Makalah Sejarah Peradaban Islam Kemunduran Dunia Islam
BAB I
PENDAHULUAN
Menatap dunia masa kini tentunya tidak sama halnya dengan menatap dunia masa lalu. Hal ini sangat berkaitan dengan cara pandang para pelaku sejarah (masyarakat) yang hidup pada zamannya. Sebab cara pandang ini berdasar pada standar kemajuan yang seolah-olah telah menjadi nota kesepahaman dan kesepakatan masyarakat dalam menatap kehidupan di zamannya. Terlebih lagi ketika ada diskursus mengenai kebudayaan. Tentunya standar kemajuan tersebut akan melahirkan suatu indicator-indikator sebagai tolak ukur terhadap gejala-gejala perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Sehingga penilaian maju mundurnya suatu kebudayaan masyarakat tertentu bisa dilakukan ketika indikasi perubahan sosial mulai bermunculan. Pendek kata, yang menyebabkan munculnya perbedaan cara pandang masyarakat terhadap dunianya adalah bahwa standarisasi kemajuan mempunyai kelemahan terhadap batasan kronologis waktu. Tak pelak lagi, memang kehidupan kita terbatas oleh “ruang dan waktu”.
Subjektif merupakan klaim yang lebih banyak benarnya ditimpakan pada penilaiannonuniversal terhadap suatu kebudayaan masyarakat. Subjektivitas lebih dominan ketika sentiment-sentimen rasa (ras, suku, agama, keturunan, klaim geografis, kekuasaan, dll) mengarogansi cara pandang terhadap suatu kebudayaan masyarakat tertentu. Lebih parah lagi yang terjadi adalah penolakan fakta sejarah.
Oleh karena itu, alangkah baiknya sewaktu kita mencoba mengkaji maju mundurnya dunia Islam tanpa meninggalkan tatapan dunia terhadap dunia Islam dalam satuan waktu tertentu. Terlebih dahulu mau tidak mau kita harus menyepakati bahwa tatapan dunia adalah tatapan yang bersifat Universal. Hal ini berlaku ketika tatapan pluralisme disingkirkan sedangkan dominasi kebudayaan masyarakat tertentu dijadikan sebagai peradaban universal. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban kita adalah korban bentukan dari peradaban kaum-kaum colonial di masa imperialisme. Baik itu imperialisme Romawi, Kristen, Islam, maupun Yahudi. Dominasi peradaban kolonialisme itulah yang menyingkirkan sejumlah peradaban-peradaban lain dari catatan sejarah. Apapun kepentingan serta metodologi mereka, pada akhirnya peradaban merekalah yang lebih banyak dikatakan peradaban yang paling maju.
Meninjau kembali sejarah peradaban dunia, telah terjadi benturan-benturan peradaban sebagai akibat dari arogansi identitas terhadap kebudayaannya. Memang suatu peradaban merupakan implementasi dari kebudayaan manusia dan diyakini sebagai tatanan kehidupan sosial masyarakat. Karena hal itulah maka terjadi gesekan-gesekan antar kepentingan terhadap kebudayaan. Barangkali dengan begitu suatu kepentingan akan terlegalisasi oleh suatu sistem kebudayaan masyarakatnya. Ironisnya, berbagai kepentingan ini selalu saja sarat akan pragmatisme. Baik itu pragmatisme politis, kapitalis maupun misionaris. Pragmatisme terkadang merupakan sarat mutlak untuk bisa disebut sebagai suatu kepentingan. Yang untuk selanjutnya setelah dibungkus dalam kemasan kebudayaan, maka kepentingan pragmastis ini akan diabadikan oleh adat masyarakat setempat.
BAB II
KEMANDEGAN INTELEKTUAL
Awal mula munculnya kekhalifahan Bani Abbassiyah tidak terlepas dari penurunan khalifah Ummaiyah dari tahta kerajaan dalam tahun 750 M. Naiknya bani Abbassiyah ke atas tahta kerajaan adalah serempak dengan pembunuhan kejam terhadap tiap-tiap anggota keluarga khalifah Ummaiyah yang diturunkan itu. Hanya sedikit sekali yang dapat meloloskan diri dan seorang di antaranya ialah pemuda yang masih berusia 20 tahun, Abd-al-Rahman namanya. Dialah yang merambat jalan ke Spanyol dan merebut kekuasaan di sana, di mana kemudian dapat mempertahankan kekhalifahan Ummaiyah yang telah lenyap di sebelah Timur kekuasaan Islam. Dengan perbuatan Abd-el-Rahman tersebut, maka Spanyollah yang menjadi propinsi pertama yang tidak mau lagi mengakui kekuasaan khalifah Abbassiyah yang diakui oleh dunia Islam pada masa itu, yaitu khalifah Abbassiyah di Bagdad.
Nah, uraian di atas adalah sepenggal kisah yang menjadi salah satu titik tolak kemunduran Islam dalam segala bidang. Pembuktian yang bisa dipertanggungjawabkan adalah pertama, pergantian kekhalifahan yang dilakukan pada masa setelah Khulafaur Rasyidin selalu saja diawali dengan konflik-konflik perpecahan yang berujung pada dominasi kekerasan. Sehingga banyak perpecahan saudara dalam tubuh umat Islam sendiri yang bermunculan. Umat Islam terpecah dalam bagian-bagian sesuai dengan kepentingan masing-masing. Kepentingan yang cukup dominan untuk kondisi saat itu adalah kepentingan kekuasaan. Hal ini barangkali memang sangat relevan ketika kekuasaan Islam pada masa itu sangatlah luas sebagai hasil jerih payah penyebaran Islam yang dilakukan oleh khalifah-khalifah sebelumnya. Artinya, barangkali ketika umat Islam dibutakan oleh kepentingan pragmatisme kekuasaan, maka ruh pergerakan dakwah umat Islam bisa jadi sudah tercemar oleh pamrih-pamrih kekuasaan. Sehingga berperilaku politik tidak sehatpun akan dilakukan jua, yaitu dengan menghalalkan segala cara untuk merebut kekuasaan. Bukan lagi musyawarah mufakat yang dikedepankan, akan tetapi anarkisme dan represif adalah senjata cukup ampuh sebagai teror keumatan saat itu.
Kedua, mengapa kekhalifahan umat Islam setelah masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin bersifat ke-Dinasti-an yang dipegang oleh suatu Bani tertentu ? Apakah Islam mengenal garis keturunan adalah jaminan mutlak seseorang untuk memenuhi kualifikasi sebagai khalifah ? Asumsi yang bisa dimunculkan adalah bahwa pelaksanaan pemerintahan Islam pada masa penguasanya sangatlah sarat dengan nepotisme. Logika pragmatisnya, mumpung baninya berkuasa, alangkah mudahnya kalau perlu adanya pembinaaan bagi kalangan sendiri untuk melestarikan kekuasaan baninya. Karena dengan begitu, hak-hak kewarganegaraannya (berdagang, pendidikan, ibadah, dll) akan dilindungi dan dijaga oleh baninya sendiri yang sedang berkuasa. Positifnya, terlepas dari hiden curiculum/ goal setting sang penguasa, tiap-tiap masa kekuasaan dinasti mengadakan pengembangan-pengembangan keilmuan mutakhir.
Pada akhirnya sedikit bisa kita simpulkan bahwa kemunduran umat Islam secara global adalah dikarenakan runtuhnya suatu tatanan nilai-nilai keIslaman dalam masyarakat Islam itu sendiri. Seperti nilai-nilai universal yang dikorbankan oleh nilai-nilai pragmatisme tidak mutu. Semangat Ukhuwah Islamiyah yang tergadaikan oleh semangat kepentingan golongan, dan lain sebagainya. Memang, kejayaan Islam yang cukup gemilang saat itu menjadi suatu bumerang kemapanan bagi umat Islam.
Pada masa Dinasti Abbassiyah, pengembangan-pengembangan peradaban banyak dilakukan. Terutama dalam hal pengembangan Intelektual. Banyak dibangun gedung-gedung perpustakaan. Sekolah-sekolah yang digunakan sebagai sarana pembelajaran umat Islam waktu itu. Sehingga tak heran kalau telah banyak bermunculan pakar-pakar keilmuan di masa Abbassiyah. Seperti di masa Harun Al Rasyid yang sangat terkenal dengan sufistik dan kesusasteraannya waktu itu. Di sisi lain, begitu juga dengan Abd-el-Rahman yang menguasai spanyol. Ketika negaranya telah dikonsolidasikan dan untuk sementara menginjak masa damai, maka Abd-el_rahman mencurahkan perhatiannya kepada siasat damai. Perhatiannya terhadap masalah ini sama juga besarnya terhadap siasat peperangan. Kota-kota kerajaannya diperindahnya, pipa air dibuat agar ibukotanya mendapat air bersih, sebuah taman di luar kota Cordoba dibangunkan menurut bentuk istana nenek moyangnya di Timur Laut Syria dan lain sebagainya.
Setelah masa Dinasti Abbassiyah jatuh, banyak pengganti-penggantinya lemah dalam menjalankan pemerintahannya. Salah satunyan ialah pemeliharaan sarana-sarana keilmuan cukup lemah sebagai sarana pendidikan. Sehingga ketika pasukan Mongol dari Tartar menyerang pusat peradaban Islam di Bagdad, maka umat Islam dapat dikalahkan. Jatuhnya Bagdad di tangan pasukan Mongol saat itu, berarti awal kehancuran pusat kebudayaan Islam. Mulai saat itu kemunduran Islam dalam hal pengaruh global mulai nampak. Lebih parah lagi hal ini memunculkan konflik-konflik perpecahan di dalam tubuh umat Islam sendiri.
Satu hal yang perlu kita pelajari adalah adanya titik-titik kelengahan umat Islam pada masa kejayaannya. Dulunya, ketika di masa Rasulullah SAW banyak umat Islam yang belajar sebagai pengembangan keilmuan berangkat dari sumber daya manusia yang minim pengetahuan. Sampai-sampai tahanan musuh yang punya keahlian pun diharuskan oleh Rasulullah untuk mengajarkan keahliannya kepada sepuluh orang umat Islam baik kemampuan dalam berbahasa dan ataupun kemampuan yang lainnya sebagai syarat akan kebebasnnya. Sedang ketika puncak-puncaknya keilmuan di masa kejayaan umat Islam, barangkali semangat pembelajaran umat Islam menjadi terbutakan oleh kilauan gemilang kemenangan umat Islam di masa itu. Padahal di masa itu pula telah lahir banyak tokoh-tokoh Islam yang menjadi pakar-pakar intelektual dan telah melahirkan banyak ide-ide tentang berbagai disiplin ilmu seperti ilmu filsafat dan kesusasteraan, ilmu kedokteran, sejarah, arsitek dan lainnya. Telah diselenggarakannya proses pembelajaran di berbagai tempat yang masih menjadi kekuasaan Islam waktu itu. Pendidikan tersebut diperuntukkan guna pengembangan intelektual kaum muslimin termasuk didalamnya orang-orang pribumi.
Dinamika pendidikan di masa-masa kejayaaan Islam adalah sektor yang paling diunggulkan. Barangkali hal ini berkaitan dengan semangat keilmuan dalam Islam seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Keilmuan sebagai dasar pokok bangunan intelektual Islam. Keilmuan sebagai pembangun peradaban manusia. Keilmuan sebagai pengayaan intelektual guna melepaskan diri dari kemiskinan ilmu yang bisa berakibat pada kebodohan yang untuk selanjutnya sangat mungkin terjatuh dalam jurang kekafiran.
Sejak runtuhnya kekhalifahan Islam, secara global telah terjadi stagnasi pemikiran dalam umat Islam. Kemandegan pemikiran tersebut selain dipicu oleh hancurnya simbol tatanan kebudayaan di Bagdad, juga karena estafeta generasi perjuangan intelektual yang mengalami carut marut. Proses transfer nilai-nilai antar generasi yang kurang, baik nilai-nilai ruh pergerakan maupun nilai-nilai kultural yang membangun peradaban itu sendiri. Sehingga pada masa-masa selanjutnya terjadilah pergerakan-pergerakan tanpa ruh, gagap nilai, kebimbangan, pragmatisme yang mejadikan pergerakan itu sendiri berjalan tanpa visi dan misi mulia yang cukup jelas. Ritual-ritual kehidupan umat Islam yang berjalan tanpa nilai-nilai yang berakibat pada kelahiran dogma-dogma ritual dalam kebudayaan Islam. Hingga saat ini dogma-dogma ritual tersebut masih bisa kita rasakan dan banyak kita temukan dalam masyarakat kita. Terutama dalam masyarakat tradisional yang dalam sejarah penerimaan ajaran Islamnya masih bersifat kultural pragmatis. Hal inilah yang terkadang melenyapkan semangat pemahaman akan suatu nilai pencapaian hikmah terhadap hakikat, akan tetapi cukup hanya sebagai kesibukan sehari-hari yang dibubuhi berbagai kepentingan sebagai syarat mutlak bahwa ibadah butuh niatan. Dalam strategi berdakwah, apakah selamanya dalam masyarakat yang pragmatis suatu ajaran-ajaran harus disodorkan dalam kemasan pragmatis pula?
Walaupun kesemuanya yang dipaparkan di atas merupakan ”pilihan sadar” umat Islam pada waktu itu, namun yang kali sering terjadi adalah keterpurukan umat yang sedang berjalan di bawah sadar umat Islam. Konsekuensinya, sebagai akibat dari stagnasi inteletual, keterpurukan tersebut akan selalu menghinggap pada diri umat Islam dalam jangka waktu yang sangat lama. Adapun penyebab stagnasi intelektual sebagai salah satu faktor kemunduran dunia Islam adalah sebagai berikut :
- Euforia kejayaan umat Islam masa lampau.
- Paradigma kemapanan yang menjamur dalam setiap lini kehidupan umat Islam.
- Penyesatan umat yang banyak terjadi sebagai pemenuhan kebutuhan politis para penguasanya.
- Ritualitas kehidupan yang dilegalisasi oleh dogma-dogma keagamaan.
- Pragmatisme sebagai akibat dari masyarakat pamrih.
- Individualisme yang semakin berkembang.
- Privatisasi pendidikan sebagai akibat dari kapitalisme global.
- Sadar keumatan yang masih kurang.
- Sadar teknologi sebagai sarana keilmuan masih kurang.
Barangkali beberapa hal yang disebutkan di atas perlu kita renungkan sebagaimuhasabah keumatan. Yah, itulah komitmen kita sebagai pribadi-pribadi muslim yang tangguh.
BAB III
KEBERAGAMAN
Keberagaman merupakan suatu anugerah Allah SWT terhadap apa-apa yang ada di langit dan bumi ini. Barangkali sudah merupakan sunatullah ketika keberagaman ini menjadi variabel-variabel pengkayaan kehidupan umat manusia. Dalam hukum alam, variabel-variabel tersebut saling berkaitan antara satu sama lain sebagai suatu ekosistem kehidupan. Dengan demikian, terciptalah simbiosis-simbiosis yang cukup beragam berlandaskan pada perspektif kepentingan.
Dari analogi di atas, perspektif mana yang akan kita pakai sebagai cara pandang terhadap keberagaman sesuatu. Kesepakatan perspektif menjadi sangat penting karena cara pandang terhadap suatu keberagaman berimplikasi pada cara pengambilan suatu sikap yang akan dilakukan terhadap keberagaman tersebut. Nah, perangkat seperti inilah yang akan digunakan oleh penulis sebagai alat pengkajian tentang kemunduran dunia Islam sebagai akibat dari adanya keberagaman.
Suatu ketika Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa perbedaan adalah rahmat. Hal tersebut membuktikan bahwa di masa Rasulullah SAW keberagaman umat sudah bukan hal baru lagi. Entah itu beragam dalam hal bangunan identitas suatu individu maupun masyarakat hingga pada keberagaman pola pemikiran sekalipun. Artinya, tidak terlepas dari semangat perbedaan adalah rahmat, nabi sendiri menawarkan beberapa solusi mekanis seperti musyawarah mufakat, silaturahmi maupun forum-forum lainnya. Entah rahmat itu sendiri ditafsirkan sebagai instrument pengkayaan intelektual yang pada nantinya akan menjadi komponen-komponen pembangun peradaban umat Islam.
Awal kemunduran dunia Islam dimulai dari perpecahan yang terjadi di dalam tubuh umat Islam sendiri. Perpecahan ini sendiri muncul dari keberagaman umat yang tidak disikapi secara dewasa. Keberagaman umat itu sendiri terdiri dari beberapa hal, diantaranya adalah :
- Keberagaman Garis Keturunan (Bani)
Keberagaman ini memunculkan sentimen-sentimen kelompok garis keturunan (bani). Sehingga masing-masing kelompok merasa bahwa kelompoknyalah yang paling unggul daripada kelompok-kelompok yang lain. Nilai-nilai negatif yang dimunculkan adalah menguatnya semangat Nepotis dalam berbagai aktifitas dunia Islam terhadap kelompoknya. Akhirnya terjadilah konflik-konflik antar kelompok dalam perebutan pengaruh kekuasaan. Paling parah adalah puncak konflik yang dimunculkan yaitu terjadinya perang saudara sebagai gerakan anarkis massal.
- Keberagaman Tafsiran (interpretasi)
Awal dari munculnya keberagaman ini adalah hasil dari interpretasi-interpretasi yang berbeda terhadap pemahaman teks-teks Al Quran maupun Hadis. Begitu juga dengan riwayat atau sejarah perjalanan Rasulullah SAW. Dari pemahaman yang beranekaragam ini maka muncullah kelompok-kelompok yang membagi dirinya berdasarkan interpretasinya terhadap beberapa hal di atas. Yang demikian itu untuk selanjutnya berpengaruh pada keragaman ritualitas, teknis cara beribadah dan beberapa prinsip-prinsip kehidupan lainnya. Karena sifatnya yang multiinterpretatif, maka keberagaman yang satu ini sering melahirkan keberagaman-keberagaman yang lain. Ironis memang, bahwa fenomena ini sering dijadikan instrument pemicu konflik intern beragama.
Keberagaman yang telah diuraikan di atas tidak lebih dari kondisi internal yang terjadi dalam tubuh umat Islam. Ketidaksiapan umat dan penyikapan yang tidak dewasa inilah yang pada nantinya akan memicu konflik-konflik yang tidak menguntungkan bagi Ukhuwah Islamiyah. Efek samping yang dihasilkan salah satunya ialah kondisi umat yang disibukkan untuk meladeni konflik-konflik tersebut. Akhirnya umat Islam hanya tersibukkan untuk melakukan manuver-manuver konflik yang makin melemahkan infrastruktur umat Islam itu sendiri. Padahal tuntutan zaman menuntut adanya perubahan pada suatu peradaban yang lebih maju .
Beberapa perubahan peradaban ke arah yang lebih maju membutuhkan perubahan paradigma. Terlebih paradigma yang dimaksud adalah suatu ideologi yang melandasi suatu perubahan tersebut. Sehingga muncullah keberagaman ideologi dengan berbagai tawaran perubahannya ke permukaan bumi ini. Bagaimana umat Islam menghadapi kondisi riil semacam ini? Ketika umat Islam disibukkan akan konflik internal yang hingga saat ini belum selesai.
Faktanya, konflik internal pada diri umat Islam ini terjadi cukup lama. Sehingga ketika dihadapkan pada realitas industri, mekanisme pasar, perbankan dan lain sebagainya sebagai jabang bayi kapitalisme global, apa tawaran Islam terhadap berbagai persoalan tersebut?Apakah selamanya kita akan menghujat sejarah?Ataukah bereuforia atas kejayaan masa lampau? Atau menolak hasil dari peradaban universal yang sudah di depan mata ini. Sahkah bila peradaban universal yang dimaksud adalah modernisasi dan westernisasi?
Bisa jadi uraian di atas merupakan dorongan langkah awal kita untuk melakukan perubahan-perubahan kultural demi tegaknya Ukhuwah Islamiyah.
BAB IV
DUNIA ISLAM DIBAWAH PENJAJAHAN BANGSA BARAT
Periode modern dalam sejarah islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung sampai sekarang.di awal periode ini kondisi dunia islam secara politis beradah di bawah penetrasi kolonialisme.baru pada pertengahan abad ke-20 M dunia islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan barat.
Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan.pada periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam islam.gerakan pembaharuan itu paling tudak muncul karena dua hal :
1) Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran islam. Ajaran-ajaran itu bertentangan dengan semangat ajaran islam yang sebenarnya , seperti bid’ah , khurafat dan takhyul . ajaran-ajaran inilah, menurut mereka , yang membawa islam menjadi mundur .oleh karena itu ,mereka bangkit untuk membersihkan islam dari ajaran atau paham seperti itu .gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi .
2) Pada periode ini barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradapan.persentuhan dengan barat menyadarkan tokoh-tokoh islam akan ketinggalan mereka.karana itu, mereka berusaha bangkit dengan mencontoh barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power
- PENJAJAHAN BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM DI ANAK BENUA INDIA DAN ASIA TENGGARA
India ketika berada pada masa kemajuan pemerintahan kerajaan mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. hal itu mengundang eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang kesana. Di awal abad ke-17 M inggris dan belanda mulai menginjakkan kaki di India. Pada tahun 1611 M inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izi yang sama.
Kongsi dagang inggris,Britis East India Compani {BEIC}mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur ketika ia merasa cukup kuat, pengusaha-pengusaha setempat mencoba mempertahankan kekuasaan, dan berperang melawan inggris tahun 1761 M namun, mereka tidak berhasil mengalahkan inggris.akibatnya,daerah-daerah oudh, Bengal,dan orissa jatuh ketangan inggris. Pada tahun 1803 M, delhi, ibu kota kerajaan mughal juga berada di bawah bayang-bayang kekuasaan inggris,karena bantuan yang di berikan inggris kepada raja ketika mengalahkan aliansi sikh-hindu yang berusaha menguasai kerajaan. Mulai saat itulah inggris leluasa mengembangkan sayap kekuasaannya di anak benua India dan sekitarnya. Pada tahun 1842 M keamiran meslim sind di India di kuasainya.
Asia tenggara,negeri tempat isla baru mulai berkembang, yang merupakan daerah rempa-rempa terkenal pada masa itu justru menjadi ajang oerebutan Negara-negara eropa.hal ini karena dibandingkan dengan mughal kerajaan-kerajaan islam di isia tenggara lebih lemah sehingga dengan mudah dapat di taklukkan.
Tahun 1511 M, portugis menaklukan kerajaan islam malaka{15 M }yang merupakan kerajaan islam ke dua di asia tenggara setelah samudra pasai.sejak itu, peperangan antara portugis dengan kerajaan-kerajaan islam di indonesua, portugis menjajah paling lama di timor-timor.
Akhir abad 16 M, belanda, unggris, denmark, dan prancis datang ke asia tenggara.tahun 1595 M belanda datang dengan segera dapat memonopoli perdagangan di kepulauan nusantara. Kongsi dagang VOC juga memainkan peran politik. Peperangan yang terjadi karena hal tersebut antara lain:perang aceh, perang padri,perang di ponogoro
- KEMUNDURAN KERAJAAN USMANI DAN EKSPANSI BARAT KE TIMUR TENGAH
Kekalahan besar kerajaan usmani dalam mengadapi serangan eropa di wina tahun 1683 M membuka mata barat bahwa kerajaan usmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah kerajaan usmani berulangkali mendapat serangan-serangan besar dari barat,
Sejak kekalahan dalam pertempuran wina itu, kerajaan usmani juga menyadari akan kemundurannya dan kemajuan barat. Usaha-usaha pembaharuan mulai dilaksanakan dengan mengirim duta-duta ke Negara-negara eropa, terutama perancis, untuk mempelajari suasana kemajuan di sana dari dekat. Pada tahun 1717 M, seorang perwira perancis, De Rochefort, datang ke istambul dalam rangka membentuk korp artileri dan melatih tentara usmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran modern. Pada tahun 1729 M, datang lagi Comte de Bonnepal, juga dari perancis, untuk memberi latihan penggunaan meriam modern. Pada tahun 1734 M, untuk pertama kalinya sekolah tehnik militer di buka. Usaha pembaharuan ini tidak terbatas dalam bidang militer. Dalam bidang-bidang yang lain pembaharuan juga dilaksanakan, seperti pembukaan percetakan di istambul tahun 1727 M, untuk kepentimgan kemajuan ilmu pengetahuan. Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku eropa ke dalam bahasa turki.
Penyebab kegagalan kemunduran kerajaan turki usmani adalah kelemahan raja-raja usmani karena wewenangnya sudah jauh menurun. Di, samping itu, keuangan Negara mengalami kebangkrutan. Factor terpenting lainnya yang membawa kegagalan itu adalah karena ulama dan tentara Yenissari yang sejak abad ke-17 M menguasai suasana politik dalam kerajaan usmani serta menolak usaha pembaharuan itu. Dengan demikian, kerajaan usmani terus saja mendekati jurang kehancurannya, sementara barat yang menjadi ancaman baginya semakin besar.
Usaha pembaharuan turki usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaharuan utama, yaitu tentara yenissari dibubarkan oleh sultan mahmud II {1807-1839 M} pada tahun 1826 M. struktur kekuasaan kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan, buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa turki, siswa-siswa berbakat dikirim ke eropa untuk belajar, dan yang terpenting sekali adalah sekolah-sekolah yang berhubungan dengan kemiliteran didirikan.
Ketika perang dunia I meletus,pada tahun 1915 M turki bergabung dengan jerman yang mengalami kekalahan.sampai tahun 1919 M akibatnya, kekuasaan kerajaan usmani semakin ambruk. Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah di asia dan afrika yang sebelumnya dikuasai turki usmani, melepaskan diri dari konstantinopel. Dari sekian banyak faktor yang menyebabkan kemunduran turki usmani itu yang tak kalah pentingnya adalah timbulnya perasaan nasionalisme pada bangsa-bangsa yang berada dibawah kekuasaannya. Perang dunia itu merupakan babak akhir proses penaklukan barat terhadap negeri-negeri islam. Sejak itu, seakan- akan tidak ada lagi kerajaan islam yang betul-betul merdeka.
Factor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan eropa ke negeri-negeri muslim adalah ekonomi dan politik.kemajuan eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di samping rempa-rempa. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat mereka dapat memasarkan hasil industri itu. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi, persoalan agama seringkala terlibat dalam proses politik penjajahan barat atas negeri-negeri islam ini.
- BANGKITNYA NASIONALLISME DI DUNIA ISLAM
Benturan-benturan antara islam dan kekuatan eropa telah menyadarkan ummat islam bahwa mereka jauh tertinggal dari eropa.
Ada dua factor yang saling mendukung pemulihan kekuatan islam:
- kemurnian ajaran islam dari unsur-unsur asing yang menjadi pentebab kemunduran islam
- menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari barat,yang pertama:gerakan wahabi yang dipelopori oleh Muhammad ibnu Abd al-Wahhab {1703-1787 M }di arabi, yang kedua:adanya pengiriman pelajar muslim oleh pengusaha turki usmani dan mesir kenegara-negara eropa.
Gagasan politik yang pertama muncul adalah gagasan pan-islamisme (persatuan islam sedunia}yang mula-mula didengungkan oleh gerakan wahhabiyah dan sanusia. Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir islam terkenal, jamaluddin al-afghani (1839-1897 M).
Menurut L. Stoddard, al-afganilah orang pertama yang menyadari sepenuhnya akan dominasi barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengapdikan dirinya untuk memperingatkan dunia islam akan hal itu, dan melakukan usaha-usaha yang teliti untuk pertahanan. Ia juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional nagari-negeri Islam. Karena itu, al-afghani dikenal sebagai bapak nasionalisme dalam Islam.
Di mesir cita-cita untuk mendirikan satu Negara arab menghadapi tantangan yang sangat berat.untuk mencapai cita-cita itu mereka harus melaluidua tahap:
- kemerdekaan wilayah masing-masing dari kekuasaan penjajah
- berusaha mendirikan kesatuan arab.
Pada tanggal 12 maret 1945 mereka berhasil mendirikan Negara arab.
Persatuan antara komunitas hindu dan islam sulit diwujudkan.oleh karma itu ummat islam dianak benua India tidak menganut nasionalisme tetapi islam misme yang dalam masyarakat India dikenal dengan nama komunak\liame gagasan komunalisme Islam disuarakan oleh liga muslimin yang merupakan saingan bagi partai kongres nasional dukungan nayoritas penganut agama Hindu,
Partai politik besar yang menentang penjajahan di Indonesia adalah Serikat Islam yang didirikan tahun 1912. tak lama kemudian berdiri juga partai-partai politik lainnya seperti: Partai Nasional Indonesia (PNI), Persatuan Muslim Indonesia (PERMI)
Gagasan-gagasan nasionalisme dan gerakan-gerakan untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajah barat yang kapir juga bangkit di negeri-negeri Islam lainnya.
- KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM DARI PENJAJAHAN DUNIA ISLAM
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama ummat Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan yang bebas dari pengaruh politik barat
Negara berpenduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia
Negara Islam kedua yang merdeka dari penjajahan adalah Pakistan yaitu tanggal 15 agustus 1945. Presiden pertamanya adalah Ali Jinnah
Di Asia Tenggara Malaysa yang waktu itu termasuk Singapura mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957 dan Brunai Darussalam tahun 1984 M.
Demikianlah,satu persatu negeri-negeri Islam memerdekakan diri dari penjajahan
Namun sampai saat ini masih ada ummat islam yang berharap mendapatkan otonomi sendiri.mereka itu adalah penduduk minoritas muslim dalam negera-negara nasional.,seperti kasmir di India.meskipun mereka hidup dalam Negara merdeka namun status sebagai minoritas sering kali menyulitkat mereka dalam meningkatkan kesejahteraan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
- Yatim Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT.Grapindo persada.
- Hourani, Albert. 2004. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim. Mizan.
- Hitti, Philip K. Dunia Arab Sejarah Ringkas. Bandung: Sumur Bandung Terjemahan dari Usuludin Hutagalung dan O.D.P Sihombing;cetakan ketujuh
- Huntington, Samuel P. 2000. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. Qalam.
- Mutholib, Abdul dkk. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam I. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
- Syari’ati, Ali. Membangun Masa Depan Islam. Mizan
0 Kommentare on Makalah Sejarah Peradaban Islam Kemunduran Dunia Islam :
Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !