dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Persediaan
merupakan salah satu asset terpenting dalam banyak perusahaan karena nilai
persediaan mencapai 40% dari seluruh investasi modal.Manajer operasional sangat
memahami bahwa persediaan merupakan hal yang krusial.Di satu sisi, perusahaan,
selalu berusaha mengurangi biaya dengan mengurangi tingkat persediaan ditangan
(on-hand), sementara itu disisi lain pelanggan menjadi sangat tidak puas ketika
jumlah persediaan mengalami kehabisan (stock out).Oleh karena itu perusahaan
harus mengusahakan terjadinya keseimbangan antara investasi persediaan dan
tingkat layanan pelanggan dan minimisasi biaya merupakan factor penting dalam
membuat keseimbangan.
Selain aktifitas
produksi maka sebuah produk yang berkualitas tentunya tak lepas dari bahan baku
yang digunakan.Tentunya apabila bahan baku yang digunakan merupakan bahan
unggul maka akan tercipta produk yang berkualitas.Dalam persediaan bahan baku
diperlukan pertimbangan dan perhitungan yang cermat.Kekurangan bahan baku akan
berakibat buruk pada perusahaan bahkan sampai terhentinya operasional
perusahaan apabila benar-benar tidak ada persediaan bahan baku.Dan apabila
terjadi kelebihan bahan baku juga tidak baik bagi perusahaan karena akan
menambah biaya perawatan,biaya penyimpanan atau kerugian apabila terjadi
kerusakan.
Sehingga dibutuhkan perencanaan produksi dalam
penyediaan bahan baku
agar perusahaan :
1.
Meminimalkan biaya operasional
perusahaan dengan memesan bahan baku
yang sesuai sehingga produksi dapat optimal.
2. Tidak mengalami kekurangan bahan baku yang
menyebabkan terganggunya proses
produksi.
3. Dapat
memastikan ketepatan waktu dan jumlah bahan yang dibutuhkan.
Adanya persediaan bahan baku yang baik dan dalam jumlah sesuai yang
dibutuhkan dalam proses produksi merupakan hal yang sangat penting bagi suatu
perusahaan yang sebelumnya sudah direncanakan terlebih dahulu.
Berdasar latar belakang uraian diatas maka dalam
penulisan tugas akhir ini,penulis memilih obyek CV.Teknika Jaya dengan judul
“Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Model EOQ (Economic Order Quantity) Pada Perusahaan CV.Teknika Jaya”
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Dalam penulisan Tugas akhir ini,penulis menggunakan
judul “Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Model EOQ (Economic Order Quantity) Pada Perusahaan
CV.Teknika Jaya”.Dengan alasan:
1.
Ingin mengetahui proses
operasional pada perusahaan CV.Teknika Jaya.
2.
Ingin mengetaui perencanaan
persediaan bahan baku
pada CV. Teknika Jaya.
3.
Ingin mengetahui tugas-tugas yang
dilakukan oleh staff dan karyawan perusahaan khususnya pada bagian produksi dan
gudang.
4.
Ingin mengetahui biaya yang paling
ekonomis pada perusahaan CV.Teknika Jaya dengan menggunakan metode EOQ.
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam menyelesaikan masalah ini dibatasi pada :
1. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sambungan
pipa.
2.
Data yang ada di analisa dengan
menggunakan metode EOQ (Economic Order
Quantity) untuk menentukan biaya yang ekonomis.
3. Data produksi yang digunakan
adalah data produksi pada tahun 2002 -2004.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka
dirumuskan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.Bagaimana menentukan biaya yang realistis yaitu
biaya pemesanan,penyimpanan,dan kehabisan bahan Pada CV.Teknika Jaya ?
2.Bagaimana menentukan kebutuhan bahan baku yang ekonomis dan
optimal pada CV.Teknika Jaya
dengan metode EOQ ?
3.Berapa banyak jumlah barang yang akan diproduksi dan
berapa banyak bahan baku
yang akan dipesan ?
4.Kapan melakukan pemesanan ulang (ROP) ?
5.Bagaimana kebijakan persediaan yang digunakan perusahaan CV.Teknika
Jaya?
E.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari penelitian
Tujuan penelitian dalam kaitanya
dengan penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan bahan baku yang optimal yang
harus disediakan CV.Teknika Jaya.
2. Untuk mengetahui apakah metode EOQ (Economic Order Quantity) tepat jika
diterapkan pada proses produksi pada perusahaan CV.Teknika Jaya.
Manfaat dari penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis
Menambah
wawasan dan pengetahuan tentang pengadaan bahan baku pada sebuah perusahaan dengan metode EOQ
serta menerapkan ilmu yang telah diterima dibangku kuliah
b. Bagi perusahaan
Sebagai
bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam membuat keputusan atau
kebijakan yang berkenaan dengan persediaan bahan baku.
C. Bagi pembaca
Memberi wawasan tentang persediaan bahan baku pada perusahaan dengan metode EOQ.
F. METODE PENELITIAN
1. Ruang Lingkup Penelitian.
Penelitian
dilakukan pada waktu melakukan kegiatan magang pada CV.Teknika Jaya dengan
mengangkat kasus persediaan bahan baku
yang optimal pada produksi sambungan pipa.
2. Sumber Data
Data yang digunakan meliputi data primer
dan data sekunder.
a.
Data Primer : 1.Data produksi 2002-2004.
2.Data persediaan 2002-2004.
b.
Data Sekunder :1.Sejarah dan
perkembangan perusahaan.
2.Struktur
Organisasi perusahaan.
3. Teknik Pengumpulan Data.
Didalam penyusunan Tugas
Akhir ini penulis menggunakan
metode,yaitu :
a. Pengamatan (Observasi)
Data diperoleh dengan melihat atau mengamati langsung selama
kegiatan magang pada perusahaan yang bersangkutan.
b. Wawancara (interview)
Data diperoleh dengan banyak bertanya langsung kepada staff atau karyawan
perusahaan.
c. Studi Pustaka
Data diperoleh dengan membaca buku-buku yang relevan dan sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1.Perencanaan dan Pengendalian Produksi.
Perencanaan Produksi dilakukan dengan tujuan arah awal dari
tindakan-tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang, apa yang harus
dilakukan, berapa banyak melakukanya, dan kapan harus dilakukan.Karena
perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan disusun atas
dasar perkiraan yang dibuat asumsi.Oleh kerena itu perencanaan tidak akan
selalu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan dalam rencana
tersebut.sehingga setiap perencanaan yang dibuat harus dievaluasi secara
berskala dengan jalan melakukan pengendalian
a.Perencanaan Produksi
Menurut Agus Ahyari, (1985 : 13), perencanaan produksi
merupakan perencanaan tentang produk apa dan berapa jumlahnya masing-masing
yang segera akan diproduksi pada periode akan datang.
Sebelum tahap
pelaksanaan proses, terlebih dahulu ditentukan jenis dan jumlah barang yang
akan diproduksi dengan berdasar pada pemesanan (order) yang dilakukan oleh
konsumen maupun ramalan penjualan atas suatu produk yang dilakukan oleh
konsumen maupun ramalan penjualan atas suatu produk yang dilakukan perusahaan
untuk waktu mendatang.Selain menentukan jenis dan jumlah, dalam perencanaan
produksi juga dilakukan penyiapan tenaga kerja, bahan-bahan, mesin dan
peralatan lain yang diperlukan dalam proses produksi.
b.Pengendalian
Menurut (Agus Maulana 1992:4)
Pengendalian adalah mengarahkan seperangkat variabel (manusia, mesin, peralatan)
kearah tercapainya sasaran atau tujuan.
Secara sederhana, pengendalian
dapat didefinisikan sebagai proses yang dibuat untuk menjaga supaya realisasi
dari suatu aktifitas sesuai dengan yang direncanakan.Oleh karena itu, pengendalian
terdiri dari prosedur-prosedur untuk menentukan penyimpangan dari rencana yang
telah ditetapkan dan tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
mengeliminir permintaan tersebut.
Sesuai dengan fungsinya, pengendalian
produksi melakukan aktifitas-aktifitas sebagai berikut :
a)
Mengukur realisasi dari rencana
poduksi.
Dalam
aktifitas ini,hasil pelaksanaan produksi dicatat dalam satuan ukuran (unit, kilogram,
meter dan sebagainya) seperti yang digunakan dalam target produksi.
b)
Membandingkan realisasi dengan
rencana produksi.
Hasil pencatatan dari pelaksanaan produksi harus dibandingkan dengan
rencana /target yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dijadikan dasar dalam
menentukan tindakan berikutnya.
c)
Mengamati penyimpangan yang
terjadi.
Penyimpangan yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penyimpangan yang masih dapat ditolelir dan penyimpangan yang tidak dapat
ditolelir.
d)
Menganalisa sebab-sebab terjadinya
penyimpangan.
Untuk dapat melakukan perbaikan secara tepat, maka harus diketahui
terlebih dahulu faktor penyebab sesungguhnya dari penyimpangan yang terjadi.
e)
Melakukan tindakan perbaikan.
Setelah penyebab diketahui dengan pasti maka tindakan perbaikan dapat
dilakukan untuk menghilangkan penyebab tersebut dan melakukan
penyesuaian-penyesuaian yang dapat mengkompensasikan penyimpangan yang terjadi.
2.Pengendalian Persediaan
a. Pengertian
Pesediaan adalah sumber
daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut.Arman Hakim
Nasution (2003: 103).Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah
berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem
distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga.
Persediaan sebagai
sumberdaya menganggur yang memiliki nilai potensial, definisi tersebut
memasukan perlengkapan dan tenaga kerja yang menganggur sebagai
persediaan.Menurut Shore (1973).
Terdapat 7 tujuan
penting dari persediaan yaitu :
a. Fungsi ganda, fungsi utama persediaan adalah
memisahkan proses produksi dan distribusi.
b. Mengantisipasi adanya inflasi.
c. Memperoleh diskon terhadap jumlah persediaan yang dibeli.
d. Menjaga adanya ketidak pastian.
e. Menjaga produksi dan pembelian yang ekonomis.
f. Mengantisipasi perubahan permintaan dan penawaran.
g. Memenuhi kebutuhan terus menerus.
Masalah utama persediaan bahan baku adalah menentukan
berapa jumlah pemesanan yang optimal yang akan menjawab persoalan berapa jumlah
bahan baku dan
kapan bahan baku
itu dipesan sehingga dapat meminimasi ordering cost dan holding cost.
Pengembangan masalah dalam persediaan bahan baku adalah persediaan
bahan baku
berupa komponen tertentu yang diproduksi secara massal dan dipakai sendiri
sebagai sub komponen suatu produk jadi oleh suatu perusahaan.
3.Asumsi model EOQ (Economic Order
Quantity)
a.Pengertian
EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya
minimal, atau dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.Bambang Riyanto
(1995 : 78).
Pada dasarnya, metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan
:
c.
Jumlah ukuran pemesanan ekonomis
(EOQ)
d.
Titik pemesanan kembali (Reorder
Point)
e.
Jumlah cadangan pengaman (Safety
stock)
Metode
pengendalian persediaan biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang
pemintaanya bersifat bebas (dependen) dan dikelola saling tidak berkaitan.Yang
dimaksud permintaan bebas adalah permintaan yang hanya dipengaruhi mekanisme
pasar sehingga bebas dari fungsi operasi produksi.
Apabila terjadi jumlah
pemesanan meningkat dengan jumlah setiap kali pemesanan menurun, maka biaya
pemesanan akan menurun yang disebabkan oleh rendahnya frekuensi pemesanan.Akan
tetapi disisi lain akan meningkatkan biaya penyimpanan yang disebabkan oleh
meningkatnya jumlah persediaan yang disimpan.Keseimbangan biaya persediaan terjadi
pada saat biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan atau yang disebut
dengan EOQ (Economic Order Quantity)
dimana jumlah pemesanan mencapai titik optimum.
Biaya penyimpanan Biaya
pemesanan
Jumlah Jumlah
Biaya TC
min Total biaya
persediaan = C +S
Biaya penyimpanan = (Q/2)C
Biaya pemesanan = (D/Q) S
Q1 Q2
Q* Q3 Q4 Q Q
Gambar I Kurva TC minimum
3. Keputusan
dalam manajemen persediaan.
Dalam manajemen persediaan terdapat
dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
- Keputusan kuantitatif bertujuan untuk mengetahui.
a.Barang apa yang akan distock? Pertanyaan ini berkaitan
dengan apabila item dibuat sendiri atau dipesan dan juga berkaitan dengan
barang masih tersedia distock atau tidak distock lagi.
b.Berapa banyak jumlah barang yang akan diproduksi dan
berapa banyak barang ( bahan baku
/ bahan setengah jadi / komponen ) yang akan dipesan ?
c. Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan melakukan pemesanan ?
d. Kapan melakukan pemesanan ulang / reorder point ?
e. Metode apakah yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan ?
2. Keputusan kualitatif adalah keputusan
yang berkaitan dengan teknis pemesanan yang mengarah pada analisis data secara
deskriptif meliputi :
a. Jenis barang yang masih tersedia diperusahaan.Pemantauan bertujuan
untuk memastikan jenis barang yang masih tersedia yang akan digunakan sebagai dasar
untuk menentukan jenis barang yang akan dipesan / dibeli.
b. Perusahaan / individu yang menjadi pemasok barang yang dipesan
perusahaan.Mendata dan mencari informasi yang lengkap tentang pemasok yang akan
menunjang kelancaran penyediaan dan pengiriman persediaan bagi perusahaan.
c. Sistem pengendalian kualitas persediaan yang digunakan oleh
perusahaan.Sistem pengendalian kualitas yang dimaksudkan disini adalah
pengecekan barang pesanan pada pemasok mulai dari pemesanan sampai barang
dikirimkan kepemesan termasuk didalamnya adalah pengecekan terhadap kualitas
barang yang dikirimkan.
H. KERANGKA PEMIKIRAN
1.Order
Penjelasan yang mendesak
dalam manajemen persediaan adalah apakah permintaan bersifat dependen atau
independent ?Permintaan pasar independen dipengaruhi oleh kondisi pasar diluar
pengendalian bagian operasi, oleh karena itu merupakan operasi yang
independen.Persediaan barang jadi dan spare-part sebagai pengganti memiliki
permintaan independen.Permintaan dependen dihubungkan dengan permintaan untuk
item lain dan tidak secara bebas ditentukan oleh pasar.Pada saat produk
dibuilt-up dari komponen dan rakitan, permintaan komponen tersebut adalah
dependen pada permintaan untuk barang jadi.
2.Bahan baku
Bahan baku merupakan suatu unsur penting dalam
perusahaan.karena jika tidak ada maka akan mengakibatkan terhentinya proses
produksi.
Analisis penggunaan bahan baku pada perusahaan, penentuan
jumlah pembelian serta frekuensi pembelian, adanya ketidak pastian bahan baku serta penilaian
persediaan bahan baku
merupakan beberapa hal yang seharusnya mendapatkan perhatian yang cukup dari
perusahaan, karena sistem produksi tergantung dari bahan baku.
3.Jadwal Induk Produksi
Penjadwalan merupakan alat
ukur yang baik bagi perencanaan agregat.Pada saat merencanakan jadwal
produksi,yang harus dipertimbangkan adalah ketersediaan sumber daya yang
dimiliki, baik berupa tenaga kerja, peralatan, posesor ataupun bahan
baku.Karena sumber daya yang dimiliki dapat berubah-ubah (terutama operator dan
bahan baku),maka penjadwalan dapat kita lihat sebagai proses yang dinamis.
Dari uraian pemikiran diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada
keterkaitan antara tingkat persediaan, jadwal produksi dan permintaan
konsumen.Oleh karena itu, perencanaan dan pengendalian persediaanya harus
terintegrasi dengan peramalan permintaan, jadwal induk produksi dan
pengendalian produksi.
Masalah utama persediaan bahan baku
adalah menentukan berapa jumlah pemesanan
yang ekonomis (Economic Order
Quantity) yang akan menjawab persoalan berapa jumlah bahan baku dan kapan bahan baku itu dipesan sehingga dapat meminimasi
odering cost dan holding cost.
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua
pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan.Biaya
sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan, dan
biaya kekurangan persediaan.
H. TEKNIK ANALISA DATA
Dalam analisa data maka peneliti
menggunakan model statis EOQ yang dimana model persediaan yang paling sederhana
ini memakai asumsi – asumsi sebagai berikut :
a)
Hanya satu item barang (produk)
yang diperhitungkan.
b)
Kebutuhan (permintaan) setiap
periode diketahui (tertentu).
c)
Barang yang dipesan diasumsikan
dapat segera tersedia (instane ously) atau tingkat produksi (production rate)
barang yang dipesan berlimpah (tak terhingga).
d)
Waktu ancang-ancang (lead time)
bersifat konstan.
e)
Setiap pesanan diterima dalam
sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.
f)
Tidak ada pesanan ulang (back
order) karena kehabisan persediaan (shortage).
g)
Tidak diskon untuk jumlah
pembelian yang banyak (quantity discount).
Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah ekonomis setiap kali
pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana :
Biaya
Total = Ordering cost + Holding cost + Purchasing cost
Parameter-parameter yang dipakai dalam model ini adalah :
EOQ = ( Agus Ahyari, 1992 ;
72 )
R =
Jumlah ( dalam unit ) bahan baku
yang dibutuhkan selama periode tertentu, missal 1 tahun.
S = Biaya pemesanan atau
pembelian setiap kali pesan selama 1 tahun.
P = Harga bahan baku selama 1 tahun.
I = Biaya penyimpanan
digudang selama 1 tahun.
Persediaan Penyelamat ( Safety Stock )
SD = ( Agus Ahyari, 1992
; 117 )
= Standar Penyimpangan.
X = Pemakaian bahan baku
nyata.
= Perkiraan pemakaian bahan baku.
N = Jumlah data.
Dengan anggapan manajemen perusahaan memilih standar penyimpangan 5 %
yang paling mencolok tidak ditolelir, serta dengan menggunakan satu sisi dari
kurva normal ( nilai dapat dilihat pada tabel standart = 1.65 ) maka penghitungan
safety stock adalah sama dengan 2 nilai standar penyimpangan dikalikan besarnya
standar penyimpangan.
Lead Time
Faktor – factor yang perlu diperhatikan dalam menentukan Lead Time :
1.
Stock out cost
Adalah biaya – biaya yang terpaksa dikeluarkan karena keterlambatan
datangnya bahan baku.
2.
Extra carrying cost
Adalah biaya – biaya yang terpaksa dikeluarkan karena bahan baku datang lebih awal.
Reorder Point ( Bambang Riyanto, 1995 : 71 )
ROP = Uo + U1
Dimana :
ROP = Reorder Point
Uo = Safety
Stock
U1 =
Kebutuhan bahan baku
selama Lead Time
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PENGECORAN LOGAM
PADA CV. TEKNIKA JAYA, KLATEN
A. Sejarah dan Perkembangan
Perusahaan
Perusahaan CV. Teknika Jaya terletak
didaerah Batur Ceper Klaten Surakarta.Industri ini bergerak dalam bidang
pengecoran logam baja.Awal tahun berdiri yaitu pada tahun 1977 perusahaan
dengan nama teknika Jaya ini merupakan perusahaan perorangan yang sederhana milik Bapak H.
Jabir Dimyati, ketika itu kegiatan produksi yang masih terbatas pada pemenuhan
kebutuhan industri kecil yang meliputi pengecoran logam, disamping itu
penjualan hasil produksi atau pemasaran masih berada ditingkat lokal yaitu
memenuhi kebutuhan daerah sekitar pabrik.Pada mulanya perusahaan hanya
memproduksi :
1.
Wajan
2.
Kerekan sumur
3.
Kaki mesin jahit
4.
Suku cadang mesin
5.
Dan produk-produk lain
Untuk mendirikan sebuah usaha
tentunya juga memerlukan modal.Dan pada saat itu H.Jabir Dimyati mengeluarkan
modal dari biaya sendiri.Tentunya dengan kerja keras dan keuletan sebagai
seorang wirausaha akhirnya perusahaan mampu bertahan bahkan berkembang hingga
saat ini.Pada awal berdirinya perusahaan,,
teknologi yang digunakan masih sederhana yaitu berupa teknologi
pengecoran dengan dapur tungku, dan hasil produksinya masih terbatas.
Sejak perusahaan
berkembang menjadi lebih baik terutama dalam proses produksinya saat itu
perusahaan sudah mulai mengkhususkan diri untuk memproduksi barang-barang
berskala besar, misalnya :
- Pembuatan sambungan pipa PDAM.
- Pembuatan sambungan pipa pada pabrik gula.
- Pembuatan spare part mesin pada pabrik tekstil.
- Pembuatan tiang lampu kota.
- Pembuatan pompa air.
- Pembuatan rem kereta api.
Tentunya dengan semakin ketatnya
persaingan maka agar produk yang dipasarkan tidak mengecewakan konsumen dan
mempunyai harga yang memuaskan maka direktur perusahaan CV.Teknika Jaya Bapak H. Jabir Dimyati merasa perlu
meningkatkan kualitas produksinya sehingga konsumen merasa puas sehingga
menumbuhkan sikap loyalitas terhadap hasil produk.Untuk itu CV.Teknika Jaya
mendapat bimbingan teknis dari MIDC ( Metal Industry Development Center ) dan
juga mendapat penyuluhan dari departemen perindustrian.Selain mendapatkan
bimbingan dari MIDC ( Metal Industry Development Center ) CV.Teknika Jaya juga
menggunakan standart ISO ( Internasional Standart Organisation ) untuk
pengakuan kualitas produknya.Dengan demikian CV.Teknika Jaya lebih mudah
memasarkan produknya baik dalam maupun luar negeri.Untuk pengembangan
perusahaan CV.Teknika Jaya juga membutuhkan dana segar, maka perusahaan
CV.Teknika Jaya mengajukan proposal yang akhirnya mendapat persetujuan dan
memperoleh dana segar dari bank BNI dan bank Bukopin cabang Surakarta.
B. Alasan Pemilihan lokasi
Perusahaan
CV. Teknika Jaya berlokasi didaerah batur ceper, klaten.Kota klaten
sangat strategis apabila dijadikan lokasi industri.Dengan lancarnya arus
transportasi juga merupakan jalur utama antar kota.Selain kelebihan-kelebihan
yang ada diatas masih banyak faktor-faktor yang mendukung sebagai lokasi
industri.yaitu sebagai berikut antara lain :
1.
Faktor tenaga kerja mengambil dari
purwodadi dan sekitar perusahaan sehingga
tidak kesulitan dalam hal pencarian tenaga kerja.dan perusahaan tidak
perlu khawatir akan berhentinya produksi yang disebabkan kekurangan tenaga
kerja karena banyak sdm siap pakai yang tersedia.
2.
Faktor ekonomi, disebabkan
banyaknya perusahaan yang sejenis dan bahan bakunya yang banyak tersedia, maka
dalam pengadaaan bahan bakunya tidak mengalami kesulitan sehingga akan menekan
biaya.
3.
Faktor transportasi, lokasi
perusahaan yang tidak jauh dari jalan raya Yogyakarta
– Surakarta
memungkinkan perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan sarana
transportasi dalam pengadaan bahan baku
maupun dalam pemasaran produk.
4.
Faktor pengembangan, lokasi
perusahaan yang agak jauh dai keramaian memungkinkan untuk melakukan
pengembangan (ekspansi) dimasa mendatang
C. Struktur Organisasi
Perusahaan
|
|
|
Gambar III Struktur
Organisasi
Sumber : Data
Departemen Produksi CV.Teknika Jaya,Klaten
Berikut ini keterangan tentang tugas dan wewenang dari
masing-masing bagian yaitu antara lain :
1.
Direktur
Direktur merupakan pemilik perusahaan,
adapun tugas dan tanggung jawab direktur
adalah sebagai berikut:
a.
Memimpin jalannya perusahaan dan
bertanggung jawab atas maju mundurnya perusahaan.
b.
Mempertimbangkan dan menetapkan
kebijakan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
c.
Mengawasi dan mengendalikan agar
kebijakan yang sudah diambil dapat dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang
telah ditentukan.
d.
Memberikan petunjuk dan nasehat
pada bagian yang dianggap perlu.
2.
Bendahara/ Keuangan
Bendaraha merupakan pengatur keuangan
didalam perusahaan, adapun tugas dan tanggung jawab bendahara adalah sebagai
berikut :
a. Melakukan kalkulasi
keluar masuk uang dalam perusahaan.
b.
Mengatur gaji karyawan.
c.
Mengatur biaya pembelian bahan baku produksi.
d.
Mengatur biaya perawatan mesin
produksi.
e.
Mengatur segala kebutuhan tambahan
karyawan.
3.
Sekretaris
Tugas sebagai seorang sekertaris adalah sebagai berikut
:
a. Membuat
surat-surat penagihan,penawaran dan pengiriman.
b. Mencatat
segala penerimaan order.
c. Mencatat
segala keperluan keluar masuk barang pada perusahaan.
d.
Mencatat kebutuhan karyawan untuk proses produksi.
4.
Staff Produksi
Tugas sebagai seorang staff produksi adalah sebagai
berikut :
a.
Membuat rencana produksi sesuai
pesanan konsumen.
b.
Membuat blok/model untuk tapel.
c.
Merencanakan matres.
d.
Membuat shop drawing dari relasi
e.
Menentukan cetakan produk.
f.
Melakukan proses pengecoran.
g.
Mengerjakan proses perawatan
produksi.
h.
Mengawasi karyawan produksi.
i.
Memeriksa kualitas hasil produksi.
5. Staff Umum
Tugas sebagai seorang staff umum
adalah sebagai berikut :
a . Membantu
pengadaan bahan baku
dan bahan pembantu bahan baku.
b. Mengawasi
barang yang ada di gudang.
c. Mengawasi
kelancaran pengiriman barang.
d. Membantu
bagian lain yang memerlukan.
6.
Staff Machining
Tugas
sebagai seorang staff machining adalah sebagai berikut :
a. Merawat
dan memperbaiki mesin-mesin produksi.
b. Mengganti
mesin-mesin yang sudah tidak layak produksi.
c. Membantu
pengadaan pengadaan dalam hal peralatan listrik.
d.
Menyediakan spare-part cadangan bila ada kerusakan.
e. Selalu
berkoordinasi dengan pekerja tentang keluhan pada mesin.
D. Aspek Tenaga Kerja
Aspek tenaga kerja disini akan
dibahas masalah tenaga kerja dan sistem
pengupahan.
1.
Tenaga kerja
Tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu tenaga harian pada
bagian pengecatan dan para kuli angkut.Sedangkan untuk tenaga borongan ada pada
bagian pengolahan untuk membuat cetakan, pembubutan, dan pengeboran serta
bagian pengecoran.Dan untuk data yang lebih spesifik maka dat karyawan sebagai
berikut :
Adapun karyawan CV. Teknika Jaya berjumlah 47 orang
yang terdiri dari:
a. Bagian bendahara : 1
orang
b. Bagian sekretaris :
1 orang
c. Bagian produksi terdiri dari :
1.
Bagian pembubutan dan
pengeboran : 15 orang
2.
Bagian percetakan dan
pengecoran : 20 orang
3.
Operator mesin : 5 orang
4.
Bagian peleburan : 5 orang
2.
Sistem pengupahan
Adapun sistem pengupahan yang
dipakai oleh CV. Teknika Jaya, yaitu:
a.
Upah bulanan
Yaitu berupa gaji yang diberikan kepada pegawai
tetap (karyawan pabrik).
b.
Upah harian
Yaitu upah yang diberikan pada karyawan dan diperhitungkan
berdasarkan tiap hari kerja dan diberikan tiap bulan.
c.
Upah borongan
Upah yang dibeikan berdasarkan keja borongan dan diberikan
pada tukang cetak, pembubutan, pengeboran dan pengecoran.
- Jaminan sosial yang diberikan pada karyawan.
Disamping upah dasar, perusahaan juga memberikan
tunjangan kesejahteraan dan jaminan sosial, antara lain :
a.
Khusus harian yang disediakan
fasilitas penginapan serta makan 3 kali sehari dari perusahaan.
b.
Biaya pengobatan bagi karyawan
yang sakit.
c.
Setiap karyawan ikut serta dalam
Astek.
d.
Memperoleh tunjangan hari raya
(THR)
e.
Diadakan pengajian dua kali
seminggu bagi yang beragama islam.
f.
Pinjaman kebutuhan mendadak.
- Hari kerja dan jam kerja
CV. Teknika Jaya beroperasi selama 6
hari kerja dengan waktu kerja rata-rata 7 jam, yaitu mulai hari senin sampai
dengan hari sabtu, namun khusus untuk karyawan harian kerjanya senin sampai
minggu. Sedangkan untuk jam kerja CV. Teknika Jaya dibagi dalam tiga kelompok :
a.
Karyawan harian : jam 08.00 – 12.00
jam 13.00 – 15.00
b.
Karyawan borongan : jam 08.00 – 12.00
jam 13.00 – 16.00
c.
Karyawan permesinan : jam 08.00 – 12.00
jam 13.00 – 15.00
Pada jam 12.00 – 13.00 adalah waktu untuk istirahat,
makan siang dan sholat, sedangkan untuk hai jum’at jam kerja karyawan diubah
menjadi :
a.
Karyawan harian : jam 08.00 – 11.00
jam 13.00 – 15.00
b.
Karyawan borongan : jam 08.00 – 11.00
jam 13.00 – 16.00
c.
Karyawan permesinan : jam 08.00 – 11.00
jam 13.00 – 15.00
E. Aspek produksi
1.
Bahan yang dibutuhkan
a.
Bahan baku terdiri dari piq ion (besi murni/asli),
scrap ion (besi mentah) dan kokes (batu bara yang diuapkan).
b.
Bahan pembantu yang tedii dari
lime stone (batu gamping), gas CO2,
gula tetes, feo silicon, slack (serbuk pembersih), graphite. Untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku srap iron, perusahaan memperoleh dari Semarang,
Surabaya, sedangkan untuk Piq iron diperoleh dari lampung, Brasilia, jerman dan
kokes diperoleh dari jepang, Australia, Jerman. Untuk bahan pembantu CV.
Teknika Jaya dapat dipeolehnya dari daerah disekitar perusahaan.
2.
Mesin dan peralatan produksi
Mesin dan peralatan yang dimiliki
dan digunakan oleh CV. Teknika Jaya sampai saat ini adalah terdiri dari :
a.
1 unit CO2 proses mixer
b.
1 unit dapur tungku kapaitas 2 –
2.5 Ton per jam.
c.
1 unit hoist kapasitas 2 Ton.
d.
1 unit kompresor dan 1 unit las
listrik.
e.
1 unit gerinda duduk.
f.
3 unit hanslep gerenda.
g.
3 unit mesin bubut.
h.
1 unit mesin scrap.
i.
5 unit mesin bor.
j.
1 unit mesin drilling dan milling.
k.
2 unit timbangan
3.
Proses Produksi
Untuk produksi ini melalui beberapa tahapan yaitu antara
lain terdiri dari :
1.
Material / Bahan baku.
2.
Proses produksi
1.
Tahap Pembuatan Cetakan &
Cetakan inti
Proses pembuatan cetakan dan inti ini memerlukan adanya bahan baku yang terdiri dari
pasir silikon dan pasir kuarsa, sedang untuk bahan baku terdiri dari air, bentonite, gas CO2, gula tetes dan water glass.
a.
Pembuatan Cetakan
Proses pembuatan cetakan di CV. Teknika Jaya dibagi dalam dua macam
yaitu :
1. Tapel
Proses pembuatan cetakan ini dengan cara membuat
adonan yang terdiri dari air, tanah liat dan pasir kali yang dicampur menjadi
satu dan kemudian campuran ini dibuat menjadi model yang sesuai dengan yang
diinginkan. Untuk pembuatan model tersebut diperlukan adanya matres ( alat
untuk membuat model). Setelah adonan berbentuk medel maka proses selanjutnya
adalah pengeringan dengan cara dibakar dengan maksud untuk menghindari dari
adanya kekeroposan, selanjutnya cetakan dikat dengan besi janur agar sambungan
cetakan tidak bergeser.
2. Press
Proses pembuatan cetakan dengan cara press
ini adalah dengan mencampur pasir silica, air dan bentonite dalam sebuah mesin
mixer selama kurang dari lima
menit. Bentonite ini berfungsi untuk melekatkan butir-butir pasir, sehingga
cetakan tersebut mempunyai kekuatan tertentu yang dapat menahan tekanan dari
logam cair. Campuram tersebut kemuadian dimasukkan kedalam kotak yang sudah ada
matresnya, dan campuran tersebut ditumbuk dengan alat tumbuk supaya padat dan
membentuk model yang siap dicor, selanjutnya cetakan disemprotkan dan
digraphite yang dimaksudkan untuk menghasilkan cetakan yang halus dan
memudahkan pelepasan pasir dari barang yang sudah dihasilkan. Selanjutnya
adalah ditanam dengan pasar dan siap untuk dilaksanakan proses pengecoran.
Cetakan dengan cara proses ini biasanya dilakukan untuk barang yang kecil dan
tidak rumit, misalnya : Pompa Dragon, Pagar, rem blok kereta api dan lain-lain.
b.
Cetakan Inti
Inti adalah satuan dari pasar yang dipasang pada rongga cetakan, untuk
mencegah masuknya logam pada bagian yang seharusnya berbentuk logam atau bentuk
rongga dalam suatu tuang.
1. Pasir silica dicampur dengan water glass dan
gula tetes dan mesin mixer selama kurang dai 5 (lima) menit.
2. Campuran pasir tersebut kemudian dipadatkan
dalam kotak inti yang mempunyai lubang kecil dipermukaannya.
3. Kotak ini ditutup dan dialirkan gas CO2
melalui lubang-lubangnya.
4. Setelah dialirkan CO2 kuang lebih 3 – 5 menit, cetakan inti tersebut
dikeluarkan dari kotak inti.
2.
Tahap Peleburan dan Pengecoran
Sebelum proses peleburan
dimulai, kopula dipanaskan terlebih dahulu dengan memasukkan bahan penolong
seperti kayu baker Cokes yang disiram dengan minyak tanah untuk membakar bahan
pembantu tersebut diperlukan oksigen dari Blower (alat peniup udara) yang
digerakkan dengan mesin diesel dan terjadilah pembakaran yang diinginkan.
Kemudian bahan baku seperti piq iron yang digunakan adalah 40 : 60 Sedangkan
perbandingan piq iron / scrap iron dengan cokes adalah 85 : 15, kemudian
bahan-bahan tersebut dipanaskan sampai suhu kurang lebih 1400 C agar mencair,
waktu yang diperlukan untuk mencairkan bahan-bahan tersebut kurang lebih 30
menit. Langkah selanjutnya menuangkan logam dari dapur kopula kedalam sebuah
lidle (alat penuang cairan logam ), sebelum logam itu dituangkan kedalam
cetakan maka terlebih dahulu ditaburi dengan Slack (serbuk pembersih ) yang
berguna untuk memisahkan kerak/kotoran logam dengan yang sudah mencair,
kemudian cairan logam tersebut dituangkan kedalam cetakan dan terjadilah barang
cetakan yang sesuai dengan yang diinginkan.
3.
Tahap Pembongkaran dan pembersihan
Setelah
hasil cetakan tersebut diinginkan, maka poses selanjutnya adalah pembongkaran
dengan cara pembersihan dan memeriksa pada hasil cetakan dengan cetakan atau
inti yang menempel pada hasil cetakan atau inti yang menempel pada hasil
cetakan. Hasil cetakan yang usak dipergunakan kembali sebagai bahan baku masa peleburan
berikutnya. Sedangkan hasil cetakan yang lebih baik dan telah dibersihkan
selanjutnya melalui proses pembersihan kembali.
4.
Tahap Permesinan
Hasil cetakan yang diterima dari tahap pembongkaran
diproses lebih lanjut agar menjadi produk jadi yang siap, yaitu dilakukan
pembubutan ( membuat bang yang sesuai drawing design), pembongkaran (proses
pembuatan lubang pada baut sesuai dengan standar) setelah proses permesinan ini
selesai maka cetakan ini masuk pada tahap akhir.
5. Tahap
Akhir
Pada tahap ini cetakan dihaluskan
dengan geenda, setalah halus maka proses selanjutnya adalah perbaikan hasil
cetakan yang mengalami cacat pada bagian tertentu, selanjutnya barang dikirim
kegudang.
Secara
skematis proses produksi pengecoran pada CV. Teknika Jaya Klaten dapat
digambarkan sebagai berikut :
|
|
|
|
Gambar IV Proses
Produksi
Sumber : Data
Departemen Produksi CV. Teknika Jaya, Klaten
F. Aspek pemasaran
1.
Promosi Penjualan
Pada umumnya perusahaan-peusahaan dalam memasarkan hasil produksinya agar
lebih berhasil dengan mengadakan promosi. Dan media promosi yang sudah
dilakukan oleh CV. Teknika Jaya adalah dengan mengikutsertakan produknya dalam
koperasi Batur Jaya dalam mengikuti berbagai pameran yang diadakan Departemen
Perindustrian dalam rangka memperkenalkan produk dalam negri.
Dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan lain dalam produk yang
sejenis, maka CV. Teknika Jaya melakukan berbagai pertimbangan dalam penjualan
produknya antara lain :
a.
Mutu barang sesuai dengan pesanan.
b.
Waktu pengerjaan bang yang tepat.
c.
Memberikan servis yang baik.
d.
Penetapan harga yang baik.
2.
Saluran Distribusi
Untuk memperlancar arus produksi
sampai kepada konsumen, maka CV. Teknika Jaya mempergunakan saluran distribusi
sebagai berikut :
·
Langsung pada konsumen
|
|
Gambar V
Saluran Distribusi CV.Teknika Jaya
yaitu : CV. Teknika Jaya mengirim barangnya
kepada konsumen pemakaii barang untuk
menyelesaikan suatu order.
3.
Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran CV. Teknika Jaya sampai saat ini hampir mencapai seluruh
kepulauan di Indonesia,
antara lain :
a.
Pulau jawa, meliputi : Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Malang.
b.
Pulau Sumatra, meliputi : palembang,
Belitung, Lampung.
c.
Pulau Kalimantan meliputi : Balikpapan,
Samarinda, Banjarmasin.
4. Produk
Produk utama CV. Teknika Jaya
adalah sambungan pipa dari besi tuang dengan berbagai sistem sambungan antara
lain :
a.
System Flannged to Flanged.
b.
System Spigot to Mechanical.
c.
System Push on Join, Tytion Join.
d.
System spigot dan Gilbout Join.
e.
System Clam Saddle or Aurbuor
Beugle.
f.
Join.
5. Harga
Dalam menetukan harga tentunya perusahaan harus
mengambil kebijakan agar tercipta keseimbangan antara keuntungan perusahaan dan
kepuasan konsumen.Dalam perusahaan ada kebijakan mengenai langganan, dimana
para pelanggan akan diberikan pemotongan sebesar 10 % - 20% untuk jumlah
tertentu jumlah pemesanannya, sedangkan harga per Kg produk jadi sebesar
Rp.6000,- sampai dengan Rp.7000,-. Sedangkan harga bahan baku baja 1 kg adalah Rp 2.400,00 ( sesuai
kurs dollar ).
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. LAPORAN MAGANG KERJA
Magang kerja dilaksanakan di CV.Teknika
Jaya Batur, Ceper Klaten Surakarta.Sesuai dengan jurusan yang dimiliki yaitu
Manajemen Industri maka magang dilakukan pada bagian produksi pengecoran logam
di CV.Teknika Jaya.Magang kerja dilaksanakan mulai dari tanggal 1 sampai dengan
31 desember 2004.Yang dimulai pada pukul 08:00 WIB sampai dengan pukul 12:00
WIB.
Pada poses magang peneliti mengamati
dan mencatat manajemen produksi pada CV.Teknika Jaya dalam hal ini difokuskan
pada 7 unit produksi yang ada pada perusahaan tersebut yaitu pada unit
persediaan bahan baku, persiapan peleburan baja, penuangan dan pendinginan,
quality control, permesinan dan unit assembling.
Kegiatan yang ada pada 6 unit adalah :
1. Persiapan
Produksi
Kegiatan yang dilakukan :
a. Persiapan Bahan Baku
b. Persiapan Bahan Pembantu
c. Analisis Kualitas Bahan
Baku dan Bahan Pembantu, Yang di Analisis Yaitu Quality Control
d.
Macam Cetakan
e.
Analisis Pola Pesanan
f.
Order Masukan dan Penawaran Harga
g.
Pengiriman Data Pekerjaan
h.
Pembuatan Pola Pesanan
i.
Pembuatan Cetakan
2. Tahapan
Produksi Pada Peleburan Baja
a.
Penyiapan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
b.
Teknik Peleburan
Yaitu meliputi area peleburan,
teknik-teknik peleburan, hambatan-hambatan yang terdapat pada tahap peleburan,
proses-proses peleburan.
3.
Tahapan Produksi pada Tahap Pendinginan dan Penuangan
a. Proses
Penuangan
3.
Proses Pendinginan
4.
Proses Pembongkaran
4 .
Seleksi Barang / Quality Control
5. Tahapan
Produksi pada Tahap Permesinan
a.
Proses Pembubutan
b. Proses
Pengeboran
c.
Proses Penggrendaan
d.
Proses Pengelasan
e.
Proses Milling
f.
Proses Skraping
g.
Proses Checking : dimensi, visual, yang baik dilanjutkan dan yang tidak
baik di reject
h.
Finishing
6. Assembling
Pada tahapan ini meliputi :
a.
Pemberian Spare Part
b.
Pengemasan Pesanan
c. Penumpukan
d.
Pengiriman Pesanan
Jadwal kegiatan magang :
a.
Minggu pertama
Tahap 1: Pada tahap ini kami sekelompok mensurvei lokasi
perusahaan dan mempelajari gambaran
umum perusahaan.
2: Melakukan observasi
keseluruh bagian perusahaan dan berinteraksi dengan karyawan perusahaan untuk
lebih mengenal karyawan untuk mempermudah proses pencarian data.
3:
Melakukan observasi pada proses produksi dan mencatat segala kegiatan
produksi dari penggunaan bahan baku
sampai proses finishing.
b. Minggu
kedua
Tahap 1: Pada tahap ini kami sekelompok melakukan
observasi pada sistem kerja tungku pembakaran dan proses pencetakan serta
pemisahan baja yang bersih dari kotoran yang ikut tercampur pada bahan baku baja.
Tahap 2: Pada tahap ini kami
sekelompok melakukan observasi pada bagian pengontrolan hasil cetakan apakah
mengalami kerusakan atau tidak.
Tahap 3: Pengamatan terhadap produk yang selesai
dicetak kemudian proses selanjutnya pembubutan dan pengahalusan produk serta
pengecatan dan proses finishing.
c.
Minggu ketiga
Tahap 1:
Pada tahap ini melakukan pengamatan terhadap pengecekan barang
sesuai dengan pesanan sebelum barang
itu dikirimkan.
Tahap 2: Pengecekan pengepakan barang sebelum barang
dikirim.
Tahap 3: Mengecek cadangan produk dari pemesanan.
Tahap 4: Melakukan pengamatan pada bagian gudang
penyimpanan persediaan.
d. Minggu
keempat
Tahap 1: Mencatat hasil produksi dan biaya produksi.
Tahap
2: Membantu memasukkan data
dari pemesanan 2 minggu sekali.
Demikian laporan magang kerja yang
telah dilaksanakan.Melalui magang kerja tersebut maka kami peneliti dapat
mengetahui bagaimana proses produksi pada CV.Teknika Jaya.Kami menggunakan
metode observasi karena proses poduksi pada CV.Teknika Jaya ini membutuhkan keahlian khusus yang
membutuhkan tenaga yang besar dan ketelitian tinggi.
Sebagai objek
penulisan Tugas Akhir maka data yang digunakan penulis sebagai penelitian
adalah data tentang penentuan kuantitas kebutuhan bahan baku untuk produksi yang efisien, efektif,
dan ekonomis yang selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan EOQ (Economic Order Quantity).
A. Analisa Data
Pada perusahaan yang dipimpin oleh H. Jabir
Dimyati yaitu CV.Teknika Jaya yang berproduksi dalam bidang pengecoran logam
maka peneliti mengumpulkan data-data produksi tentang kebutuhan bahan baku
yaitu baja murni dalam proses produksi untuk periode tahun 2002 sampai dengan
tahun 2004 dan mencatat segala biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan
bahan baku.Biaya merupakan salah satu factor yang dipertimbangkan dalam
pembelian persediaan dan biaya mempengaruhi jumlah pemesanan dan jumlah
produksi.
Ketika beberapa biaya mengalami peningkatan
seperti biaya persediaan dan yang lainya mengalami penurunan, keputusan ukuran
pemesanan terbaik jarang dipertimbangkan.Ukuran lot yang terbaik akan
menghasilkan persediaan yang secukupnya agar terjadi pengurangan beberapa biaya
karena dengan jumlah persediaan yang besar akan memunculkan biaya penyimpanan yang
cukup besar pula.Oleh karena itu perlu dibuat keputusan dalam menghadapi biaya
yang saling bertentangan ini.
Data perusahaan pada CV.Teknika Jaya, Klaten
tentang jumlah kebutuhan pemakaian bahan baku
yang diproduksi adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Kebutuhan Bahan
Baku dan Hasil Produksi Pengecoran Logam CV.Teknika Jaya
Ceper, Klaten
Tahun 2002 – 2004
Bulan
|
2002
|
2003
|
2004
|
||||
Biji/Buah
|
Kg
|
Biji/Buah
|
Kg
|
Biji/Buah
|
Kg
|
||
Januari
|
7068
|
12500
|
7330
|
14000
|
4471
|
11500
|
|
Februari
|
5487
|
12000
|
3864
|
14200
|
5775
|
13000
|
|
Maret
|
4682
|
15000
|
2944
|
16000
|
4675
|
17850
|
|
April
|
3255
|
14425
|
5783
|
15000
|
3082
|
8500
|
|
Mei
|
2238
|
12700
|
4917
|
14375
|
4055
|
13000
|
|
Juni
|
3340
|
13250
|
4074
|
14000
|
3197
|
10850
|
|
Juli
|
4360
|
15000
|
5306
|
19750
|
2834
|
16000
|
|
Agustus
|
5030
|
13000
|
3343
|
15000
|
3499
|
12300
|
|
September
|
2618
|
13500
|
7068
|
19500
|
3051
|
14000
|
|
Oktober
|
2617
|
16000
|
3462
|
19000
|
3421
|
15000
|
|
November
|
4575
|
10000
|
2315
|
15000
|
3128
|
12500
|
|
Desember
|
3598
|
17500
|
4872
|
20000
|
6536
|
19000
|
|
Jumlah
|
48868
|
164875
|
55278
|
195825
|
47724
|
163500
|
|
Sumber : Data Departemen Poduksi CV. Teknika Jaya, Klaten
1.
Biaya persediaan
Tujuan EOQ (
Economic Order Quantity ) adalah untuk meminimumkan total biaya persediaan
tahunan,biaya-biaya ini dapat diklasifikasikan menjadi biaya persiapan /
pemesanan ( set up / ordering cost ) dan biaya penyimpanan ( holding cost /
carrying cost ).Semua biaya tersebut dalam persediaan merupakan biaya yang
konstan, oleh karena itu apabila kita meminimalkan jumlah biaya pemesanan dan
penyimpanan, kita juga akan meminimalkan jumlah biaya total.
Menentukan biaya
pemesanan / tahun 2002 :
- Administrasi = 10% dari total
= 10% x
Rp 1500.000,00
= Rp
150.000,00
- Angkut = Kebutuhan bahan baku / th x tarif angkut
= 164875
kg x Rp 30.33,00
= Rp
5000.000,00
- Telepon = 10% dari total.
= 10% x
Rp 1500.000,00
= Rp 150.000,00
-
Biaya bongkar muat = Kebutuhan bahan baku / th x tariff bongkar muat.
= 2 x
Rp 125.000,00
= Rp
250.000,00
Menentukan
biaya penyimpanan / tahun 2002 :
-
Asuransi = Frekuensi
angkutan x tarif asuransi.
= 2 x Rp
1000.000,00
= Rp
2000.000,00
- T kerja = Jumlah gaji / upah bagian
gudang.
= Rp
400.000,00
- B
pemeliharaan = Jumlah biaya
pemeliharaan gudang.
= Rp
300.000,00
Data biaya
pemesanan ( ordering cost ) dan biaya penyimpanan tahun 2002 – 2004 pada
CV.Teknika Jaya
a.
Biaya pesan (ordering cost ) tahun 2002
Yang termasuk dalam biaya
pemesanan adalah sebagai berikut :
1.
Biaya administrasi Rp 150.000,00
2.
Biaya Pengangkutan Rp
5.000.000,00
3.
Biaya Telepon Rp 150.000,00
4.
Biaya bongkar muat Rp 250.000,00
+
Rp 5500.000,00
b. Biaya
penyimpanan ( holding cost ) tahun 2002
Yang termasuk dalam biaya
penyimpanan adalah sebagai berikut :
1.
Biaya Asuransi Rp
2.000.000,00
2.
Biaya Tenaga Kerja Rp 400.000,00
3.
Biaya Pemeliharaan Rp
300.000,00 +
Rp 2.700.000,00
I = ( Biaya penyimpanan /) x 100 %
= ( 2700.000 : ) x 100 %
= 0.01%
P = (Biaya bahan baku
/ Jumlah bahan baku
)
= ( 395.700.000 /
48868 )
= Rp 8097.32,00
Pemesanan yang ekonomis bahan baku
tahun 2002 dapat ditentukan sebagai berikut
EOQ =
R =
Jumlah ( dalam unit ) bahan baku
yang dibutuhkan selama 1 tahun.
=
48868 unit
S =
Biaya pemesanan atau pembelian setiap kali pesan selama 1 tahun.
=
Rp 5500.000,00
P =
Harga bahan baku
selama 1 tahun.
= Rp 8097.32,00
I = Biaya penyimpanan digudang
selama 1 tahun.
= 0.01 %
EOQ =
EOQ =
EOQ =
EOQ = 81479.16 kg
Jadi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
sebanyak 164875 kg maka dilakukan pemesanan sebanyak :
164875 : 81479.16 = 2 kali
Menentukan biaya pemesanan / tahun 2003 :
- Administrasi = 10% dari total.
= 10% x Rp
1500.000,00
= Rp 150.000,00
- Angkut = Kebutuhan bahan baku / th x tarif angkut.
= 195825 kg x
Rp 25.54,00
= Rp
5000.000,00
- Biaya Telepon
= 10% dari total.
= 10% x Rp 1000.000,00
= Rp 100.000,00
- B bongkar muat
= Jumlah pemesanan x tarif bongkar muat.
= 2 x Rp
100.000,00
= Rp 200.000,00
Menentukan biaya penyimpanan / tahun 2003 :
- Asuransi = Frekuensi angkutan x tarif
asuransi.
= 2 x Rp
1000.000,00
= Rp 2000.000,00
-Tenaga kerja
= Jumlah gaji / Upah bagian gudang.
= Rp 300.000,00
- B pemeliharaan
= Jumlah biaya pemeliharaan gudang.
= Rp 300.000,00
a. Biaya
pesan (ordering cost ) tahun 2003
1.
Biaya administrasi Rp 150.000,00
2.
Biaya Pengangkutan Rp 5.000.000,00
3.
Biaya Telepon Rp 100.000,00
4.
Biaya bongkar muat Rp 200.000,00 +
Rp
5.450.000,00
b. Biaya
penyimpanan ( holding cost ) tahun 2003
1. Biaya Asuransi Rp
2.000.000,00
2. Biaya Tenaga
Kerja
Rp 300.000,00
3. Biaya Pemeliharaan Rp
300.000,00 +
Rp 2.600.000,00
I = ( Biaya penyimpanan /) x 100 %
= ( 2600.000 /
) x 100%
= 0.01%
P = ( Biaya bahan baku / jumlah bahan baku )
= ( 469980000
/ 55278 )
=Rp
8502.12,00
Pemesanan yang ekonomis bahan baku tahun 2003 dapat ditentukan sebagai
berikut
EOQ =
R = Jumlah ( dalam unit ) bahan baku yang dibutuhkan selama 1 th.
= 55278 unit.
S = Biaya pemesanan atau pembelian setiap kali pesan
selama 1 th.
= Rp
54.500.000,00
P = Harga bahan baku
selama 1 th.
= Rp
8502.12,00
I = Biaya penyimpanan digudang selama 1 th.
= 0.01%
EOQ =
EOQ =
EOQ =
EOQ = 84183.87 kg
Jadi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
sebanyak 195825 kg maka dilakukan
pemesanan sebanyak :
195825 : 84183.87 = 2
kali
Menentukan
biaya pemesanan / tahun 2004 :
- Biaya admistrasi = 10% dari total.
= 10%
x Rp 1500.000,00
= Rp
150.000,00
- Angkut = Kebutuhan bahan baku / th tariff angkut.
= 164875 kg
x Rp 30.33,00
= Rp
5000.000,00
- Biaya telepon = 10% dari total.
= 10%
x Rp 1500.000,00
= Rp 150.000,00
- Biaya bongkar muat = Jumlah pemesanan x Tarif bongkar
muat.
= 2
x Rp 125.000,00
= Rp
250.000,00
Menentukan
biaya penyimpanan / tahun 2004 :
- Asuransi = Frekuensi angkutan
x Tarif asuransi.
= 2
x Rp 1000.000,00
= Rp
2000.000,00
- Tenaga kerja = Jumlah gaji / upah bagian
gudang.
= Rp
400.000,00
- Biaya pemeliharaan = Jumlah biaya pemeliharaan gudang.
= Rp
300.000,00
a. Biaya
pesan (ordering cost ) tahun 2004
1. Biaya Administrasi Rp 200.000,00
2. Biaya
Pengangkutan
Rp 4.000.000,00
3. Biaya
Telepon
Rp 150.000,00
4. Biaya bongkar muat Rp 250.000,00 +
Rp 4.600.000,00
b. Biaya
penyimpanan (holding cost ) tahun 2004
1.
Biaya Asuransi Rp
2.000.000,00
2.
Biaya Tenaga Kerja Rp 400.000,00
3.
Biaya Pemeliharaan Rp 300.000,00 +
Rp 2.700.000,00
I = ( Biaya penyimpanan /) x 100 %
= ( 2700.000 / ) x 100 %
= 0.01%
P = ( Biaya bahan baku
/ jumlah bahan baku
)
= ( 392.400.000 / 47724 )
= Rp 8.222.27,00
Pemesanan yang ekonomis bahan baku
tahun 2004 dapat ditentukan sebagai berikut :
EOQ =
R = Jumlah ( dalam unit ) bahan baku
yang dibutuhkan selama 1 th.
= 47724 unit.
S = Biaya pemesanan atau pembelian setiap kali pesan selama 1 th.
= Rp 4600.000,00
P = Harga bahan baku
selama 1 th.
= Rp 8.222.27,00
I = Biaya penyimpanan digudang
selama 1 th.
= 0.01%
EOQ =
EOQ =
EOQ =
EOQ = 73075.80 kg
Jadi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
sebanyak 163500 kg maka dilakukan
pemesanan sebanyak :
163500 : 73075.80 = 2 kali
B. Analisis Persediaan
Penyelamat ( Safety Stock )
Perusahaan pengecoran logam
CV.Teknika Jaya Ceper, Klaten sudah melaksanakan safety stock pada persediaan
bahan baku
produksi.Akan tetapi apakah perusahaan sudah tepat dalam perhitungan safety
stock.Karena selain untuk menjamin kelancaran produksi tentunya diharapkan
dengan pengeluaran biaya yang paling ekonomis.
Safety stock merupakan dilemma, dimana adanya stock out akan berakibat
terganggunya proses produksi dan adanya stock out yang berlebih akan membengkakkan
biaya penyimpananya.Oleh karena itu dalam penentuan safety stock harus
memperhatikan keduanya, dengan kata lain dalam safety stock diusahakan
terjadinya keseimbangan diantara keduanya.
Agar dapat diketahui berapa
sebaiknya safety stock digunakan metode statistic yaitu, dengan membandingkan
pemakaian bahan baku
sesungguhnya dengan rata-rata pemakaian bahan baku kemudian dicari berapa besarnya
penyimpangan ( Standar Deviasi ).Rumus Standar Deviasi yang digunakan adalah :
SD =
= Standar penyimpangan.
X = Pemakaian bahan baku nyata.
= Perkiraan pemakaian bahan baku.
n = Jumlah data.
Manajemen perusahaan memilih dua standar penyimpangan atau 5 %
penyimpangan yang mencolok tidak ditolelir, serta dengan mempergunakan satu
sisi normal ( Terdapat standar deviasi dimana kesalahan yang dapat ditolerir
tidak lebih dari 5 % yang dapat dicari pada tabel kurva normal sebesar 95% atau
0.95... terdapat dalam tabel pada kolom 1.6 dan baris pada angka 0.05 ).Maka
perhitungan safety stock sama dengan dua nilai standar penyimpangan dikalikan
besarnya standar deviasi.Atau dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :
Safety Stock = 1,65 x SD
1. Safety Stock Bahan Baku 2002
Tabel 2
Pengecoran logam CV.Teknika Jaya
Perhitungan Safety Stock Bahan Baku
Tahun 2002
( Dalam kg )
Bulan
|
Pemakaian
(
X )
|
Rata-rata
( )
|
( X - )
|
( X - )²
|
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
|
12500
12000
15000
14425
12700
13250
15000
13000
13500
16000
10000
17500
|
13739.58
13739.58
13739.58
13739.58
13739.58
13739.58
13739.58
13739.58
13739.58
13739.58
13739.58
13739.58
|
(
1239.58 )
(
1739.58 )
1260.42
685.42
(
1039.58 )
(
489.58 )
1260.42
(
739.58 )
(
239.58 )
2260.42
(
3739.58 )
3760.42
|
1536558.57
3026138.57
1588658.57
469800.57
1080726.57
239688.57
1588658.57
546978.57
57398.57
5109498.57
13984458.58
14140.75
|
Jumlah
|
164875
|
164875
|
29242705.03
|
Sumber
: data primer yang diolah
SD =
=
= 1561.05 kg
Safety Stock = 1.65 x SD
= 1.65 x
1561.05 kg
= 2575.73 kg
2.Safety Stock
Bahan Baku
Tahun 2003
Tabel 3
Pengecoran logam CV.Teknika Jaya
Perhitungan Safety Stock Bahan Baku
Tahun 2003
( Dalam kg )
Bulan
|
Pemakaian
(
X )
|
Rata-rata
( )
|
( X - )
|
(
X - )²
|
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
|
14000
14200
16000
15000
14375
14000
19750
15000
19500
19000
15000
20000
|
16318.75
16318.75
16318.75
16318.75
16318.75
16318.75
16318.75
16318.75
16318.75
16318.75
16318.75
16318.75
|
(
2318.75 )
(
2118.75 )
(
318.75 )
(
1318.75 )
(
1943.75 )
(
2318.75 )
3431.25
(
1318.75 )
3181.25
2681.25
(
1318.75 )
3681.25
|
5376601.56
4489101.56
101601.56
1739101.56
3778164.06
5376601.56
11773476.56
1739101.56
10120351.56
7189101.56
1739101.56
13551601.56
|
Jumlah
|
195825
|
195825
|
66973906.22
|
Sumber
: data primer yang diolah
SD =
SD =
= 7470.71 kg
Safety Stock = 1.65 x SD
= 1.65 x 7470.71 kg
= 12326.67 kg
3.Safety Stock
Bahan Baku
Tahun 2004
Tabel 3
Pengecoran
logam CV.Teknika Jaya
Perhitungan Safety Stock Bahan Baku
Tahun 2003
( Dalam kg )
Bulan
|
Pemakaian
(
X )
|
Rata-rata
( )
|
(
X - )
|
(
X - )²
|
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
|
11500
13000
17850
8500
13000
10850
16000
12300
14000
15000
12500
19000
|
13625
13625
13625
13625
13625
13625
13625
13625
13625
13625
13625
13625
|
(
2125 )
(
625 )
4225
(
5125 )
(
625 )
(
2775 )
2375
(
1325 )
375
1375
(
1125 )
5375
|
4515625
390625
17850625
26265625
390625
7700625
5640625
1755625
140625
1890625
1265625
28890625
|
Jumlah
|
163500
|
163500
|
96697500
|
Sumber
: data primer yang di olah
SD =
SD =
SD = 2838.68 kg
Safety Stock = 1.65 x SD
= 1.65 x 2838.68 kg
=
4683.82 kg
C. Analisis Tingkat
Pemesanan Kembali ( Reorder Point )
CV.Teknika Jaya Ceper, Klaten
menggunakan media komunikasi telepon untuk melakukan pemesanan bahan baku.Untuk
menerima bahan baku
yang dipesan biasanya perusahaan menunggu selama 1 bulan yaitu (30 hari).Dengan
diketahuinya lead time maka pemesanan kembali bahan baku persediaan dapat diperhitungkan sebagai
berikut :
1. Reorder
Point Tahun 2002
Kebutuhan bahan baku
selama setahun adalah 164875 kg lama waktu kerja pabrik rata-rata 360 hari
selama satu tahun.
a.
Kebutuhan selama Lead Time (30
hari)
x 30 x 1 kg =
13739.58 kg
b.
Besarnya Safety Stock =
2575.73 kg
c.
Reorder Point =
16315.31 kg
Jadi pemesanan
kembali bahan baku
harus dilakukan pada waktu persediaan dalam gudang perusahaan sebesar 16315.31
kg
2. Reorder
Point Tahun 2003
Kebutuhan bahan baku selama setahun
adalah 195825 kg lama waktu kerja pabrik rata-rata 360 hari selama satu tahun.
a.
Kebutuhan selama Lead Time (30
hari)
x 30 x 1 kg = 16318.75
kg
b.
Besarnya Safety Stock =
12326.67 kg
c.
Reorder Point = 28645.42
kg
Jadi pemesanan kembali bahan baku
harus dilakukan pada waktu persediaan dalam gudang perusahaan sebesar 28645.42
kg
3. Reorder
Point Tahun 2004
Kebutuhan
bahan baku
selama setahun adalah 163500 kg lama waktu kerja pabrik rata-rata 360 hari
selama satu tahun.
- Kebutuhan selama Lead Time (30 hari)
x 30 x 1 kg = 13625 kg
- Besarnya Safety Stock = 4683.82 kg
c.
Reorder Point = 18308.82 kg
Jadi pemesanan
kembali bahan baku
harus dilakukan pada waktu persediaan dalam gudang perusahaan sebesar 18308.82
kg
Tingkat Persediaan
EOQ
Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004
Rp
81479.16 Rp 84183.87 Rp 73075.80
Rop 16315.31 28645.42 18308.82
S.stock 2575.73 12326.67 4683.82
30 30 30
LT Waktu
Gambar
VI Model Persediaan EOQ sederhana
D. Persediaan Maksimal
Yang dimaksud dengan persediaan maksimal adalah jumlah
persediaan yang terbesar yang boleh ada di dalam perusahaan tersebut tidak
terlalu tinggi.
Tabel 5
Perhitungan Persediaan Maksimal
Pengecoran logam CV.Teknika Jaya Ceper, Klaten
Tahun 2002 – 2004
Tahun
|
Keterangan
|
Baja
(kg)
|
2002
|
EOQ
Safety Stock
Persediaan
Maksimal
|
81479.16
2575.73
1631531
|
2003
|
EOQ
Safety Stock
Persediaan
Maksimal
|
84183.87
12326.67
28645.42
|
2004
|
EOQ
Safety Stock
Persediaan
Maksimal
|
73075.80
4683.82
18308.82
|
Tabel 6
Ringkasan Persediaan Maksimal Perusahaan
CV.Teknika Jaya
Tahun 2002 -2004
Keterangan
|
2002
|
2003
|
2004
|
Baja
|
1631531
|
28645.42
|
18308.82
|
Setelah melihat
pada tabel 6 maka dapat disimpulkan bahwa CV.Teknika Jaya ceper klaten dalam
pengadaan jumlah persediaan yang maksimal dari tahun ketahun mengalami
perubahan.
E. Pembahasan
Setelah melakukan
analisis data maka peneliti ingin mencoba membandingkan biaya – biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan selama satu
tahun.Yaitu kebijakan yang dilakukan perusahaan dalam pengendalian persediaan
dibandingkan dengan metode EOQ yang digunakan peneliti untuk menganalisis data perusahaan.
1. Tahun 2002
Menurut EOQ
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
sejumlah 164875 kg dilakukan pemesanan sebanyak = 164875 kg : 81479.16 kg = 2
kali
Jadi tiap kali pemesanan sebanyak 81479.16 kg
- Nilai
persediaan = 81479.16 kg x Rp
8.097.32,00
= Rp 659.762.831.9,00
- Biaya
pemesanan = 2 x Rp 4.600.000,00
=Rp 9.200.000,00
-
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan
=
= Rp 3.298.814.16,00
Jumlah biaya
persediaan = Rp 12.498.814.16,00
Sedangkan
kenyataan yang ada dalam perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pada
tahun 2002 sebanyak 164875 kg dilakukan dengan 3 kali pemesanan.Berarti tiap
kali pesan sebanyak :
164875 : 3 = 54958.33 kg
Jadi biaya yang
terjadi dapat diperhitungkan sebagai berikut :
-Nilai persediaan =54958.33 kg x Rp 8.097.32,00
=Rp 445.015.184.7,00
-Biaya pemesanan
= 3 x Rp 4.600.000,00
= Rp 13800000
-Biaya penyimpanan dan pemeliharaan =
= Rp 2225075.92
Jumlah biaya persediaan = Rp
16025075.92
Jadi apabila
perusahaan menggunakan rumus EOQ, maka akan dapat dihemat biaya persediaan
sebesar :
Rp 16.025.075.92,00
Rp
12.498.814.16,00
Rp 3.526.261.76,00
2.Tahun 2003
Menurut EOQ untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku
sejumlah 195825 kg dilakukan pemesanan sebanyak 195825 kg : 80370.17 = 2
kali
Jadi tiap kali pemesanan sebanyak 80370.17 kg
- Nilai
persediaan = 80370.17 kg
xRp 8.502.12,00
= Rp 683.316.829.8,00
- Biaya
pemesanan = 2 x Rp
5.450.000,00
= Rp 10.900.000,00
-
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan
=
= Rp 3.416.584.14,00
Jumlah biaya persediaan = Rp 14.316.584.14,00
Sedangkan kenyataan yang ada dalam perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku pada tahun 2003 sebanyak
195825 kg dilakukan dengan 3 kali
pemesanan.Berarti tiap kali pesan sebanyak :
195825 kg : 3 = 65275 kg
Jadi biaya dapat
diperhitungkan sebagai berikut :
- Nilai persediaan = 65275 kg x Rp 8502.12,00
=Rp 554.975.883,00
- Biaya
pemesanan = 3 x Rp 5.450.000,00
=
Rp 16.350.000,00
-
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan
= Rp 2.774.879.41,00
Jumlah biaya persediaan = Rp 19.124.879.41,00
Jadi apabila
perusahaan menggunakan rumus EOQ maka akan dapat dihemat persediaan sebesar
: Rp 19.124.879.41,00
Rp 14.316.584.14,00
Rp 4.808.295.27,00
3.Tahun 2004
Menurut EOQ
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
sejumlah 163500 kg dilakukan pemesanan sebanyak = 163500 kg : 73075.80 = 2 kali
Jadi setiap kali pemesanan saebanyak 73075.80 kg
- Biaya persediaan = 73075.80 kg x Rp 8222.27,00
=
Rp 600.848.958.1,00
- Biaya
pemesanan =2 x Rp
4.600.000,00
= Rp 9.200.000,00
-
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan
=
=Rp
3.004.244.79,00
Jumlah biaya persediaan =Rp 12.204.244.79,00
Sedangkan
kenyataan yang ada dalam perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pada
tahun 2004 sebanyak 163500 kg dilakukan
dengan 3 kali pemesanan.Berarti setiap
kali pesan sebanyak 163500 : 3 = 54500
kg
Jadi biaya yang terjadi dapat diperhitungkan sebagai
berikut :
- Biaya
persediaan = 54500 kg x Rp 8.222.27,00
= Rp 448.113.715.00
- Biaya
pemesanan = 3 x RP
4.600.000,00
= Rp 13.800.000,00
-
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan
= Rp
2.240.568.57,00
Jumlah biaya persediaan = Rp 16.040.568.57,00
Jadi apabila
perusahaan menggunakan rumus EOQ, maka akan dapat dihemat biaya persediaan
sebesar :
Rp 16.040.568.57,00
Rp 12.204.244.79,00
Rp 3.836.323.78,00
Tabel 7
Penghematan Biaya Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan
Rumus EOQ Pada CV.Teknika Jaya
Ceper, Klaten
Tahun
|
Dengan
EOQ (Rp)
|
%
|
Tanpa
EOQ (Rp)
|
%
|
Penghematan
(Rp)
|
%
|
2002
|
12.498.814.16
|
77
|
16.025.075.92
|
100
|
3.526.261.76
|
23
|
2003
|
14.316.584.14
|
74
|
19.124.879.41
|
100
|
4.808.295.27
|
26
|
2004
|
12.204.244.79
|
76
|
16.040.568.57
|
100
|
3.836.323.78
|
24
|
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
EOQ mermerupakan salah satu model
tradisional yang dipergunakan untuk menentukan jumlah persediaan yang ekonomis
dengan menggunakan biaya yang minimal, adapun syarat persediaan ekonomis adalah
terjadinya keseimbangan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.Dengan
menyeimbangkan dua biaya tersebut, maka dapat diformulasikan persamaan EOQ.
Keterbatasan penggunaan model EOQ oleh
karena adanya beberapa asumsi yang menyebabkan EOQ dianggap sebagai model yang
konvensional, namun demikian masih banyak digunakan perusahaan-perusahaan
karena penggunaanya yang sangat sederhana dan mudah.
1. Dengan EOQ dapat diketahui frekuensi
pemesanan dalam satu periode, sehingga dapat
pula ditentukan pelaksanaan pemesanan kembali ( ROP ).
Setelah melakukan analisa data pada
CV.Teknika Jaya maka dapat disimpulkan keterangan sebagai berikut :
1.
Pemesanan ekonomis untuk tahun
2002 dengan menggunakan metode EOQ sebesar 81479.16 kg dan untuk pemesanan
bahan baku dilakukan sebanyak 2 kali.
2.
Pemesanan ekonomis untuk tahun 2003
dengan menggunakan metode EOQ sebesar 84183.87 kg dan untuk pemesanan bahan
baku dilakukan sebanyak 2 kali.
3.
Pemesanan ekonomis untuk tahun
2004 dengan menggunakan metode EOQ sebesar 73075.80 kg dan untuk pemesanan
bahan baku dilakukan sebanyak 2 kali.
Dalam persediaan, adanya ketidakpastian dapat menyebabkan perusahaan
kehabisan stocknya.Hal ini disebabkan oleh karena peningkatan permintaan yang
tiba-tiba atau lonjakan-lonjakan permintaan oleh berbagai sebab.Apabila hal ini
terjadi, maka perusahaan harus memiliki stock yang disebut safety stock.Seperti
halnya persediaan pengaman ditujukan untuk mengamankan persediaan dan untuk
menyelamatkan keberlangsungan proses produksi.Maka pada CV.Teknika Jaya
ditentukan
2. Safety stock
sebagai berikut :
1.Sebesar 2575.73 pada
tahun 2002.
2.Sebesar 12326.67 pada tahun
2003
3.Sebesar 4683.82 pada
tahun 2004
3. Sedangkan untuk melakukan pemesanan
kembali bahan baku
( ROP ) maka ditentukan
sebagai berikut:
1.
ROP tahun 2002 sebesar 1631531 kg
2.
ROP tahun 2003 sebesar 28645.42 kg
3.
ROP tahun 2004 sebesar 18308.82 kg
4. Setelah diketahui seluruh kebutuhan persediaan
bahan baku maka
perbandingan tingkat ekonomis antara kebijakan perusahaan dengan metode EOQ
sebesar :
1.Tahun 2002 pengeluaran biaya bahan baku dan biaya pemesanan pada
perusahaan CV.Teknika Jaya sebesar RP 16.025.075.92,00 sedangkan dengan
menggunakan metode EOQ perusahaan hanya mengeluarkan biaya Rp 12.498.814.16,00
dengan demikian maka perusahaan akan menghemat biaya sebesar Rp 3.526.261.76,00
atau menghemat sekitar 23%
2.Tahun 2003 pengeluaran biaya bahan baku dan biaya pemesanan pada
perusahaan CV.Teknika Jaya sebesar Rp 19124879.41,00 sedangkan dengan
menggunakan metode EOQ perusahaan hanya mengeluarkan biaya Rp 14316584.14,00
dengan demikian maka perusahaan akan menghemat biaya sebesar Rp 4.808.295.27,00
atau menghemat sekitar 26%
3.Tahun 2004 pengeluaran biaya bahan baku dan biaya pemesanan pada
perusahaan CV.Teknika Jaya sebesar Rp 16.040.568.57,00 sedangkan dengan
menggunakan metode EOQ perusahaan hanya mengeluarkan biaya Rp 12.204.244.79,00
dengan demikian maka perusahaan akan menghemat biaya sebesar Rp 3836323.78,00
atau menghemat sekitar 24%
B. SARAN
Melihat hasil analisis yang telah dilakukan
maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
Pada perusahaan CV.Teknika Jaya
sebaiknya bersedia mendidik karyawan dalam menerapkan metode EOQ ( Economic Order Quantity ) agar mampu
menerapkan pengendalian persediaan bahan baku
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ahyari, ( 1992 ) Efisien
Persediaan Bahan. Yogayakarta : Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas
Gajah Mada.
( 1991 ) Manajemen
Produksi II, Yogyakarta : Bagian Penerbitan
Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Bmbang Riyanto, ( 1995 ),
Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta
: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Sofian Assauri, ( 1993 ),
Manajemen Produksi.Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Hani Handoko, ( 1997 ),
Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.Yogyakarta : BPFE.
Zulian Yanit, ( 1998 ), Manajemen
Persediaan, Edisi 1, Ekonesia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Sudjana, ( 1996 ), Metode
Statistika.Tarsito Bandung.
Fien Zulfikarijah, ( 2005 ),
Manajemen Persediaan.Malang :Bagian Penerbitan Universitas Muhammadiyah
Malang.Website : http://ummpress.umm.ac.id
E-mail ummpress@yahoo.com
2 Kommentare on Contoh Proposal Kewirausahaan Batu Bata :
hai..
mau tanya dunkz..
bagaiman menentukan kebutuhan bahan baku untuk perusahaan percetakan jika kita ingin memesan bahan bahan baku ketika order datang sesuai kebutuhan saja jd tidak ada on hand inventory..??
metode apa yg bisa digunakan..?
makasie...
Maaf ya..gak bisa jawab bukan ahlinya ,,hanya post punya teman aja , hehehehe
Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !