Makalah Dasar-dasar Pemasaran | Pengantar Bisnis
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan dan
keinginan serta nilai kualitas jasa sangat ditentukan oleh tingkat kepentingan
maupun kepuasan pelanggan sebagai pemakainya. Pelayanan yang kurang memuaskan
akan menyebabkan berkurangnya konsumen
atau bahkan hilang karena konsumen berpindah ke jasa layanan lain. Hal ini
merupakan tantangan besar bagi perusahaan dalam membangun citra perusahaan yang
tidak hanya mampu membuat dan membangun tapi juga dapat memberikan pelayanan
yang memuaskan. Oleh sebab itu perusahaan perlu mengetahui perilaku pelanggan
dalam membeli, menggunakan dan mengevaluasi jasa dalam rangka pemenuhan dan
pemuasan kebutuhan.
Setiap
perusahaan memiliki
tantangan untuk tetap mempertahankan usahanya antara lain bagaimana menjaga
kualitas pelayanan agar dapat bersaing dengan produk serupa dan juga produk
pengganti lainnya yang saat ini semakin banyak bermunculan. Salah satu faktor
yang harus diperhatikan dalam menjaga kualitas pelayanan yaitu dengan memberikan
pelayanan yang memuaskan, sesuai dengan atau melebihi harapan pelanggan.
Sehingga dirasakan sangat penting untuk mengetahui pelayanan yang diharapkan
oleh pelanggan.
Bila ditinjau dari sudut
pandang perusahaan, salah satu cara yang efektif dalam melakukan diferensiasi
adalah melalui jasa atau pelayanan yang diberikan. Hal ini membawa perubahan
yang cukup mendasar dalam bisnis utama suatu perusahaan. Sebagai contoh,
semakin banyaknya bisnis utama restoran bergeser dari sekedar menyediakan
segala macam makanan untuk dijual, menjadi usaha melayani dan memuaskan rasa
lapar pelanggan dengan disertai usaha menyediakan suasana yang kondusif bagi
pelanggan untuk menikmati hidangan. Bahkan tidak jarang pula di restoran
disajikan pula hiburan musik.
Analisis mengenai tingkat
kepuasan pelanggan ini nantinya dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan
strategi dan program pemasaran yang relevan pada situasi dan kondisi saat ini.
Konsep strategi yang baik membutuhkan perumusan masalah yang berlandaskan
kepada wawasan yang lebih luas.
Manajemen pemasaran
mengenal konsep bauran pemasaran (Marketing
Mix) sebagai variabel-variabel keputusan yang dapat dikendalikan oleh
manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Di dalam konsep bauran pemasaran (Marketing Mix) terdapat 7 variabel yaitu
produk (product), harga (price), promosi (promotion) dan tempat (place),
proses (process),personil (personil), dan fasilitas fisik (physical
facility).
Analisis tingkat kepuasan
pelanggan memberikan landasan yang baik untuk memahami dan memanfaatkan lebih
efektif lagi konsep dan metode-metode pemasaran produk bagi strategi dan
program pemasaran. Strategi dan program pemasaran diperlukan untuk mengatasi
permasalahan pemasaran yang kompleks melalui pendekatan terhadap sistem nyata
di dalam perusahaan.
I.2 Perumusan Masalah
Dalam memberikan
pelayanan seringkali terjadi perbedaan kualitas antara yang diberikan suatu
perusahaan yang diharapkan oleh pelanggan. Besarnya perbedaan kualitas tersebut
tergantung dari seberapa besar perusahaan
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya serta
tergantung pada perilaku pelanggan dalam membeli, menggunakan dan mengevaluasi
jasa yang diberikan.
Sejalan dengan pandangan pelanggan
terhadap pelayanan sebuah perusahaan
dikaitkan dengan penjelasan latar belakang di atas dapat dirumuskan hal-hal
yang akan dijadikan acuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
- Pemasaran
- Konsep Pemasaran
- Strategi Pemasaran
- Turbo Marketing
- Kebijaksanaan harga
- Promotion atau Komunikasi Bisnis
Dasar-Dasar Pemasaran
1. Pemasaran
1.1. Pengertian dan Ruang lingkup
pemasaran
Hal
utama yang menjadi dasar perlu adanya pemasaran bagi perusahaan adalah karena
produk yang dihasilkannya tidak bisa mencari konsumennya sendiri. Oleh karena
itu, di setiap koorporat selalu terdapat bidang khusus yang menangani
distribusi produk mereka agar sampai ke tangan konsumen. Divisi tersebut
dinamakan divisi pemasaran, yang di dalamnya termasuk bagian penjualan.
Semakin
ketatnya kompetisi di antara perusahaan, menjadikan bidang pemasaran ini
mendapat perhatian sangat serius para ahli, karena ia menjadi semacam roh bagi
sebuah koorporat. Betapa pun bagusnya sebuah produk, tanpa didukung pemasaran
yang memadai, akan menjadi sia-sia. Kualitas sebuah produk memang menentukan
daya tarik bagi konsumen, tetapi tanpa didukung model pemasaran yang memadai,
akan sulit sampai ke tangan konsumen.
Sebuah produk barang atau jasa tidak akan dibeli apabila
konsumen tidak mengetahui kegunaannya, keunggulannya, dimana produk dapat
diperoleh dan berapa harganya. Untuk itulah konsumen yang menjadi sasaran
produk perlu diberikan informasi yang jelas mengenai:
·
Sebuah produk beserta
mutunya.
·
Kegunaan produk tersebut serta cara penggunaanya.
·
Di mana produk tersebut bisa didapatkan
·
Jika dianggap perlu disebutkan berapa harganya
Kedua poin pertama dilakukan oleh bagian
promosi. Setelah sebuah produk, baik berupa barang mau pun jasa cukup dikenal
oleh konsumen, barulah sarana distribusi agar produk tersebut sampai di tangan
konsumen ditentukan strateginya. Ini dilakukan oleh bidang penjualan. Kedua
bidang tersebut merupakan bagian dari divisi pemasaran.
Pengertian Pemasaran
Secara umum,
pemasaran cenderung didefinisikan sebagai proses distribusi barang atau jasa
yang dihasilkan suatu perusahaan atau koorporat kepada konsumen. Perhatikan
difinisi-definisi berikut :
1. Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom
Pemasaran merupakan suatu kegiatan
penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen.
2. Pengertian Pemasaran Menurut Philip dan
Duncan
Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi
semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang
bersifat tangible ke tangan konsumen.
3. Pengertian Pemasaran Menurut Asosiasi
Pemasaran Amerika Serikat / American
Merketing Association
Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan
usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke
konsumen.
sumber : http://organisasi.org
4. Pengertian Pemasaran Menurut Wilkipedia
Pemasaran
adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi,
segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan keinginan
manusia merupakan bagian dari konsep pemasaran.
Pemasaran
dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi
keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi
kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan
terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga
ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih
dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua botol yang sesuai dengan
kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa.
Proses
dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep
pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price),
pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang
bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki
pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat
tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen
yang dituju.
Jika kita tilik pengertian di atas, maka pemasaran hanya
diartikan sebagai kegiatan mendistribusikan produk dari produsen ke konsumen.
Dengan pengertian seperti itu menjadi tak ada bedanya antara pemasaran dan
penjualan.
Hingga saat ini masih banyak orang, termasuk beberapa
eksekutif, belum bisa memahami perbedaan antara pemasaran dengan penjualan.
Padahal, sesungguhnya kedua istilah tersebut memiliki konsep yang berbeda.
Dalam konsep penjualan, suatu perusahaan meluncurkan produk
baru. Setelah
itu, perusahaan tersebut menggunakan segala methoda penjualan untuk merayu
konsumen agar membeli produk tersebut. Setelah konsumen terbujuk, diharapkan
mereka mau membeli produk tersebut sehingga perusahaan memperoleh laba. Jadi,
dalam konsep penjualan, perusahaan mengarahkan permintaan konsumen agar sesuai
dengan produk yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan konsep pemasaran. Di
dalam konsep pemasaran, langkah perusahaan diawali dengan penjajakan untuk
mengetahui apa yang diinginkan atau dibutuhkan konsumen. Kemudian, perusahaan
tersebut mengembangkan sebuah produk yang dapat memenuhi keinginan atau
kebutuhan konsumen, dari sini perusahaan mendapatkan laba. Di sini, perusahaan
menyesuaikan produk mereka untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen.
1.1.1
Perbedaan Orientasi Produksi, Orientasi Penjualan, dan Orientasi Pemasaran
Sebagaimana diuraikan
sebelumnya, aktivitas pemasaran ibarat jantung kehidupan bagi sebuah
perusahaan. Oleh karena itu, semakin hari semakin banyak perusahaan menganut
konsep pemasaran dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Namun, sebagaimana halnya
konsep lainnya, konsep pemasaran ini harus diaplikasikan dengan sungguh-sungguh
supaya diperoleh manfaatnya secara maksimal. Tanpa itu, ia akan menjadi
pembicaraan yang tanpa arti bagi suatu perusahaan bisnis. Dalam pernyataan ini
terkandung makna bahwa : (1) Kegiatan pemasaran harus dikoordinasikan secara
menyeluruh dengan pihak-pihak lain dan dikelola secara sungguh-sungguh; (2)
Eksekutif pemasaran harus selalu terlibat dan berperan maksimal dalam
perencanaan perusahaan. Jika kedua item
tersebut mulai diterapkan dalam sebuah perusahaan, maka bisa dikatakan bahwa
manajemen pemasaran mulai berkembang di dalam perusahaan tersebut. Jadi,
manajemen pemasaran adalah konsep pemasaran dalam tingkat nyata.
Terdapat 3 tahap perkembangan,
dan tahap yang keempat sekarang sedang muncul. Meskipun demikian, banyak
perusahaan masih berada pada tingkat awal dalam menerapkan konsep pemasaran.
Hanya beberapa perusahaan saja yang telah menerapkan tahap-tahap mutakhir dari
perkembangan filsafat dan praktek pemasaran.
Ada pun tahap-tahap
perkembangan atau evolusi manajemen pemasaran adalah sebagai berikut :
- Tahap
Orientasi Produksi
Pada tahap awal ini, sebuah perusahaan
biasanya berorientasi ke bidang produksi. Perencanaan perusahaan dibuat oleh
eksekutif produksi dan departemen tehnik.
Peran dari bidang atau departemen penjualan hanyalah sekadar menjual
produk yang dihasilkan oleh bagian produksi dan keuangan. Tahap ini sering
disebut sebagai tahap “perangkap tikus” yang lebih baik. Asumsi yang mendasari
ialah asal produk bermutu baik dan harga yang wajar, produk pasti laku dijual.
Tidak dibutuhkan upaya pemasaran untuk membujuk orang membeli produk yang
ditawarkan.
Dalam tahap ini, perusahaan
belum mengakui departemen pemasaran. Yang ada adalah departemen penjualan yang
dipimpin oleh manajer penjualan yang bertugas mengelola tenaga penjualan. Hal
semacam ini mendominasi berbagai perusahaan di dunia hingga tahun 1930-an.
- Tahap Orientasi Penjualan
Depresi perekonomian dunia memberi sebuah pelajaran berharga bahwa
masalah utama dalam ekonomi adalah bukanlah memproduksi berbagai produk secara
cukup. Tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana menjual produk-produk
tersebut. Hanya memproduksi “perangkap tikus” yang lebih baik tidak
menjamin keberhasilan perusahaan dalam menguasai pasar. Untuk menguasai pasar,
harus dilakukan promosi yang memadai. Dengan promosi yang memadai, penjualan
produk secara besar-besaran akan bisa dicapai. Dalam tahap ini, penjualan dan
pengelolaannya memperoleh pengakuan dan tanggung-jawab baru dalam perusahaan.
Akan tetapi, di samping memperoleh pengakuan yang tinggi, pada tahap ini
penjualan memperoleh reputasi yang buruk. Jaman ini dikenal sebagai jaman
“menjual keras”. Hal ini digambarkan dengan para sales yang mendatangi rumah ke
rumah ( door to door ). Dengan perilaku ini menyebabkan calon konsumen
“terpaksa harus membeli” produk yang ditawarkan para sales tersebut. Konsep
“menjual keras” ini tidak hanya dilakukan oleh bisnis korporat saja, tetapi
organisasi-organisasi non bisnis juga menggunakan konsep ini. Akibatnya, konsep
“penjualan keras” ini banyak menuai kritik dan kecaman. Bahkan pekerjaan
sebagai sales banyak mendapat pandangan negatif.
Pada tahap penjualan ini, terjadi dua perubahan penting dalam pengelolaan
organisasi bisnis. Pertama, semua aktivitas pemasaran seperti periklanan dan
riset pemasaran biasanya dipimpin oleh manajer penjualan atau wakil direktur
bidang penjualan. Kedua, kegiatan
seperti pelatihan dan analisis penjualan yang sebelumnya ditangani oleh
departemen lain sekarang dikelola oleh departemen penjualan. Secara umum tahap
ini berjalan dari tahun 1930-an sampai tahun 1950-an.
- Tahap Orientasi Pemasaran
Pada tahap ketiga ini, perusahaan-perusahaan menganut konsep manajemen
pemasaran yang terkoordinir dan diarahkan untuk mencapai tujuan ganda :
orientasi konsumen dan volume penjualan yang menguntungkan. Perhatian ditujukan
ke pemasaran, bukan ke penjualan. Eksekutif puncaknya disebut sebagai manajer
pemasaran atau wakil direktur pemasaran. Dalam tahap ini beberapa aktivitas
yang biasanya dikelola oleh eksekutif
departemen lain, kini menjadi tanggung-jawab manajer pemasaran. Misalnya
aktivitas pengendalian sediaan, pergudangan dan aspek-aspek perencanaan produk.
Para manajer pemasaran dilibatkan sejak tahap
awal dari daur produksi. Dengan pelibatan sejak awal ini diharapkan mereka
dapat mengintegrasikan pemasaran ke dalam setiap tahap dari aktivitas
perusahaan. Pemasaran harus mempengaruhi semua kebijakan perusahaan, baik yang
jangka pendek maupun yang jangka panjang.
Penerapan konsep pemasaran ini akan berhasil hanya bila mendapat dukungan
dari manajemen puncak. Pasalnya, “hanya manajemen puncaklah yang bisa
menyediakan iklim, disiplin, dan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk sebuah
program pemasaran yang berhasil,” demikian ungkap seorang eksekutif Chase Bank.
Bahkan, seorang eksekutif puncak pemasaran di International Mineral and
Chemical Coorporation memperingatkan :”Sebuah perusahaan tidak dapat menjadi
sadar konsumen hanya karena keputusan dan perintah. Karena semua organisasi
cenderung mencontoh pemimpinnya, sehingga penting untuk seorang pemimpin bisnis menjadi sadar-konsumen....Dia akan
dapat mengembangkan suasana, atmosfir dan semangat kesatuan yang memantulkan citra bahwa
konsumen adalah raja di perusahaan kami, dan gagasan ini meresap ke seluruh
bagian dalam perusahaan”.
Dewasa ini sebagian besar
perusahaan besar, terutama perusahaan multi nasional, berada pada tahap ini.
Mereka telah mengadopsi konsep pemasaran untuk menjalankan usaha bisnisnya.
Burouhgs Coorporation menunjukkan citra perusahaan yang telah sepenuhnya
menerapkan konsep pemasaran. Dia berkata,”Setiap perusahaan yang bukan
merupakan organisasi pemasaran tidak dapat dikatakan sebagai perusahaan.”
Presiden Direktur Pepsi Cola berkata,”Bisnis kita adalah bisnis pemasaran”.
- Tahap
Orientasi Manusia dan Tanggung-jawab Sosial
Kondisi sosial dan ekonomi
pada tahun 1970-an mendorong munculnya tahap ke empat dalam evolusi manajemen
pemasaran, tahapan yang banyak diwarnai oleh orientasi sosial
kemasyarakatannya. Di sini eksekutif pemasaran harus bertindak berdasarkan
sikap dan tanggung-jawab sosial jika mereka ingin berhasil, atau selamat.
Tekanan-tekanan dari luar – tekanan-tekanan dari luar – ketidakpuasan konsumen,
perhatian pada masalah-maslah lingkungan, dan kekuatan-kekuatan politik yang
legal – mempengaruhi program pemasaran perusahaan-perusahaan.
Yang perlu diperhatikan adalah
meskipun di atas diuraikan pembagian tahun untuk masing-masing tahapan,
sesungguhnya pembagian di atas hanyalah pembagian secara umum saja. Pada
kenyataannya, tidak ada waktu yang pasti yang membatasi masing-masing dari
keempat tahapan evolusi manajemen pemasaran di atas.
1.2
Utilitas
Utilitas adalah hubungan antara keinginan konsumen
dengan nilai atau kegunaan barang/jasa yang dijual. Empat tipe utilitas
adalah sebagai berikut:
- Utilitas bentuk: nilai tambah suatu produk karena perubahan bentuknya. Contoh: mobil minivan, dengan bentuknya dapat dipakai sebagai mobil penumpang ataupun truk pengangkut.
- Utilitas tempat: nilai tambah karena barang atau jasa tersedia pada tempat yang diinginkan konsumen. Contoh: restoran fast-food yang menyediakan paket layanan antar.
- Utilitas waktu: nilai tambah barang atau jasa karena
lebih cepat atau ada ketika dibutuhkan. Contoh: mesin ATM, karena lebih cepat dibanding ke teller bank.
- Utility
kepemilikan: nilai tambah pada produk sehingga pembeli berhak memakai atau
mengkonsumsi.
Dari sumber lain didapat
pembahasan mengenai Utilitas, menurut Wilkipedia:
Dalam ekonomi, utilitas
adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai.
Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya
utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha
untuk meningkatkan kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas
adalah util.
Doktrin dari
utilitarianisme ,elihat maksimalisasi dari utilitas sebagai kriteria moral
untuk organisasi dalam masyarakat. Menurut para utilitarian, seperti Jeremy Bentham
(1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1876), masyarakat harus bertujuan untuk
memaksimalisasikan jumlah utilitas dari individual, bertujuan untuk
"kebahagiaan terbesar untuk jumlah terbesar".
Dalam ekonomi neoklasik,
rasionalitas didefinisikan secara tepat dalam istilah dari kebiasaan
maksimalisasi utilitas dibawah keadaan ekonomi tertentu. Sebagai kebiasaan
usaha hipotetikal, utilitas tidak membutuhkan adanya keadaan mental seperti
"kebahagiaan", "kepuasan", dll.
Utilitas digunakan
oleh ekonom dalam konstruksi sebagai kurva indiferen, yang berperan sebagai kombinasi dari komoditas yang dibutuhkan oleh individu atau masyarakat untuk mempertahankan tingkat kepuasan. Utilitas
individu dan utilitas masyarakat bisa dibuat sebagai variabel tetap dari fungsi
utilitas (contohnya seperti peta kurva indiferen) dan fungsi kesejahteraan
sosial. Ketika dipasangkan dengan komoditas atau produksi, fungsi ini bisa
mewakilkan efisiensi Pareto, yang digambarkan oleh kotak Edgeworth dan kurva
kontrak. Efisiensi ini merupakan konsep utama ekonomi kesejahteraan.
1.3 Fungsi
Pemasaran
Dengan adanya
pemasaran konsumen tidak perlu lagi memenuhi kebutuhan pribadi secara
sendiri-sendiri dengan melakukan pertukaran antara konsumen dengan pelaku
pemasaran sehingga akan ada banyak waktu konsumen untuk kegiatan yang dikuasai
atau disukai.
Fungsi-Fungsi
Pemasaran :
1. Fungsi
Pertukaran
Dengan pemasaran
pembeli dapat membeli produk dari produsen baik dengan menukar uang dengan
produk maupun pertukaran produk dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri
atau untuk dijual kembali.
2. Fungsi
Distribusi Fisik
Distribusi fisik
suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta menyimpan produk. Produk
diangkut dari produsen mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak cara baik
melalui air, darat, udara, dsb. Penyimpanan produk mengedepankan menjaga
pasokan produk agar tidak kekurangan saat dibutuhkan.
3. Fungsi
Perantara
Untuk menyampaikan
produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat dilakukan pelalui
perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas pertukaran dengan distribusi
fisik. Aktivitas fungsi perantara antara lain seperti pengurangan resiko,
pembiayaan, pencarian informasi serta standarisasi / penggolongan produk
2. Konsep
Pemasaran
Pemasaran adalah keinginan manusia dalam
hubungannya dengan pasar. Pemasaran maksudnya bekerja dengan pasar untuk
mewujudkan transaksi yang mungkin terjadi dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan manusia. Pemasar adalah orang yang mencari sumberdaya dari orang lain
dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu. Kalau salah satu pihak
lebih aktif mencari pertukaran daripada pihak lain, maka pihak pertama adalah
pemasar dan pihak kedua adalah calon pembeli.
Dari konsep inti pemasaran maka, ada lima
konsep pemasaran yang mendasari cara organisasi melakukan kegiatan
pemasarannya.
Konsep Pemasaran Berwawasan Produksi
Konsep ini adalah salah satu konsep tertua, yaitu akan memilih produk yang mullah didapat dan murah harganya. Dalam hal ini memusatkan perhatiannya untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi serta cakupan distribusi yang luas. Konsep ini dapat dijalankan apabila permintaan produk melebihi penawarannya dan dimana biaya produk tersebut sangat tingi. Kelemahan konsep pemasaran ini adalah pelayanan tidak ramah dan buruk.
Konsep ini adalah salah satu konsep tertua, yaitu akan memilih produk yang mullah didapat dan murah harganya. Dalam hal ini memusatkan perhatiannya untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi serta cakupan distribusi yang luas. Konsep ini dapat dijalankan apabila permintaan produk melebihi penawarannya dan dimana biaya produk tersebut sangat tingi. Kelemahan konsep pemasaran ini adalah pelayanan tidak ramah dan buruk.
Konsep Pemasaran Berwawasan Produk
Konsep ini berpendapat bahwa pelanggan akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja terbaik dan inovatif dalam hal ini memuaskan perhatian untuk membuat produk yang lebih baik dan terus menyempurnakannya. Industri yang berwawasan ini cenderung tidak memperhatikan keinginan dan kebutuhan dari pelanggan, sehingga divisi pemasaran akan mengalami kesulitan dalam pemasaran.
Konsep ini berpendapat bahwa pelanggan akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja terbaik dan inovatif dalam hal ini memuaskan perhatian untuk membuat produk yang lebih baik dan terus menyempurnakannya. Industri yang berwawasan ini cenderung tidak memperhatikan keinginan dan kebutuhan dari pelanggan, sehingga divisi pemasaran akan mengalami kesulitan dalam pemasaran.
Konsep Pemasaran Berwawasan Menjual
Konsep ini berpendapat bahwa kalau pelanggan dibiarkan saja, pelanggan tidak akan membeli produk industri dalam jumlah cukup sehingga harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini beranggapan bahwa pelanggan enggan membeli dan harus didorong supaya membeli. Konsep ini sering digunakan pada " Produk yang tidak dicari" atau tidak terpikir untuk dibeli serta pada industri yang mengalami kelebihan kapasitas produksi.
Konsep ini berpendapat bahwa kalau pelanggan dibiarkan saja, pelanggan tidak akan membeli produk industri dalam jumlah cukup sehingga harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini beranggapan bahwa pelanggan enggan membeli dan harus didorong supaya membeli. Konsep ini sering digunakan pada " Produk yang tidak dicari" atau tidak terpikir untuk dibeli serta pada industri yang mengalami kelebihan kapasitas produksi.
Konsep Pemasaran Berwawasan Pemasaran
Konsep ini berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan industri terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada saingannya. Konsep berwawasan pemasaran bersandar pada empat pilar utama, yaitu :
Konsep ini berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan industri terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada saingannya. Konsep berwawasan pemasaran bersandar pada empat pilar utama, yaitu :
(1) pasar sasaran,
(2) kebutuhan pelanggan,
(3) pemasaran yang terkoordinir serta
(4) keuntungan.
Konsep ini telah dinyatakan dalam banyak cara
- Memenuhi kebutuhan dengan menguntungkan
- Temukan keinginan dan penuhilah
- Cintailah pelanggan bukan produknya
- Dapatkanlah sesuai kesukaan anda
- Berusaha sekuat tenaga memberikan nilai, mutu dan kepuasan tertinggi bagi uang pelanggan.
(2) kebutuhan pelanggan,
(3) pemasaran yang terkoordinir serta
(4) keuntungan.
Konsep ini telah dinyatakan dalam banyak cara
- Memenuhi kebutuhan dengan menguntungkan
- Temukan keinginan dan penuhilah
- Cintailah pelanggan bukan produknya
- Dapatkanlah sesuai kesukaan anda
- Berusaha sekuat tenaga memberikan nilai, mutu dan kepuasan tertinggi bagi uang pelanggan.
Konsep Pemasaran Berwawasan Bermasyarakat
Konsep ini beranggapan bahwa tugas industri adalah menentukan kebutuhkan, keinginan serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhi dengan lebih efektif serta lebih efisien daripada saingannya dengan cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan pelanggan dan masyarakat. Konsep pemasaran bermasyarakat meminta pemasar untuk menyeimbangkan tiga faktor dalam menentukan kebijaksanaan pemasaran, yaitu
Konsep ini beranggapan bahwa tugas industri adalah menentukan kebutuhkan, keinginan serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhi dengan lebih efektif serta lebih efisien daripada saingannya dengan cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan pelanggan dan masyarakat. Konsep pemasaran bermasyarakat meminta pemasar untuk menyeimbangkan tiga faktor dalam menentukan kebijaksanaan pemasaran, yaitu
(1) keuntungan industri jangka pendek,
(2) kepuasan pelanggan jangka panjang dan
(3) kepentingan umum dalam pengambilan keputusan.
(2) kepuasan pelanggan jangka panjang dan
(3) kepentingan umum dalam pengambilan keputusan.
Dalam sejarah, konsep pemasaran ada 3 era yang dapat dijelaskan berikut ini
:
1. Era
Produksi (prodiction era)
·
Fokus produsen atau berkonsentrasi pada
produksi.
·
Jenis market adalah seller’s market (pasar
penjual) dimana permintaan (demand) barang atau jasa lebihbesardaripada
penawaran (supply), sehingga memicu adanya produksi masal dan pada akhirnya
penawaran lebih besar daripada permintaan. Atau menjadi jenis pasar pembeli
(buyer’s market).
2. Era
Penjualan (sales era)
·
Karena
penawaran lebih besar dari pada permintaan, maka focus pemasaran adalah
menjual.
3. Era
Pemasaran (marketing era)
·
Produsen
lebih fokus kepada pasar atau berorientasi pada pelanggan (consumer orented).
·
Sehingga
produsi barang atau jasa disesuaikan dengan keinginan konsumen.
·
Contohnya
pelayanan deliveri dan drive through only untuk pembelian hamburger, yang
memanjakan konsumen.
2.1 Definisi Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran adalah
konsep dimana perusahaan atau produsen harus memberikan produk atau jasa
ataupun pelayanan yang diinginkan pelanggan yang ada ataupun pelanggan
potensial untuk mendatangkan keuntungan.
2.2 Segmentasi Pasar
Segmentasi
pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu
produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen.
Dengan kata lain, segmentasi pasar adalah kegiatan membagi pasar menjadi
kelompok pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah
laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran terpisah.
Perusahaan membagi pangsa pasar
ke dalam segmen-segmen pasar tertentu di mana masing-masing segmen tersebut
bersifat homogen. Perbedaan keinginan dan hasrat konsumen merupakan alasan yang
utama untuk diadakannya segmentasi pasar. Jika terdapat bermacam-macam hasrat dan keinginan konsumen, maka perusahaan
dapat mendesain suatu produk untuk mengisi suatu heterogenitas keinginan dan
hasrat tersebut. Dengan demikian dapat berkreasi dengan suatu penambahan
penggunaan yang khusus untuk konsumen dalam segmen yang diinginkan. Konsumen
akan mau membayar lebih tinggi terhadap produk yang mereka butuhkan bila mereka
menerima berbagai keuntungan dari produk tersebut.
Perusahaan atau para penjual mengklasifikasikan beberapa kelompok sasaran
segmen pemasaran, yakni segmentasi pasar konsumen, segmentasi pasar industri,
dan segmentasi pasar internasional. Kelompok segmen pasar tersebut memiliki
karakteristik berbeda, sehingga memerlukan cara tersendiri untuk menanganinya.
3. Strategi
Pemasaran
Masyarakat selaku
konsumen pembeli perumahan tidak dengan begitu saja membeli rumah tanpa
mempunyai pertimbangan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mereka
dalam pengambilan keputusan seperti produk, harga, lokasi, promosi (Kotler
& Amstrong 1997). Selain itu, dalam sebuah proses pengambilan keputusan
pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan
tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli (post purchase behavior).
Pada tahap ini konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan
tertentu yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Konsumen yang merasa puas
cenderung akan menyatakan hal-hal yang baik tentang produk dan perusahaan yang
bersangkutan kepada orang lain (Bayus dalam Kotler et al. 1996).
Konsumen perumahan
mewah selain membeli untuk tinggal, mereka juga mengharapkan adanya pencapaian
kepuasan (Property 2000). Oleh karena itu, di dalam memasarkan perumahan mewah,
para pengembang harus mampu menciptakan kepuasan bagi para konsumennya.
Untuk mampu
menciptakan kepuasan konsumen tersebut, para pengembang perlu memiliki suatu
strategi pemasaran yang jitu dalam memasarkan produknya, karena strategi
pemasaran juga merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai
tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang digunakan untuk
melayani pasar sasaran (Tull & Kahle dalam Tjiptono 1997).
Salah satu bentuk
strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan perumahan untuk
menciptakan kepuasan konsumen adalah penggunaan marketing mix (bauran
pemasaran) yang dapat meliputi product, price, promotion, dan physical evidence
(Pawitra 1993). Dengan demikian, faktor yang ada dalam bauran pemasaran
merupakan variabel-variabel yang diharapkan mampu menciptakan kepuasan
konsumen, atau dengan kata lain variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi
kepuasan konsumen dalam membeli suatu produk.
Pembangunan perumahan
untuk kelompok masyarakat menengah ke atas cenderung dilakukan oleh para
pengembang swasta, dimana mereka lebih menekankan pada profit orientied. Untuk
mencapai tujuan tersebut, penekanan pada daya tarik bentuk rumah yang mereka
bangun lebih diutamakan. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan para
konsultan pembangunan perumahan, sehingga perumahan yang mereka bangun mampu
menghasilkan bentuk yang menarik konsumen untuk membelinya. Sedangkan beberapa
hal seperti konstruksi, sarana jalan, saluran, dan fasilitas-fasilitas umum
yang seharusnya ada dalam kompleks perumahan yang mereka bangun, cenderung
diabaikan. Dengan demikian, ketidakpuasan konsumen mungkin akan muncul setelah
membeli rumah yang dipasarkan oleh para pengembang.
Bertitik tolak
pada paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pola pemikiran yang
berkembang dalam pembelian rumah di era sekarang ini, terutama untuk rumah
kelas menengah ke atas adalah bahwa rumah tidak hanya sebagai tempat
berlindung, namun juga berfungsi sebagai tempat tinggal yang nyaman, sehat,
bahkan estetika menjadi bahan pertimbangan mereka dalam pembelian rumah. Dengan
demikian, para pengembang harus mampu memberikan pelayanan yang optimal untuk
memberikan kepuasan pada konsumennya. Oleh karena itu, selain faktor teknis,
para pengembang perlu mengetahui dan mengerti mengenai prilaku konsumen dalam
memasarkan produknya. Karena dengan mempelajari perilaku konsumen para
pengembang akan banyak memperoleh informasi tentang keterlibatan konsumen
secara langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan sekaligus menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini (Engel,
Well, & Miniard 1994).
Pengertian
pemasaran yang berkaitan dengan produk berupa real estate dan property adalah
suatu kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan rumah
tinggal dan atau ruang usaha, dengan cara pengalihan hak atas produk tersebut
dari perusahaan kepada konsumen melalui proses pertukaran ( Santoso 2000).
Marketing mix
(bauran pemasaran) merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran (Kotler 1999). Secara umum,
bauran pemasaran menekankan pada pengertian suatu strategi yang
mengintegrasikan produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan
distribusi (place), dimana kesemuanya itu diarahkan untuk dapat menghasilkan
omset penjualan yang maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan
kepuasan pada para konsumen.
Sejalan dengan
semakin kompetitifnya dunia bisnis, 4-P tersebut berkembang. Pawitra (1993)
menegaskan bauran pemasaran meliputi 7-P yaitu product, place, price,
promotion, participant, physical evidence dan process. Sedangkan Payne
(1993) menyatakan bauran pemasaran terdiri dari product, place, price,
promotion, people, processes dan provision of consumer service.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka bauran pemasaran dapat meliputi produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka bauran pemasaran dapat meliputi produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik.
Sebuah proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya
berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh
tahap perilaku purnabeli (terutama dalam pengambilan keputusan yang luas).
Dalam tahap ini konsumen merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu
yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, ia akan
memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan pembelian ulang atau membeli
produk lain di perusahaan yang sama di masa datang. Konsumen yang merasa puas
cenderung akan menyatakan hal-hal yang baik tentang produk dan perusahaan yang
bersangkutan kepada orang lain. Oleh karena itu, pembeli yang puas merupakan
iklan yang terbaik (Bayus dalam Kotler et al. 1996).
Kotler (1999) memandang kepuasan sebagai fungsi dari seberapa
dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli
atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan,
pembeli akan kecewa. Jika ia sesuai harapan, pembeli akan puas dan jika ia
melebihi harapan, pembeli akan sangat puas. Perasaan konsumen setelah membeli
produk akan membedakan apakah mereka akan membeli kembali produk tersebut dan
membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk
tersebut pada orang lain.
Harapan konsumen terbentuk berdasarkan pesan yang diterima
dari penjual, teman, dan sumber-sumber informasi lainnya. Apabila penjual
melebih-lebihkan manfaat suatu produk, konsumen akan mengalami harapan yang tak
tercapai (disconfirmed expectation), yang akan menyebabkan ketidakpuasan.
Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja yang dihasilkan suatu
produk, akan semakin besar ketidakpuasan konsumen.
Konsumen yang
merasa tidak puas akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda. Berkaitan dengan
hal ini, Singh dalam Tjiptono (1997) menyatakan ada tiga kategori tanggapan
atau komplain terhadap ketidakpuasan, yaitu :
a. Voice response
a. Voice response
Kategori ini
meliputi usaha menyampaikan keluhan secara langsung dan/atau meminta ganti rugi
kepada perusahaan yang bersangkutan. Bila pelanggan melakukan hal ini, maka perusahaan masih mungkin memperoleh
beberapa manfaat. Pertama, pelanggan memberikan kesempatan sekali lagi kepada
perusahaan untuk memuaskan mereka. Kedua, resiko publisitas buruk dapat
ditekan, baik publisitas dalam bentuk rekomendasi dari mulut ke mulut, maupun
melalui koran/media massa. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah ketiga,
memberi masukan mengenai kekurangan pelayanan yang perlu diperbaiki perusahaan.
Melalui perbaikan (recovery), perusahaan dapat memelihara hubungan baik dan
loyalitas pelanggannya.
b. Private response
Tindakan yang
dilakukan antara lain memperingatkan atau memberitahu kolega, teman atau
keluarganya mengenai pengalamannya dengan produk atau perusahaan yang
bersangkutan, Umumnya tindakan ini sering dilakukan dan dampaknya sangat besar
bagi citra perusahaan.
c. Third-party response
Tindakan yang
dilakukan meliputi usaha meminta ganti rugi secara hukum; mengadu lewat media
massa (misalnya menulis di Surat Pembaca); atau secara langsung mendatangi
lembaga konsumen, instansi hukum, dan sebagainya. Tindakan seperti ini sangat
ditakuti oleh sebagian besar perusahaan yang tidak memiliki prosedur penanganan
keluhan yang baik. Kadangkala pelanggan lebih memilih menyebarluaskan
keluhannya kepada masyarakat luas, karena secara psikologis lebih memuaskan.
Lagipula mereka yakin akan mendapat tanggapan yang lebih cepat dari perusahaan
yang bersangkutan.
Ada empat faktor yang mempengaruhi apakah seorang konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak menurut Day dalam Engel, Well,& Miniard (1994), yaitu:
1. Penting tidaknya konsumsi yang dilakukan, yaitu menyangkut derajat pentingnya produk bagi konsumen, harga, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk, serta social visibility.
2. Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan produk, persepsi terhadpa kemampuan sebagai konsumen, dan pengalaman komplain sebelumnya.
3. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi jangka waktu penyelesaian masalah; gangguan terhadap aktivitas rutin, dan biaya.
4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.
Ada empat faktor yang mempengaruhi apakah seorang konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak menurut Day dalam Engel, Well,& Miniard (1994), yaitu:
1. Penting tidaknya konsumsi yang dilakukan, yaitu menyangkut derajat pentingnya produk bagi konsumen, harga, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk, serta social visibility.
2. Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan produk, persepsi terhadpa kemampuan sebagai konsumen, dan pengalaman komplain sebelumnya.
3. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi jangka waktu penyelesaian masalah; gangguan terhadap aktivitas rutin, dan biaya.
4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.
Dari sumber lain didapat mengenai Strategi PEMASARAN
PENGERTIAN STRATEGI PEMASARAN
Jika kita menengok
literatur asing, makna yang terkandung pada konsep strategi pemasaran adalah
sepadan maknanya dengan konsep marketing strategy dalam bahasa Inggris.
Kebanyakan para penulis memaknai konsep tersebut dengan pernyataan yang agak
meluas. Chang and Campo (1980) melihat marketing strategy sebagai
suatu isu sentral dan krusial dalam fungsi pemasaran. Guiltiman dan Paul
(1985) melihat strategi pemasaran sebagai "a broad means of achieving
given aims." Kotler (1976) mengartikan strategi
pemasaran sebagai "the grand design to achieve an objective." McCarthy
dkk. (1998,p.41) mendefinisikan marketing strategy sebagai "the
specification of target market and related marketing mix." Rao
dan Steckel (1995, p.3) menemukan bahwa kebanyakan para menejer
mendefinisikan strategi pemasaran sebagai "…the way you go about
accomplishing your objectives." Dan terakhir pengertian yang lebih
spesipik disampaikan oleh Zikmund dan D’Amico (1989, p.669) yang
menyatakan bahwa:
Marketing strategy includes the identification and evaluation
of opportunities, analysis of market segments, selection of a target market or
of target markets, and planning an appropriate marketing mix.
Dari beberapa pengertian strategi pemasaran yang dikemukakan
oleh para penulis di atas, didapat gambaran bahwa strategi pemasaran pada
hakikatnya merupakan serangkaian upaya yang ditempuh dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Untuk kepentingan kita dalam merancang strategi pemasaran,
kita akan berpijak pada pengertian strategi pemasaran yang disampaikan oleh
William Zikmund dan Michael D’Amico.
MENGEMBANGKAN
STRATEGI PEMASARAN
Menurut McCarthy ddk (1998) setiap langkah yang dilakukan
dalam mempormulasikan strtegi pemasaran harus diorientasikan pada upaya untuk
mencapai kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan kunci utama dari
konsep pemasaran dan strategi pemasaran. Ini berarti bahwa proses yang ditempuh
oleh setiap pihak boleh jadi bermacam-macam sesuai dengan kesanggupan dan
karakteristik masing-masing tetapi tujuan akhirnya tetap akan bermuara pada
tercapainya kepuasan konsumen atau consumer satisfaction.
Boone and Kurt (1987) berargumentasi bahwa pengembangan a
profitable marketing strategy dimulai dari the identification of attractive
opportunities (mengidentifikasi peluang), kemudian defines the target market
(tentukan pasar sasaran) dimana perusahaan akan mencurahkan seluruh aktivitas
pemasarannya secara langsung. Pernytaan yang hampir sama, juga, dikemukakan
oleh Zikmund dan D’Amico (1989) yang menegaskan bahwa terdapat tiga langkah
utama di dalam pengembangan strategi pemasaran, yaitu:
identifying and evaluating opportunities (mengidentifikasi
dan menilai peluang).
analysing market segments and selecting target markets (menganalisis segmen-segmen pasar dan memilih pasar sasaran)
planning a marketing mix strategy that will satisfy customer’s needs and meet the objectives and goals of the organisation (merencanakan strategi bauran pemasaran yang akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan sesuai dengan tujuan organisasi.Cravens (1994) berkomentar bahwa dalam langkah kedua, disamping menganalisis segmen pasar dan memilih pasar sasaran, adalah sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan positioning strategy (strategi penempatan pasar). Maksudnya, dalam langkah kedua tersebut pihak perusahaan harus menentukan posisi produknya di pasaran; bagaimana produk dan atau merk yang ia ciptakan akan dipersepsikan dan diposisikan oleh para konsumen. Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini akan kita bahas pada diskusi kita berikutnya.
analysing market segments and selecting target markets (menganalisis segmen-segmen pasar dan memilih pasar sasaran)
planning a marketing mix strategy that will satisfy customer’s needs and meet the objectives and goals of the organisation (merencanakan strategi bauran pemasaran yang akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan sesuai dengan tujuan organisasi.Cravens (1994) berkomentar bahwa dalam langkah kedua, disamping menganalisis segmen pasar dan memilih pasar sasaran, adalah sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan positioning strategy (strategi penempatan pasar). Maksudnya, dalam langkah kedua tersebut pihak perusahaan harus menentukan posisi produknya di pasaran; bagaimana produk dan atau merk yang ia ciptakan akan dipersepsikan dan diposisikan oleh para konsumen. Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini akan kita bahas pada diskusi kita berikutnya.
3.1 Marketing Mix
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa aktivitas pemasaran merupakan jantung
dari sebuah usaha bisnis. Mengingat pentingnya aktivitas pemasaran ini bagi
kelangsungan usaha suatu usaha bisnis, maka pengusaha harus memiliki
perencanaan yang strategis, pengawasan yang matang serta tindakan-tindakan yang
konkrit dan terprogram dalam mempengaruhi konsumen. Dalam ilmu manajemen
pemasaran, hal ini dinamakan dengan marketing mix atau bauran pemasaran.
Aktivitas marketing mix meliputi empat macam tindakan, antara lain :
1.
Produk (Product)
Pengusaha mempengaruhi
konsumen lewat produk yang ditawarkan, misalnya membuat produk dengan
warna-warni, bungkus yang bagus dan exclusive dan sebaginya.
Beberapa hal yang perlu
dipelajari tentang stategi ini :
a.
Konsep Produk
Konsep produk merupakan suatu pengertian atau
pandangan konsumen terhadap suatu produk yang dibutuhkan dan diinginkannya.
Misalnya sepatu, bagi konsumen memiliki
dua arti. Pertama, Arti (fungsi) teknis, sepatu adalah sebagi pelindung
telapak kaki dari berbagai barang yang dapat melukai telapak kaki. Fungsi ini
biasa disebut dengan “Produk Pangkal / Generic Produk” Kedua, Arti non teknis
(aspek sosial budaya), sepatu juga dipandang tidak hanya semata-mata pelindung
telapak kakinya akan tetapi juga terhadap harapan agar dengan memakai sepatu
itu konsumen akan dapat menjadi tampak “bergengsi”. Unsur ini dikenal sebagai
aspek kebutuhan manusia atau kebutuhan pangkal atau “Generic Need”
Dalam arti sempit, produk merupakan sekumpulan
atribut fisik yang terakit dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan. Setiap produk pasti memiliki
nama generik di samping nama brand. Misalnya deterjen, sabun mandi,
paracetamol atau sepatu. Sebaliknya, dalam artik yang luas setiap brand ( merk ) dipandang sebagai produk yang
terpisah dari produk lainnya yang semacam. Televisi merk Sony dengan televisi
merk Sharp merupakan produk yang berbeda, meski sama-sama televisinya. Merk ini
menjadi alat pembeda bagi konsumen. Dan justru oleh karena nama merk inilah
keinginan konsumen lebih dipuaskan. Mengapa ? Karena dari sebuah merk tergambar
di belakangnya warna, harga, kemasan, model, bonafiditas pabrik bahkan
komunitas konsumen dari merk tersebut.
Uraian di atas
memberi pengertian bahwa konsumen tidak hanya membeli sekumpulan atribut fisik
dari suatu produk saja. Mereka membayar sesuatu yang memuaskan keinginan
mereka. Perusahaan yang cerdas tidak hanya memasarkan produk itu sendiri, lebih
dari itu, ia menjual manfaat, citra (brand image), dan faktor-faktor intangible
lain.
Jadi, perusahaan
menjual produk sekaligus citra. Orang membeli suatu produk tidak hanya untuk
fungsinya, tetapi juga makna produk itu bagi pribadinya. Barang yang dibeli
merupakan cermin atribut pribadi, citra diri, kelas sosial dan hal-hal lain
yang bersifat pribadi. Seseorang akan memilih sebuah produk yang dapat
memperkuat citra pribadinya. Karena itu, Mc Donald tidak hanya menjual ayam
goreng, lebih dari itu, mereka menjual suasana makan yang nyaman, modern dan
relatif bergengsi.
b.
Siklus Kehidupan
Produk (Product life Cycle)
Tahap-tahap perkembangan hidup
produk seperti grafik berikut :
Seperti halnya mahluk hidup,
produk juga mengalami daur hidup. Dilihat dari sudut volume penjualan, mereka
juga mengalami lahir (perkenalan), tumbuh, puncak penjualan (kedewasaan),
merosot sampai akhirnya hilang dari peredaran. Daur hidup ini harus benar-benar
menjadi perhatian, karena berguna untuk menentukan strategi perusahaan secara
kesuluruhan.
Dari ada pemahaman
tentang daur hidup ini, membantu perusahaan untuk menentukan kapan harus
dilakukan inovasi-inovasi baru. Inovasi diperlukan karena setiap produk yang
mereka miliki pada akhirnya tidak akan diminati konsumen lagi karena pangsa
pasar dan volume penjualan terkurangi oleh adanya produk-produk yang dihasilkan
para kompetitor. Jika penjualan terus merosot, otomatis laba akan menurun. Oleh
karena itu, perusahaan harus merubah atau mengganti produknya. Jika tidak, maka
laba, pangsa pasar, volume penjualan akan terus berkurang, hingga akhirnya
perusahaan tersebut tutup.
c. Jenis-Jenis Produk
Ada beberapa penggolongan
produk :
- Barang Konsumsi
Beberapa barang konsumsi :
- Barang Konvenien/kebutuhan hidup sehari-hari.
Kebutuhan ini berfrekuensi pembelian tinggi tetapi jumlah
pembelian yang kecil-kecil.
- Barang Shoping/perabot rumah tangga
Kebutuhan ini berfrekwensi pembelian rendah dengan jumlah
pembelian /pengeluar yang cukup tinggi.
- Barang Spesial/mewah : Mobil, Video, Tape
recorder
Kebutuhan ini berfrekwensi pembelian rendah dengan jumlah
pembelian atau pengeluran tinggi.
- Barang Industri
Barang yang dibutuhkan untuk
keperluan alat usaha atau kegiatan produksi. Diantaranya,
Bahan baku ,
bahan pembantu, peralatan produksi, mesin-mesin pabrik dan peralatan
administrai kantor
2.
Harga (Price)
Jika
dilihat sejarahnya, harga ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui mekanisme
tawar menawar di antara mereka. Penjual menetapkan harga yang tinngi untuk produk
mereka, sedangkan pembeli menawar dengan harga serendah mungkin. Dengan tawar
menawar akhirnya dicapai kesepakatan harga yang dapat diterima oleh kedua belah
pihak.
Menurut
Philip Kotler bahwa harga untuk semua merupakan gagasan idea. Hal ini memperoleh
dorongan dari berkembangnya penjualan eceran berskala global pada akhir abad
1900-an.
Penentuan harga yang rendah, discount, harga obral serta
cuci gudang. Dengan cara ini penetapan harga semacam ini akan menarik perhatian
konsumen untuk memborong.
Dasar penentuan harga terdiri dari :
- Biaya, Harga jual ditambah dengan keuntungan “Cost –Plus
Pricing”
- Konsumen
- Persaingan, Politik Dumping/harga jual dibawah biaya
produksi, Discount,
Kredit/Leasing
3.
Promosi
(Promotion).
Kegiatan promosi untuk memperkenalkan produk sehingga
konsumen menjadi kenal kemudian menyenanginya, bahkan bagi yang lupa diharapkan
dapat menjadi ingat kembali.
Alat untuk mempromosikan produknya ada beberapa cara :
- Advertensi, iklan di surat
kabar, TV, bioskop, radio dll
- Promosi Penjualan, Membuka counter di Toko-toko atau Super
Mall
- Personal Selling,
Door to door selling, Mail order, Telepon Selling
-
Publikasi, Membuat berita di Surat kabar, TV, radio maupun majalah
Keempat bentuk promosi ini harus
dikonmbinasikan agar efektif untuk mempengaruhi konsumen. Kombinasi ini disebut “Promotional Mix”
4.
Distribusi
(Placement)
Cari distribusi yang memenuhi
kebutuhan konsumen dapat juga diterapkan agar menarik para konsumen. Untuk
barang kebutuhan sehari-hari distribusi dibuat sedekat mungkin dengan konsumen.
Bentuk-bentuk
saluran distribusi :
- Saluran Distribusi Langsung
Saluran
distribusi ini pengusaha berusaha untuk menyalurkan barang-barangnya yang
dibeli konsumen secara langsung ke tempat konsumen tinggal
- Saluran Distribusi Tidak Langsung
Dalam hal
ini pengusaha menggunakan pihak luar untuk membantu menyalurkan
barang-barangnya ke pada konsumen. Pihak luar ini merupakan
penyalur/distributor
Penyaluaran
tidak langsung meliputi 3 cara :
- Saluran distribusi yang eksklusif, penyaluran menggunakan
satu distributor tunggal
- Saluran distribusi yang selektif, menggunakan distributor
sedikit dengan syarat-syarat tertentu. Lokasi, keuangan, fasilitas telepon,
fasilitas parker, kondisi dan bentuk gudang dll
- Saluran distribusi yang intensif, menggunakan distributor
sebanyak-banyaknya agar dapat menjangkau lokasi konsumen yang menyebar.
3.2 Customer Relationship Management (CRM)
CRM adalah
suatu proses dalam mendapatkan, mempertahankan dan meningkatkan pelanggan yang
menguntungkan. CRM bertujuan untuk menciptakan nilai pelanggan, sehingga
pelanggan puas, dan memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan, memperoleh
keunggulan bersaing, memperhatikan mutu produk agar dapat memberikan kepuasan
prima bagi pelanggan. CRM menciptakan loyalitas melalui:
·
Continuity Marketing
Ini berguna membangun pemasaran interaktif dan program pasca
pemasaran. Pihak manajemen selalu member pelayanan berkelanjutan kepada para
pelanggan, agar loyalitas pelanggan ini tetap terjaga. Misalnya pihak
perusahaan membentuk memberclub, dilengkapi dengan membership card dan
memperoleh diskon khusus bagi anggota.
·
One to one marketing
Kegiatan ini lebih bersifat individual, one to one marketing,
guna pemenuhan pemenuhan kebutuhan yang dimiliki oleh pelanggan yang bersifat
baik. Untuk itu dilakukan penyapaan yang sopan santun, penanganan keluhan
secara individual, undangan atau kartu ucapan ualang tahun.
·
Partnering atau co-marketing
Yaitu hubangan antara pelanggan dengan pemasar. Dalam hal ini
ada hubungan kemitraan antar pelanggan dengan pemasar untuk melayani kebutuhan
konsumen akhir. Sebuah perusahaan dapat mengadakan kerjasama dengan perusahaan
lain misalnya untuk kebutuhan kantor dilakukan kerjasama dengan rumah makan,
café, biro perjalanan, bank, pengelola lahan parker, took, dan sebagainya.
Kerjasama ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berhubungan
dengan perusahaan.
3.3 Nilai Pelanggan
Nilai pelanggan didapat dari
membandingkan manfaat dengan nilai pengorbanan. Manfaat yang diperoleh konsumen
berasal dari:
ü Produk
yang dibeli
ü Layanan
yang diterima
ü Karyawan
yang membarikan layanan dan citra atau nama baik
ü Rasa
bangga terhadap perusahaan
ü Merek,
Dll.
Korbanan adalah berupa pengorbanan yang dikeluarkan oleh
konsumen yaitu:
·
Moneter
berupa nilai uang yang dibayarkan
·
Waktu yang dikorbankan untuk memperoleh produk
tersebut
·
Enerji merupakan rasa capek dalam mendapatkan
produk tersebut
·
Psikhis yaitu pengorbanan dalam kejiwaan
·
Kenyamanan
·
Keamanan
·
Waswas, Dll.
3.4 Customer Dependency
Elemen
ketrgantungan konsumen terhadap produsen disebabkan oleh:
o Akses
lokasi karena sangat strategis
o Kemampuan
pegawai mengenal pelanggan
o Inovasi
produk bermutu atau jasa memuaskan
Keterikatan
yang sukarela menandakan adanya rasa puas, tapi bila terpaksa maka perusahaan
menghadapi tantangan untuk menumbuhkan dalam diri pelanggan perasaan yang tulus
terhadap hubungan mereka. Pada bank: keterikatan nasabah dipengaruhi oleh
kedekatan karyawan bank dengan nasabahnya, dan ketersediaan akses. Pada pusat
belanja: para pedagang merasa terikat karena program bauran pemasaran, CRM, dan
nilai pelanggan.
4. Turbo
Marketing
Setelah kita melihat orientasi
perusahaan dalam menghadapi saingan melalui evaluasi konsep maka ada
pembaharuan terakhir usaha perusahaan mengatasi saingan melalui strategi turbo
marketing.
Sedari dulu perusahaan mengungguli
saingan melalui:
1) Perang
harga, dengan cara meningkatkan efisiensi, harga murah, produksi besar-besaran
2) Perang
dessain, produk perusahaan tampil beda dari perusahaan lain. Orang berlomba
dalam membuat desain, style, rasa, bentuk, dan sebagainya
3) Perang
kualitas, produk perusahaan diusahakan makin baik, berkualitas dengan
menerapkan Total Quality Control
4) Perusahaan
menerapkan strategi turbo marketing, dengan berusaha menekan waktu sehingga
perusahaan lebih unggul dalam hal:
v Proses
produksi lebih cepat sehingga konsumen tidak menunggu lama.
Contoh: KA Ekspres, surat kilat khusus,
produk mobil terbaru tidak perlu inden.
v Pelayanan
lebih cepat sehingga konsumen lebih cepat melihat hasilnya.
Contoh: cetak foto
kilat, fast food, dll.
5.
Kebijaksanaan Harga
Kebijaksanaan harga adalah
keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti untuk jangka waktu tertentu.
Kebijaksanaan harga dapat ditentukan oleh beberapa lembaga seperti:
v Produsen
v Grosir
v Retailer
v Pemerintah
Produser dapat membuat kebijaksanaan harga seperti
model skimming price, penetration price.
Grosir dapat melakukan kebijaksanaan harga
berdasarkan daerahpembeli, dengan membebankan ongkos transport atau sebaliknya.
Kebijaksanaan harga oleh retailer, lebih banyak
variasinya, yang tujuannya adalah untuk menarik konsumen.
Kebijaksanaan harga pemerintah sebagai pengawas
ekonomi di masyarakat dapat menetapkan harga berdasarkan ceiling price dan
floor price.
Ø Price Discount
Kadang-kadang toko eceran menjual barang lebih
murah, ini dimugkinkan karena adanya discount. Discount ini dapat diberikan
berdasarkan jumlah pembelian, karena musim, ada tujuan tertentu perusahaan dan
karena sistem pembayaran.
Ø Promotional Discount
Ada dua tipe promotional discount, yaitu markdowns
dan loss leaders. Markdown discount berarti discount yang diadakan untuk
memberanikan konsumen membeli barang yang sebenarnya tidak ia perlukan.
Ø A loss leader
Ini berarti usaha untuk menjual barang dibawah
harga pokoknya. Agar denagn demikian merangsang orang untuk membeli barang
lain. Pengusaha akan rugi besar bila konsumen yang datang hanya membeli barang
loss leadersaja. Akan tetapi dalam kenyataan konsumen yang datang, juga membeli
barang lain untuk kebutuhan rumah tangga.
Ø Penetapan harga barang baru
Price
skimming. Dalam hal ini
pengusaha menetapkan harga setinggi mungkin. Hal iini dimungkinkan karena belum
ada barang saingan, dal barang ditujukan untuk golongan kaya. Barang ini harus
mempunya keistimewaan, dan menimbulkan prestise bagi para konsumennya. Setelah
barsng laku, kemudian harganya berangsur diturunkan, dan keuntungan pengusaha
makin berlipat ganda
Penetration
pricing. Kabijaksanaan
harga ini berlawanan dengan skimminh price. Barang ini sudah banyak saingan di
pasar. Oleh sebab itu untuk memasuki pasar harganya harus di banting serendah
munggkin.
Geographic
pricing. Kebijaksanaan
harga terakhir adalah yang memperhatikan ongkos pengiriman. Setelah terjadi
penjualan siapakah yang menanggung biaya pengiriman, apakah penjual atau
pembeli, ini disebut geographic pricing karena mempertimbangkan lokasinya
6.
Promotion atau Komunikasi Bisnis
Promosi adalah elemen ke empat dalam marketing
mix. Promosi didefinisikan sebagai komunikasi yang memberi informasi kepada
calon konsumen mengenai suatu produk, yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen dan mendorong mereka untuk membeli. Ada beberapa elemen
promosi yang dikenal sebagai promotional mix, yaitu:
ü Advertising
Merupakan alat komunikasi yang sangan ampuh, dapat
mencapai daerah yang sangat jauh, dan sulit dimasuki. Advertising dapat masuk
ke rumah-rumah penduduk tidak mengenal waktu siang atau malam.
ü Personal selling
Adalah promosi yang dilakukan oleh orang. Misalnya
para penjual di toko, atau penjual dari rumah ke rumah. Jangkauan
operasionalnya sangat terbatas dan biayanya mahal. Akan tetapi personal selling
memiliki keunggulan, yaitu dapat mengetahui keberatan-keberatan yang diajukan
oleh konsumen, mereka dapat berdialog dengan konsumen.
ü Public relation
Merupakan bagian dari perusahaan yang memberi
informasi pada publik tentang perusahaan dan produk yang dihasilkannya.
ü Sales promotion
Adalah memberi intensif atau hadiah kepada
konsumen, agar mereka tertarik untuk membeli. Sales promotion mengajak mereka
agar mau membeli sekarang juga.
Penutup
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dalam
pemuasan kebutuhan dan keinginan manusia merupakan bagian dari konsep
pemasaran.
Tujuan kegiatan
pemasaran adalah mempengaruhi pembeli agar bersedia membeli harang dan jasa
perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Agar tujuan tersebut tercapai maka
setiap perusahaan harus memahami tentang perilaku konsumen. Setiap manajer
pemasaran harus memahami tingkah laku konsumen sehingga perusahaan dapat
mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk
secara lebih baik.
Dasar-dasar pemasaran yang harus kita
kuasai meliputi :
- Pemasaran
- Konsep Pemasaran
- Strategi Pemasaran
- Turbo Marketing
- Kebijaksanaan harga
- Promotion atau Komunikasi Bisnis
Oleh
karena itu dengan adanya konsep pemasaran yang baik dan benar, diharapkan dapat
diaplikasikan ke dalam kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi yang
sebenarnya. Sehingga kegiatan perusahaan
berjalan dengan baik dan semakin baik lagi.
Daftar Pustaka
Fleschuer, Malcolm, and Gschwandtner, Gerhard. The
Marriott Miracle. Personal Selling Power, September 1994.
Mayros, Van, and
Dolan, Dennis J. How to Design the MKIS that work for your Business Marketing,
January 1986.
Steven, R. E.
Cs. Marketing Planning Guide, Joice Publihing House, 2002.
Alma, Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta.
0 Kommentare on Makalah Dasar-dasar Pemasaran | Pengantar Bisnis :
Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !