MAKALAH | PENDIDIKAN | AGAMA | APLIKASI HP | TIPS AND TRIK | CERITA | CONTOH | DOWNLOAD GRATIS

Makalah Sejarah Ilmu Jiwa Perkembangan | Psikologi Perkembangan


BAB I

PENDAHULUAN
1.     Latar belakang
          Sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, psikologi boleh dikatakan sebagai ilmu yang masih muda dibandingkan dengan ilmu lainnya seperti: ilmu alam, biologi dan lain-lain, karena baru pada akhir abad ke 19 psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri dalam hal isi, metode dan penggunaannya.
Wilhelm Wundt dapat dikatakan sebagai bapak psikologi modern, ia telah berusaha untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri (otonom). Sebelum abad ke-19, psikologi merupakan bagian dari filsafat. Perbedaan cara memecahkan masalah jiwa dimasa lampau dengan dimasa modern, terutama terletak dalam cara pendekatannya. Pendekatan dimasa lampau bersifat filosofis dan atomistik, sedangkan masa modern dengan pendekatan scientific (ilmiah),yaitu melalui penelitian-penelitian empirik.
 Jiwa manusia sejak zaman Yunani telah menjadi topik pembahasan para filosof. Setelah psikologi berdiri sendiri yaitu dimulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman.
Untuk lebih memahami psikologi, tentu kita perlu juga memahami sejarah serta perkembangannya dari masa ke masa. Maka dari itu, di dalam makalah ini akan dibahas tentang sejarah perkembangan psikologi.




2.     Rumusan masalah

a.       Untuk memahami sejarah psikologi
b.      Untuk mengetahui sejarah psikologi dan perkembangannya



BAB II

PEMBAHASAN

Secara garis besarnya sejarah psikologi dapat di bagi dalam dua tahap, yaitu masa sebelum dan masa sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri ( psikologi  menjadi ilmu yang berdiri sendiri baru dimulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota leipzig, Jerman.
Sebelum tahun 1879, psikologi dipelajari oleh para ahli filsafat dan para ahli ilmu fasal (phisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut. Para ahli ilmu filsafat kuno, seperti plato, Aristoteles dan Socrates telah memikirkan jiwa dan gejala-gejalanya. Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mempeljari hakikat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus sehingga mencapai pengertuan yang hakiki tentang sesuatu. Pada waktu itu belumada pembuktian secra empiris, melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan argumentasi logika belaka. Psikologi benar-benar msih merupakan bagian dari filsafatd alam arti semurni-murninya.
Pada Abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa dan metodenya masih menggunakan argumentasi logika. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descrates (1596-1650) yang terkenal dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wilhelm leibniz (16446-1716) yang mengutarakan teori kesejahteraan psikofhisik (psychophisical paralellism), John Locke (1623-1704) dengan teori tabula rasa, bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih seperti papan lilin atau kertas putih yang belum ditulisi. Pada masa sebelumnya masalah kejiwaan dibahas pula oleh para ulama islam seperti Imam Al-gazali (wafat 505 H), Imam fachrudin Ar-Razi (wafat 606 H). Pembahasan masalah psikologis merupakan bagian dari ilmu usuluddin dan ilmu tasawuf.
Disamping para ahli filsafat yang menggunakan logika, para ahli ilmu faal juga melai menyelidiki gejala kejiwaan melalui experimen-experimen. Walaupun mereka menggunakan metode ilmiah (empiris), namaun yang mereka selidiki terutama tentang urat syaraf pengindraan (sensoris), syaraf motoris (penggerak), pusat sensoris dan motoris di otak, serta hukum-hukum yang mengatur bekerjanya syaraf tersebut. Dengan demikian gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan bagian dari objek ilmu faal dengan metode yang lazim digunakannya. Diantara para tokohnya adalah: C Bell, F. Magendie, J.P. Muller, P. Broca dan I.P Pavlov.
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa di mana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan metode ilmiah, terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejala kejiwaan dipelajari secara sistematis dan objektif. Selain metode experimen digunakan pula metode intropeksi oleh W. Wundt. Gelar kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan hikum. Ia dikenal sebagai sosiolog dan filosof dan orang pertama yang mengaku dirinya sebagai psikolog. Ia dianggap sebagai bapak psikologi. Sejak itu psikologi berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikologi, penyusun teori-teori dan keragaman penikiran-pemikiran baru. Psikologi mulai bercabang ke dalam berbagai aliran.
Psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dalam hal isi, metode dan penggunaannya dimulai pada abad ke-19.
Wilhelm Wundt dapat dikatakan sebagai bapak psikologi modern, ia telah berusaha untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri (otonom). Sebelum abad ke 19, psikologi merupakan bagian dari filsafat. Meskipun demikian, persoalan psikologi telah ada sejak ratusan tahun sebelum masaehi, mansuia telah mempersoalkan masalah “jiwa” atau “roh”, baik hakekatnya maupaun hhubungannya dengan manusia. Perbedaan cara memecahkan masalah jiwa di masa lampau dengan masa modern, terutam terletak dalam cara pendekatannya. Pemecahan masalah dimasa lampau bersifat filosofis dan atomistis, sedang di masa modern dengan pendekatan scientific (ilmiah), yaitu melalui penelitian-penelitian empirik.

Terdapat tiga fase perkembangan psikologi, yaitu:

1.      Psikologi sebagai bagian dari filsafat (psikologi kuno)

Pada zaman dahulu, psikologi dipengaruhi oleh cara-cara berfikir filsafat dan terpengaruh oleh filsafatnya sendiri. Hal ini dimungkinkan karena para ahli psikologi pada masa itu juga adalah ahli-ahli filsafat, atau para ahli filsafat pada waktu itu juga ahli psikologi (tentang kejiwaan).
Pengaruh filsafat terhadap psikologi kuno, berlangsung sejak zaman Yunani kuno samapai pada zaman pertengahan dan zaman baru. Tegasnya pengaruh tersebut berlangsung dari 400 SM sampai dengan 1800 SM.
Pada zaman Yunani kuno terkenal dua orang tokoh filsuf, yaitu Plato dan Aristotelles yang keduanya banyak menyelidiki hidup kejiwaan manusia serta alam ini. Plato terkenal dengan aliran berfikirnya yang disebut idealisme, sedang Aristoteles terkenal dengan aliran realisme. Tetapi meskipun berbeda, aliran, dalam soal kejiwaan mereka tidak jauh berbeda, baik dalam penyelidikannya ataupun pendapatnya.

Beberapa aliran psikologi yang muncul pada fase ini diantaranya, yaitu: psikologi Plato, Psikologi Aristoteles, Psikologi Augustine, Psikologi pada masa renaissance dan abad ke-17, psikologi asosiasi, psikologi elementer (unsur) dari Herbart dan psikologi fisisologi.

1.    Psikologi plato (427-347 SM)
         Plato adalah salah seorang murid socrates, dia seorang penganut idealisme yang sebenar-benarnya. Plato menyatakan bahwa, dunia kejiwan berisi ide-ide yang berdiri sendiri-sendiri, terlepas dari pengalaman hidup sehari-hari. Hal ini terutama terdapat pada orang dewasa dan kaum intelektual. Orang dewasa dan kaum intelektual dapat membedakan mana yang jiwa dan mana yang badan. Tetapi sebaliknya pada anak-anak, jiwa masih dicampur adukan dengan badan, belum bisa memisahkan antara ide dan benda-benda konkrit. Jiwa yang berisi ide-ide ini oleh Plato diberi nama “psyche”. Psyche, menurut plato terbagi tiga, yang disebut trichotomi, yaitu:

a.       Berpikir/pikiran, berpusat di otak dan disebut logisticon;
b.      Kemauan/kehendak, berpusat di dada dan disebut thumeticon
c.       Keinginan/nafsu, berpusat di perut dan di sebut abdomen.

       Selanjutnya Plato mengatakan pula bahwa pembagian psyche ke dalam tiga bagian
 itu ada hubungannya dengan pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu:
a.       Kaum filusuf, yang mempunyai fungsi berpikir dalam masyarakat;
b.      Kaum prajurit, yang mempunyai fungsi berperang untuk memenuhi dorongan-dorongan dan kehendak masyarakat terhadap bangsa lain;
c.       Kaum pekerja, yang funsinya bekerja untuk memenuhi keinginan masyarakat akan makan, pakaian, perumahan dan sebagainya.

        Bagi Plato dari ketiga bagian psyche itu, fungsi berpikirlah yang terpenting. Keadaan jiwa dan arah perkembangan jiwa seseorang itu dipengaruhi terutama sekali oleh fungsi berpikir orang yang bersangkutan. Dalam masyarakatpu kaum filusuflah yang paling menentukan keadaan dan arah perkembangan masyarakat tersebut. Karena pendapatnya itu, Plato sering disebut orang rasionalis atu penganut paham rasionalisme, yaitu paham yang mementingkan akal di atas fungsi kejiwaan yang lain.

2.      Psikologi aristoteles (384-322 SM)
              Aristoteles adalah murid plato yang kemudian terkenal dengan pikiran-pikirannya sendiri yang berbeda dari gurunya. Kalau plato adalah adalah seporang raisonalis yang percaya bahwa segala sesuatu bermula dari rasio, dari ide-ide yang dihasilkan oleh rasio itu, Aristoteles berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang berbentuk kejiwaan (form) harus menempati suatu wujud tertentu (matter). Wujud ini pada hakekatnya merupakan pernyataan atau ekspresi dari jiwa. Hanya Tuhanlah satu-satunya hal yang tanpa wujud. Tuhan adalah “form” saja tanpa “matter”. Dengan pandangannya ini Aristoteles sering disebut sebagai penganut paham empirisme, karena menurut pendapatnya segala sesuatu harus bertitik tolak dari realita, yaitu dari “matter” itu. Matter yang dapat dapat diketahui melalui pengamatan atau pengalaman empiris merupakan sumber utama dari pengetahuan. Dengan pendapatnya ini, ia sering disebut bapak psikologi empiris.
              Berbicara tentang “form”, aristoteles membedakan tiga macam “form” yaitu “plant” yang mengontrol fungsi-fungsi vegetatif, “animal” yang dapat dilihat dalam fungsi-fungsi seperti berkhayal, mengingat, berharap, persepsi, dsb. “rasional”. Rasional inilah yang memungkinkan manusia melakukan penalaran dan membentuk konsep-konsep.
              Pada manusia dorongan dorongan itu berbentuk dorongan untuk merealisasi diri (self realization) yang disebut “entelechi”. Menurut Aristoteles fungsi dari jiwa dibagi dua yaitu kemampuan untuk mengenal dan kemampuan berkehendak. Pandangan ini terkenal sebagai “dichotomi”.

3.      Psikologi Augustine (354-430)
              Augustine memperkenalkan beberapa konsep yang penting dalam psikologi. Manusia pada dasarnya bersumber pada alam. Dalam diri manusia sudah ada dua dorongan  yang diberikan alam, yaitu dorongan jahat dan dorongan baik. Dorongan jahat harus ditekan dan dilawan, tapi dorongan baik harus dirangsang agar tumbuh terus untuk mencapai kesempurnaan kepribadian. Manusia harus dibersihkan dari dosa dan kesalahan. Untuk itu maka perasaan takut harus ditimbulkan dalam diri orang agar orang itu tidak melakukan dosa. Augustine mengatakan bahwa cara untuk menumbuhkan rasa takut dalam diri manusia itu bermacam-macam, karena pada hakekatnya tidak ada dua orang yang persis sama. Dengan pendapatnya ini, Augustine tergolong orang yang pertama-tama mengamati adanya perbedaan individual (individual difference).


4.      Psikologi pada masa Renaissance dan abad ke-17
              Bagi perkembangan ilmu pengetahuan , masa renaissance adalah suatu masa yang cerah, karena pada saat itulah mulai berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan dengan pesat, termasuk psikologi tentunya. Ilmu pengetahuan dirasakan sebagai suatu cara yang obyektif  di dalam memahami dan memecahkan masalah-masalah ilmiah.
              Situasi masa renaissance tersebut besar pengaruhnya bagi perkembangan psikologi pada waktu itu. Descartes (1596-1650) di Perancis merupakan seorang besar dalam psikologi pada masa renaissance. Ia membedakan kelakuan manusia dengan hewan. Tingkah laku hewan berdasarkan pada prinsip mekanistis, sedangkan manusia disamping secara kualitatif  juga bersifat mekanistis, manusia mempunyai kemampuan untuk bebas memilih. Manusia mampu berinisiatif, sedangkan hewan tidak. Tindakan manusia bagian yaitu: (1) alam mekanik dan (2) alam rasio.

5.      Psikologi assosiasi
              Psikologi ini berusaha mempelajari jiwa dengan metode analistis-syntetis, seperti yang digunakan dalam ilmu alam, karena psikologi tersebut mempunyai anggapan bahwa jiwa itu terdiri dari elemen-elemen atau kumpulan unsur-unsur yang berproses menurut hukum-hukum yang pasti, yaitu hukum sebab akibat dan hukum assosiasi. Jiwa dipandang sebagai mesin yang berjalan secara mekanis menurut hukum-hukum tertentu, jadi jiwa dengan demikian dipandang pasip, yang aktif adalah hukum-hukum yang menggerakannya. Aliran psikologi ini mengutamakan tanggapan-tanggapan, ingatan-ingatan serta penginderaan.

6.      Psikologi Elementer (unsur) dari Herbart
              Herbart adalah seorang ahli psikologi dan pendidikan bangsa jerman yang menentang ajaran kekuatan kejiwaan, yaitu ajaran yang mengatakan bahwa jiwa mempunyai kekuatan-kekuatan khusus. Menurut pendapatnya jiwa itu terbentuk oleh karena adanya tanggapan-tanggapan. Dengan demikian, teori Herbart ini disebut “teori tanggapan“ (voorstelings theorie). Dengan menggunakan metode sintetis-analitis, ia mengemukakan pendapat bahwa jiwa terdiri dari dua lapisa yaitu: jiwa yang disadari dan jiwa yang tidak disadari, diantara keduanya terdapat ambang kesadaran. Tidak semua tanggapan itu disadari, karena di antara tanggapan yang masuk terdapat pertentangan yang saling tolak menolak.

7.      Psikologi Fisiologi
              Psikologi ini juga terpengaruh oleh ilmu alam. Adapun salah satu tokohnya yaitu: Johannes Muller yang berhasil mendapatkan hukum kekuatan khusus dari pada indera, yang antara lain menyatakan bahwa masing-masing tanggapan itu menyebabkan timbulnya kekuatan atau reaksi yang khusus terhadap jenis tanggapan yang diterima melalui panca indera tersebut. Paham ini sebagai contoh psikologi yang dipengaruhi ilmu pengetahuan alam, baik metode maupun pendapatnya.


             
2.      Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri

Akhir abad ke 19 merupakan titik permulaan daripada psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yaitu sejak Wilhelm Wundt (Jerman, tahun 1832-1920) melepaskan psikologi dari filsafat serta ilmu pengetahuan alam. Wundt adalah seorang pelopor usaha tersebut dengan mendirikan “laboratorium psikologi’ yang pertama kali, yaitu pada tahun 1875, kemudian laboratorium tersebut disahkan dan diakui oleh Universitas-Leipziq pada tahun 1886. Sejak pengesahan tersebut berarti psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Sejak psikologi berdiri sendiri dengan menggunakan metode-metodenya sendiri dalam pembuktian-pembuktian dan dalam penyelidikannya, maka timbullah berbagai macam aliran psikologi yang bercorak khusus. Adapun ciri-ciri khusus sebelum abad ke 18 antara lain adalah:
a.       Bersifat elementer, berdasarkan hukum sebab akibat;
b.      Bersifat mekanis;
c.       Bersifat sensualitis-intelektualistis (mementingkan pengetahuan dan pikir);
d.      Mementingkan kuantitas;
e.       Hanya mencari-cari hukum;
f.       Gejala-gejala jiwa dapat dipisahkan dari subyeknya;
g.      Jiwa dipandang pasif;
h.      Terlepas dari materi-materi.
Sedangkan ciri khas dari psikologi modern yang antara lain nampak sebagai berikut:
a.       Bersifat totalitas
b.      Bersifat teologis
c.       Vitalistis biologis ( jiwa dipandang aktif dan bergerak dalam hidup manusia)
d.      Melakukan pendalaman dan penyelaman terhadap jiwa (verstehend)
e.       Berdasarkan nilai-nilai
f.       Gejala-gejala jiwa dihubungkan dengan subyeknya
g.      Memandang jiwa aktif dinamis
h.      Mementingkan fungsi jiwa
i.        Mementingkan mutu/kualitas
j.        Lebih mementingkan perasaan.
Dengan otonominya sebagai ilmu pengetahuan itu maka sejak tahun 1990 timbullah aliran-aliran baru yang bersifat khusus, seperti: ilmu jiwa dalam, psikologi pikir, psikologi individual, behaviorisme, psikologi gestalt, psikologi kepribadian dan masih banyak aliran lainnya.


3.      Psikologi modern dalam abad ke 20

Psikologi abad ke-20 ini mengalami perkembangan yang menuju ke arah pengkhususan dalam studi, dengan pengkhususan tersebut diharapkan dapat membawa kepada pendalaman bidang-bidangnya juga penyesuaian dalam penerapannya bagi kehidupan umat manusia akan lebih intensif.
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa dimana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan metode ilmiah , terlepas dari ilmu filsafat dan ilmu faal.
Mulai permulaan abad ke-20 psikologi mempunyai lebih banyak aliran dengan spesialisasi di bidang penelitian masing-masing serta penerapannya. Beberapa contoh aliran-aliran yang berkembang pada fase ini adalah:

Psikologi dalam, yang terbagi atas beberapa aliran:

1.      Psiko-analisa, yaitu aliran yang berusaha menyelidiki tentang kejiwaan yang berada di bawah sadar manusia

2.      Psikologi perorangan, yaitu psikologi yang berusaha menyelidiki hidup kejiwaan manusia dari segi pribadi perorangan, menurut sumber pokok hidup kejiwaannya.

3.      Psikologi analitis, yaitu aliran psikologi yang bertujuan mempelajari kehidupan jiwa manusia dari segi lapisan jiwa sadar dfan tidak sadar.

4.      Neo-Freudianisme, yaitu suatu aliran psikologi yang bersumber dari pendapat-pendapat Freud, akan tetapi kemudian berkembang menjadi pandangan-pandangan baru. Manusia dianggap sebagai sebagai suatu mahluk yang bereaksi secara total kejiwaannya, bukan secara unsur demi unsur.


BAB III
PENUTUP
1.     kesimpulan
            Dengan memperhatikan penjelasan tadi, maka dapat kita simpulkan bahwa psikologi selalu berkembang dari masa ke masa, sehingga memunculkan berbagai perbedaan dalam bentuk aliran-aliran psikologi.
            Semua aliran-aliran psikologi, meskipun menimbulkan sudut pandang yang berbeda-beda akibat sistim pendekatan dan metode yang berbeda, akan tetapi tujuannya sama yaitu ingin mengetahui realitas (hakekat) hidup kejiwaan manusia maupun hewan.




DAFTAR PUSTAKA

·         Drs. E. Usman Effendi dan Drs. Juhaya S. Praja, 1993.Pengantar Psikologi. Angkasa: Bandung.
Drs. H. Ahmad Fauzi, 1997. Psikologi Umum. Pustaka Setia:
Silahkan dibagikan keteman Via


Artikel Terkait :

0 Kommentare on Makalah Sejarah Ilmu Jiwa Perkembangan | Psikologi Perkembangan :

Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !

Pengikut


Google+