MAKALAH HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN FILSAFAT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tukan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-NYalah kami dapat menyelesaikan makalah FILSAFAT DAKWAH dengan judul: Hubungan Ilmu Dakwah Dengan Filsafa. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi
penulisan, penyusunan kata, maupun penggunaan bahasa. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna membuat makalah
ini menjadi lebih baik.
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya. . Semoga Allah SWT selalu Melimpahkan Rahmat dan Redhonya, Amin.
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk berjiwa, dan kehidupan kejiwaan tersebut
Direfleksikan
dalam perilaku; aktivitas manusia. Kekuatan atau kemampuan jiwa manusia
dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu (dichotomy)
a. Kemampuan manusia menerima stimulus dariluar. Kemampuan ini berhubungan denganpengenalan (kognisi).
B .Kemampuan manusia untuk melahirkan apayang terjadi dalam jiwanya. Kemampuan iniberhubungan dengan motif, kemauan (konasi)
Akan
tetapi sebenarnya ada satu hal lagi yaitu bahwa selain manusia
mempunyai kemampuan menerima stimulus dari luar dan menyatakan apa yang
diinginkan, manusia masih dapat melihat efek atau akibat dari stimulus
yang muncul yang terdapat dalam jiwa manusia. Dengan demikian kemampuan
jiwa dibedakan atas tiga penggolongan besar, yaitu :
a. Kognisi, yang berhubungan dengan pengalaman.
b. Emosi, yang berhubungan dengan perasaan.
c. Konasi, yang berhubungan dengan motif.
B. RUMUSAN MASALAH
- Apa Yang Di Maksud Dengan Peristiwa – Peristiwa Kejiwaan Pada Manusia ?
- Apa Itu PERSEPSI ?
- Apa Saja Macam – Macam Peristiwa – Peristiwa Kejiwaan Pada Manusia ?
C. TUJUAN
Dalam
tujuan pembahasan ini merupakan hal yang sangat penting untuk
dijelaskan sebab dengan tujuan pembahasan ini mudah untuk mengetahui
beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam perumusan masalah
diatas, maka tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Peristiwa – Peristiwa Kejiwaan Pada Manusia
- Untuk mengetahui Peristiwa – Peristiwa Kejiwaan Pada Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
PERISTIWA – PERISTIWA KEJIWAAN PADA MANUSIA
PERISTIWA – PERISTIWA KEJIWAAN
Telah
dipaparkan dimuka bahwa manusia merupakan makhluk yang berjiwa, dan
kenyataan ini kiranya tidak ada yang membantah, dan kehidupan kejiwaan
itu direflesikan dalam prilaku dan aktivitas manusia.
PERSEPSI
Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan,
sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia
sekitarnya. Mulai saat itu pula individu menerima stimulus dari luar
dirinya, dan ini berkaitan dengan persepsi.
PERSEPSI
merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu
yang diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau bisa
juga disebut proses sensoris. Namun prose situ tidak berhenti begitu
saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya
merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapa lepas
dari proses penginderaan, proses pengindraan merupakan proses pendahulu
dari proses persepsi.
Ada 2 macam persepsi
1. Persepsi terhadap obyek (lingkungn fisik)
Persepsi
terhadap lingkungan fisik kadang disebut juga ilusi perceptual, yaitu
persepsi yaitu persepsi yang mengecoh alat-alat indera yang selanjutnya
akan berdampak pada persepsi kita.
Latar belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologis yang berbeda akan membuat persepsi kita berbeda atas suatu obyek.
2. Persepsi terhadap Manusia.
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
· Objek yang dipersepsi
Objek
menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat dating dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai
syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar
stimulus datang dari luar individu.
· Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat
indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping
itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk menuruskan
stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak
sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan
syaraf motoris.
· Perhatian
Untuk
menyadari alat untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau
sekumpulan objek.
Dari
hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan persepsi
adanya beberapa factor yang berperan, yang merupakan syarat agar
terjadi persepsi, yaitu :
1. Objek atau stimulus yang dipersepsi
2. Alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis
3. Perhatian, yang merupakan syarat psikologis.
Proses terjadinya persepsi
Proses
terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menumbulkan
stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.perlu
dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada
kalanya bahwa antara objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam
hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan
terasa tekanan tersebut.
Proses
stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses
fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf
sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis.
Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga
individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa
yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran
inilah yang disebut proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari
tentang misalnya apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang
diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini
merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi
sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil individu
dalam berbagai macam bentuk.
Factor – factor yang mempengaruhi persepsi
Faktor-faktor
yang memengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi,
dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi
di mana persepsi tersebut dibuat. a.Asumsi Yang Didasarkan Pada
Pengalaman Masa Lalu dan Persepsi Persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi –
asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu dikemukakan oleh
sekelompok peneliti yang berasal dari Universitas Princenton seperti
Adelbert Ames, Jr, Hadley Cantril, Edward Engels, William H. Ittelson
dan Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang disebut dengan
pandangan transaksional (transactional view). Konsep ini pada dasarnya
menjelaskan bahwa pengamat dan dunia sekitar merupakan partisipan aktif
dalam tindakan persepsi. Para pemikir transaksional telah mengembangkan
sejumlah bukti yang meyakinkan bahwa persepsi didasarkan pada asumsi.
Salah satu yang paling menonjol, yang ditemukan oleh Adelbert Amer, Jr.,
disebut monocular distorted room. “Ruangan dibangun sedemikian rupa
sehingga dinding belakang berbentuk trapesium, dimana jarak vertikal ke
atas dan ke bawah pada sisi kiri dinding lebih panjang daripada jarak
vertikal ke atas dan ke bawah pada sisi kanan dinding. Dinding belakang
terletak pada suatu sudut, sehingga sisi kiri terlihat lebih jauh ke
belakang dari pada sisi kanan. Jika seorang pengamat berdiri di depan
ruangan dan mengamati melalui sebuah lubang kecil, maka ruangan akan
terlihat seperti sebuah ruangan yang benar – benar membentuk empat
persegi panjang. Jika dua orang berjalan melalui ruangan dan berdiri
pada sudut belakang, maka sesuatu yang menarik akan terjadi. Bagi si
pengamat yang melihat melalui sebuah lubang, salah satu orang yang
berada di sisi kanan akan terlihat sangat besar karena orang ini berada
lebih dekat dengan si pengamat dan memenuhi keseluruhan ruangan antara
lantai dan langit – langit. Sedangkan orang yang berada di sisi kiri
akan terlihat sangat kecil karena berada jauh dari si pengamat. Ilusi
ini terjadi karena pikiran si pengamat mengasumsikan bahwa dinding
belakang parallel dengan dinding depan ruangan. Asumsi ini berdasarkan
pengalaman terdahulu yang menggunakan ruangan – ruangan lain yang mirip.
Ilusi ini akan semakin kuat apabila dua orang yang berada di sudut yang
berbeda tersebut saling bertukar tempat, maka salah satu akan terlihat
lebih besar dan yang satunya lagi terlihat lebih kecil tepat di depan
mata si pengamat ”
Jenis-jenis persepsi
Ø Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita
untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari
bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling
sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
Ø Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
CONTOH : ketika ada bayi menangis, orang mengatakan ingin digendong, ingin makan, atau ingin buang air kecil.
Ø Persepsi perabaan
CONTOH : orang mengatakan bulu kucing halus, tetapi ada juga yang mengatakan bulu kucing tidak halus.
Ø Persepsi penciuman
CONTOH : banyak orang yang mengatakan bunga mawar wangi, tetaoi ada juga yang tidak.
Ø Persepsi pengecapan
CONTOH : ada yang mengatakan mangga muda manis, tetapi ada juga yang mengatakan asem, bahkan tidak berasa.
Konsisten dalam persepsi
a. Konsistensi bentuk
Pengalaman memberikan pengertian bahwa uang logam itu bulat. Hal
tersebut sebagai persepsi, yaitu bahwa uang logam itu bulat, disimpan
dalam ingatan seseorang. Kalau seseorang melihat uang logam dalam
keadaan miring, maka akan kelihatan bahwa uang logam itu tidak bulat.
Namun orang akan selalu berkata -- dan ini sebagai hasil persepsi--
bahwa uang logam itu bulat, sekalipun yang dilihat uang logam pada
posisi tidak miring tidak bulat. Ini berarti bahwa hasil persepsi itu
tidak semata-mata ditentukan oleh stimulus secara objektif semata,
tetapi individu yang mempersepsi ikut aktif dalam hasil persepsi. Inilah
yang disebut knsisternsi bentuk dalam persepsi.
b. Konsistensi warna
c. Konsistensi ukuran
Baik
dalam konsisten bentuk ,konsisten warna, maupun konsisten ukuran
memberikan gambaran bahwa dalam seseorang mempersepsi sesuatu tidak
hanya akan ditentukan oleh stimulus secara objektif semata, namun apa
yang ada pada diri orang yang bersangkutan akan ikut menentukan hasil
persepsi, termasuk pengalaman.
FANTASI (khayalan)
Fantasi
adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau
bayangan-bayangan baru. Dengn kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan
diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau kedepan,
kekeadaan-keadaan yang akan mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa
manusia dapat terjadi :
1. Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasunya. Misalnya
seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan
fantasinya, seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya
fantasinya.
2. Secara
tidak sadar, yaitu apabila individu tidak secara sadar telah dituntut
oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak.
Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis, sekalipun
tidak ada niat atu maksud dari anak untuk berdusta. Misalnya seorang
anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan senyatanya,
sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong. Dalam hal ini anak dengan
tidak disadari dituntut oleh fantasinya.
Fantasi
memungkinkan kita mengikuti seorang pengarang atau pencerita dalam
ceritanya,mersakan apa yang dirasakan pengubah lagu, dan mengikuti apa
yang diciptakan, baik oleh seorang seniman maupun oleh seorang cerdik
pandai. Dengan demikian dapat kita bedakan antara Fantasi Pencipta dan
Fantasi Terpimpin.
§ Fantasi menciptakan atau kreatif adalah bentuk atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Misalnya
seorang seniman berkhayal membuat lagu dan dinyanyikan didepan orang
banyak atau anak-anak berhayal bisa membuat pesawat terbang.
§ Fantasi terpimpin adalah bentuk atau jenis fantasi yang dituntut oleh pihak lain. Misalnya seorang
yang melihat film, orang ini dapat mengikuti apa yang diihatnya dan
dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan
perantaran film itu, sehingga dengan demikian fantasinya dituntut atau
dipimpin oleh film tersebut.
Dilihat dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dapat dibedakan menjadi :
v Fantasi
yang mengabtraksi, yaitu cara orang berfntasi dengan mengabtraksikan
beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan dipakailah bahan apersepsi yaitu lapangan.
v Fantasi yang mendeterminasi, yaitu cara orang berfantasi dengan cara mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya anak
belum pernah lihat harimau. Yang telah mereka kenal kucing, maka kucing
dipergunakan sebagai bahan apresiasi untuk memberikan pengertian
mengenai harimau. Dalam berantasi harimau, dalam bayangannya seperti
kucing, tetapi besar.
v Fantasi
yang mengkombinasi,yaitu cara orang berfantasi dimana orang
mengkombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayangan yang ada
pada individu bersangakutan. Berfantasi tentang ikan duyung, yaitu
kepalanya kepala seorang wanita, tapi badannya badan ikan. Jadi ada
kombinasi anatara badan manusia dengan badan ikan.
Fantasi kombinasi inilah yang banyak digunakan orang. Misalnya ingin membuat rumah dengan mengkombinasikan rumah model eropa dengan atap model minangkabau.
ILLUSI dan HALUSINASI
halusinasi
adalah suatu persepsi sensori yang salah tanpa rangsangan dari luar
yang sebenarnya, mungkin karena gangguan emosi atau stress (reaksi
histerik, deprivasi sensorik), psikosa fungsional atau keracunan (obat,
alkohol, halusinogen) dan dapat terjadi pada setiap indra.
Tapi yang sering terjadi adalah halusinasi auditorik (pendengaran) dan halusinasi Visual (penglihatan), halusinasi auditorik lebih sering terjadi karena adanya gangguan jiwa, sedangkan halusinasi visual biasanya terjadi karena pengaruh zat halusinogen seperti alkohol, narkoba dan perubahan molekuler neuron otak.
Ilusi adalah sebuah kondisi mempersepsikan berbeda terhadap sebuah obyek, sebagai contoh mengapa ketika anda melihat sebuah permainan sulap sebenarnya anda sedang mengalami ilusi, pesulap melakukan tehnik membuat sebuah obyek dipersepsi berbeda oleh seseorang. Dedy Corbuizer menyebut dirinya sebagai seorang Mentalis Illusionis, David Coperfield menganggap dirinya sebagai seorang Ilusionis sejati bukan seorang Halusionis.
Ada yang beranggapan bahwa ilusi terjadi karena ada rangsang sedangkan halusinasi terjadi tanpa ada rangsang, dengan pendapat ini tentu untuk orang awam pengertiannya menjadi sulit dicerna meskipun sebenarnya maksud atau pengertiannnya benar, untuk menyederhanakan arti maka halusinasi adalah merasa melihat obyek tanpa benar - benar ada obyek.
Tapi yang sering terjadi adalah halusinasi auditorik (pendengaran) dan halusinasi Visual (penglihatan), halusinasi auditorik lebih sering terjadi karena adanya gangguan jiwa, sedangkan halusinasi visual biasanya terjadi karena pengaruh zat halusinogen seperti alkohol, narkoba dan perubahan molekuler neuron otak.
Ilusi adalah sebuah kondisi mempersepsikan berbeda terhadap sebuah obyek, sebagai contoh mengapa ketika anda melihat sebuah permainan sulap sebenarnya anda sedang mengalami ilusi, pesulap melakukan tehnik membuat sebuah obyek dipersepsi berbeda oleh seseorang. Dedy Corbuizer menyebut dirinya sebagai seorang Mentalis Illusionis, David Coperfield menganggap dirinya sebagai seorang Ilusionis sejati bukan seorang Halusionis.
Ada yang beranggapan bahwa ilusi terjadi karena ada rangsang sedangkan halusinasi terjadi tanpa ada rangsang, dengan pendapat ini tentu untuk orang awam pengertiannya menjadi sulit dicerna meskipun sebenarnya maksud atau pengertiannnya benar, untuk menyederhanakan arti maka halusinasi adalah merasa melihat obyek tanpa benar - benar ada obyek.
Contoh :
Seorang klien berusia 35 tahun bernama Tn M merasa mendengar bisikan -
bisikan yang mengatakan "kamu jelek, kamu jahat, kamu gak bisa apa -
apa", ketika di evaluasi di lingkungan tidak ada saksi yang mendukung
bahwa mereka mendengar suara seperti yang didengar Tn. M.
Sedangkan Ilusi terjadi ketika anda melihat sebuah sendok dibengkokkan, sendok tersebut tidak benar - benar bengkok tetapi oleh sang magician kita di ilusikan sehingga melihat sendok tersebut menjadi bengkok. Tenik ilusi ini yang membuat segala hal mustahil menjadi masuk akal. Bagaimana dengan orang yang melihat hantu? ada dua versi yang muncul, dia memiliki indra ke enam atau dia berhalusinasi. Untuk mengukurnya maka jika dia merasa memiliki indra ke enam maka orang dengan kemampuan indra ke enam pula dapat melihat sama persis dengan orang yang mengatakan melihat hantu, dikatakan halusinasi jika hanya dia yang melihat hantu dan orang yang memiliki indra keenam tidak menemukan dan tidak melihatapa - apa.
Halusinasi dan ilusi maupun melihat hantu bisa diukur dan dievaluasi, sehingga akan sangat mudah membedakan mana ilusi, mana halusinasi, mana yang memiliki indra ke enam. Dengan mengetahui perbedaan 3 fenomena tersebut maka kita lebih mudah mendeteksi apakah seseorang tersebut mengalami halusinasi atau memang dia seorang paranormal. Seorang paranormal yang merasa melihat hantu akan didukung oleh paranormal lain yang juga melihat hantu, sedangkan seorang penderita halusinasi hanya dia yang melihat hantu sedangkan paranormal atau orang dengan indra ke enam tidak merasakan dan melihat apa - apa. Jika menderita halusinasi maka harus diterapi seperti penderita halusinasilainnya.
Sedangkan Ilusi terjadi ketika anda melihat sebuah sendok dibengkokkan, sendok tersebut tidak benar - benar bengkok tetapi oleh sang magician kita di ilusikan sehingga melihat sendok tersebut menjadi bengkok. Tenik ilusi ini yang membuat segala hal mustahil menjadi masuk akal. Bagaimana dengan orang yang melihat hantu? ada dua versi yang muncul, dia memiliki indra ke enam atau dia berhalusinasi. Untuk mengukurnya maka jika dia merasa memiliki indra ke enam maka orang dengan kemampuan indra ke enam pula dapat melihat sama persis dengan orang yang mengatakan melihat hantu, dikatakan halusinasi jika hanya dia yang melihat hantu dan orang yang memiliki indra keenam tidak menemukan dan tidak melihatapa - apa.
Halusinasi dan ilusi maupun melihat hantu bisa diukur dan dievaluasi, sehingga akan sangat mudah membedakan mana ilusi, mana halusinasi, mana yang memiliki indra ke enam. Dengan mengetahui perbedaan 3 fenomena tersebut maka kita lebih mudah mendeteksi apakah seseorang tersebut mengalami halusinasi atau memang dia seorang paranormal. Seorang paranormal yang merasa melihat hantu akan didukung oleh paranormal lain yang juga melihat hantu, sedangkan seorang penderita halusinasi hanya dia yang melihat hantu sedangkan paranormal atau orang dengan indra ke enam tidak merasakan dan melihat apa - apa. Jika menderita halusinasi maka harus diterapi seperti penderita halusinasilainnya.
Orang
dapat mengamati atau dapat mempersepsi suatu atas dasar stimulus yang
diterima. Dalam memberikan interpretasi atau dalam mengartikan stimulus
itu individu kadang-kadang mengalami kesalahan. Kesalahan dalam
memberikan arti terhadap stimulus yang diterima disebut illusi. Jadi
Illusi merupakan kesalahan individu dalam memberikan interpretasi atau
arti terhadap stimulus yang diterimanya. Misalnya tonggak
dikira sebagai orang yang sedang berdiri. Jadi disini terdapat
kesalahan objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus itu diartikan
sebagai orang yang sedang berdiri.
Ilusi terjadi karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan psikologis (mental set) dari individu.
MEMORI (ingatan)
Memori adalah
kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan
kesan-kesan. Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan, ialah : menerima
kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan. Contoh: ingatan ketika jatuh, ingatan ketika mempelajari suatu buku.
Kohnsatam mengatakan bahawa ingatan adalah semacam jiwa yang berhubungan didalam suatu waktu. Sedangkan Stern
menyatakan bahwa ingatan sebagai hubungan masa lampau. Proses ini
menurut Bast terjadi karena informasi yang kita terima sebelum masuk dan
diproses oleh subsistem akal pendek terlebih dahulu disimpan sesaat
atau tepatnya melewati tempat penyimpanan sementaradalam subsistem
penyimpanan pada syarat penerima informasi yang disebut sensory memory alias memory register. Dalam dunia kedokteran subsistem ini lazim disebut saraf sensorik yang berfungsi mengirimkan implus-implus ke otak.
Ada
banyak klasifikasi ingatan berdasarkan durasi, alam, dan pengambilan
sesuatu yang diinginkan. Pada dasarnya ingatan dapat dibagi pada dua
kategori yaitu ingatan eksplisit dan implisit.
BERPIKIR
Sebagaimana kita maklumi, bahwa berfikir bahwa berpikir tidak dapat
dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia bisa saja memikirkan masalah-masalah
yang muncul dari situasi dan kondisi masa kini, masa lampau ataupun
masalah-masalah yang akan datang. Dalam proses berpikir itu, sebenarnya
orang tidak akan diam atau pasif, tapi jiwanya aktif untuk mencari
penyelesaian masalah. Untuk itu proses berpikir lebih tepat jika
dikatakan bersifat dinamis, bukan statis atau pasif dan mekanitis
sebagaimana sering dipersepsikan orang. Pendapat bahwa berpikir sebagai
proses memecahkan suatu masalah atau problem solving merupakan pendapat psikologi modern.
Pada hakikatnya berpikir merupakan hasil dari transfer of training atu latihan yang
dilakukan terus-menerus tentang suatu masalah sehingga kerangka logis
dan kebiasaan kerja kerasnya dalam berpikir akan berakibat pada kemajuan
berpikir untuk bidang lain. Misalnya seseorang
anak yang cerdas dibidang ilmu pasti biasanya memiliki prestasi yang
baik juga dalam ilmu bahasa. Hal ini mengandung arti bahwa kecerdasan
atau prestasi ilmu tersebut merupakan kemampuan yang dapat ditransfer
dalam kemampuan prestasi bahasa dan akhirnya bisa ditransfer
kebidang-bidang lainnya.
Adapun bentuk-bentuk berpikir bisa dibagi dalam beberapa bentuk berikut :
1. Berpikir dengan pengalaman (rountine thinking).
Dalam bentuk ini seseorang lebih banyak bergerak atau giat menghimpun
pengalaman-pengalaman. Jika dihubungkan dengan berpikir sebagai proses
pemecah masalah, maka proses pemecah masalah itu didasarkan pada
berbagai macam pengalaman yang pernah dialami pada masa lalu. Atau
didasarkan pada hasil pengalaman orang lain mengenai bagaimana
memecahkan suatu masalah.
2. Berpikir
Representatif. Bentuik ini sangat bergantun g ;pada ingatan-ingatan dan
tanggapan-tanggapan saja.Tanggapan-tanggapan beserta ingatan-ingatan
itu digunakan sebagai himpunan cara-cara pemecahan masalah yang
dihadapi.
3. Berpikir kreatif. Bentuk ini menekankan mengenai pentingnya menghasilkan penemuan-penemuan baru.
4. Berpikir
Reproduktif. Dalam bentuk ini kita tidak akan menemukan hal baru,
tetapi hanya sekedar memikirkan kembali dan mencocokan dengan sesuatu
yang telah dipikirkan sebelumnya.
5. Berpikir Rasional. Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah, maka digunakan cara berpikir logis.
PERASAAN DAN EMOSI
Perasaan
termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan
tingkahnya yang tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal,
walau demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal.
Jadi perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan
yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan
peristiwamengenal dan bersifat subjektif. Jadi unsure-unsur perasaan
ialah :
1. Bersifat subyektif daripada gejala mengenal
2. Bersangkut paut dengan gejala mengenal
3. Perasaa dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama
Perasaan
lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula
dengan gejala-gejala jiwa lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan
seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang
lain, terhadap hal yang sama.
Misalnya
: Ada 2 orang bersama-sama menyaksikan suatu lukisan. Seorang
diantaranya menanggapi lukisan tersebut dengan senang dan kagum,
singkatnya dia menilai bahwa lukisan itu “bagus”, seorang menanggapi
lukisan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya lukisn tersebut tidak
menarik perhatiannya.
Gejala perasaan kita tergantung pada :
1. Keadaan
jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita lebih
mudah tersinggung daripada kalau badan kita dalam keadaan sehat dan
segar
2. Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya
3. Perasaan
seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Karena itu mudah
dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan
corak dalam perkembangan perasaannya. Maka selain factor yang
mempengaruhi perasaan seperti tersebut diatas masih banyak hal-hal lain
yang dapat mempengaruhi perasaan manusia, misalnya keadaan
keluarga, jabatan, pergaulan sehari-hari, cita-cita hidup dan
sebagainya. Dalam kehidupan modern banyaklah bermacam-macam alat yang
dipergunakan untuk memperkaya rangsang emosi seperti : televise, radio,
film, gambar,dll.
Mengenai
emosi Chaplin berpendapat bahwa definisi mengenai emosi cukup
bervariasiyang dikemukakan oleh para ahli psikologidari berbagai
orientasi. Namun demikian dapat dikemukakan atas general agreement
bahwa Emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas
dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta
berkaitan dengn perasaan yang kuat. Karena itu emosi lebih intens
daripada perasaan, dan sering terjadi perubahan prilaku, hubungan dengan
lingkungan kadang-kadang terganggu. Tetapi ada juga yang mengatakan
bahwa Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu
(khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku
yang mengarah atau menyingkiri terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut
pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain
dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relative singkat,
sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana hati berlangsung
dalam wakti yang relative lebih lama daripada emosi, tetapi
intensitasnya kurang disbandingkan dengn emosi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadi.A,H.Drs. 1998. Psikologo Umum. RINEKA CIPTA: Jakarta
2. Bimo Walgito,Dr.prof. 1974. Pengantar Psikologi Umum. ANDI: Yogyakarta
3. Agus Sujanto,Drs. 2004. Psikologi Umum. BUMI AKSARA: Jakarta
4. www.lintasberita.com
0 Kommentare on MAKALAH HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN FILSAFAT :
Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !