PERADABAN ISLAM PADA
MASA DAULAH BANI ABBASIYAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakan
Masalah
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Hal ini berlaku pula bagi kita para mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya untuk tidak hanya sekedar paham sains tapi juga paham akan sejarah peradaban islam di masa lalu untuk menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemunculan daulah Abbasiyah?
2. Bagaimana sistem kekhalifahannya?
3. Bagaimana masa kejayaaan daulah Abbasiyah?
4. Bagaimana runtuhnya daulah Abbasiyah?
1. Bagaimana kemunculan daulah Abbasiyah?
2. Bagaimana sistem kekhalifahannya?
3. Bagaimana masa kejayaaan daulah Abbasiyah?
4. Bagaimana runtuhnya daulah Abbasiyah?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dalam rangka merefleksi kembali sejarah islam yang telah lalu, sebagai cermin pertimbangan untuk masa mendatang. Sekaligus juga untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Dengan
tumbangnya daulah Bani Umayyah maka keberadaan Daulah Bani Abbasiyah mendapatkan
tempat penerangan dalam masa kekhalifahan Islam saat itu, dimana daulah
Abbasiyah in sebelumnya telah menyusun dan menata kekuatan yang begitu rapi dan
terencana. Dan dalam makalah ini akan diurakan sedikit mengenai berdirinya masa
kekhalifahan Abbasiyah, sistem sosial politiknya, masa kejayaan dan prestasi
apa saja yang pernah diraih serta apa saja penyebab runtuhnya daulah Abbasiyah.
A.
Kelahiran
Daulah Abbasiyah
Masa Daulah
Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The
Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik
dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang
berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan
buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang
melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi
baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar
Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak,
karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar.
Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam
berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara
lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam,
termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum
mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi
banyak kerusuhan .
Bani Abbas
telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin
Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi
kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas
yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka
mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun
Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali
Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase
terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan
dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan
mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa
ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah
Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada
masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan
cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak
masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah
gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya
dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan,
Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan
perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar
dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu
itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan
itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka
bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah
Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa
tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman
yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh
inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang
lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan
kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki
kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa
Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah
dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri
peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang
mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian
khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
B.
Sistem Politik,
Pemerintahan dan Sosial
1. Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam masalah sosial ddan pilitik diskriminas. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja. Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa
sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari kaum mawalli.
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari kaum mawalli.
b. Kota Bagdad
dijadikan sebagai ibu kota negara, ang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi,
sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa
dan penganut agama lain.
c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu
yang mulia, yang penting dan sesuatu yang harus dikembangkan.
d. Kebebasan
berpikir sebagai hak asasi manusia.
2. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu
a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan sosial
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c. Perkawina campur yang melahirkan darah campuran
d. Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu
a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan sosial
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c. Perkawina campur yang melahirkan darah campuran
d. Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .
C. Kejayaan
Daulah Abbasiyah
Masa Abbasiyah
menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara
terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan
naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian
diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim
yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga
muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh
kemajua ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas
politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi
pemicu kemajuan peradaban Islam
1. Gerakan penerjemahan
1. Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan
penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan
menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa
arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke
daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama
filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal
pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun
Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama
dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya
Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang
banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah
astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi,
drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang
bermanfa’at dan dalam hal bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah
sangat maju.
Pada masa ini,
ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yangberfungsi sebagai pusat
pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa harun ar-rasyid diganti nama menjadi
Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan
dan pusat penelitian. Pada masa al-ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya
menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu
sebagaitempatpenyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium,
dan bahkan dari Ethiopia danIndia. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis
Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai
perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan
matematika.
2. Dalam bidang filasafat
2. Dalam bidang filasafat
Pada masa ini
pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika,
geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa
itu, termasuk diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga
Al-Ghazali yang kita kenal dengan julukan Hujjatul Islam.
3. Perkembangan Ekonomi
Ekonomi
imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam
industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari
Samarkand, serta berbagai produk pertanian sepertigandum dari mesir dan kurma
dari iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai
wilayah kekuasaan Abbasiyahdan Negara lain.
Karena
industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung
lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang
dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan erdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan erdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia
.
4. Dalam bidang Keagamaan
4. Dalam bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, aitu tafsir bir ra’i dan tafsir bil ma’tsur .
Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M)yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakimagung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767).meskidiangap sebagai pendiri madzhab hanafi,karya-karyanya sendiri tidakada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkankarena ditulis oleh para muridnya.
C.
Runtuhnya
Daulah Abbasiyah
Tak ada gading
ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat pas untuk dijadikan cermin
atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu
bercahaya dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya
iapun mulai kaku dan akhirnya runtuh.
Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu
A. Faktor Internal
Ø Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.
Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan.
Ø Semakin
kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia
menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
Ø Dengan
profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
Ø Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok
agama.
Ø Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat
kerajaan.Ø
B. Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.Ø
Ø Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.Ø
Ø Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dinamakan
khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al
Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah
ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak
terlepas dari keamburadulan Dinasti sebelumny, dinasti Umaiyah. Pada mulanya
ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan
dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke
Bagdad. Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di
tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban
pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga
eksekutif dan yudikatif. Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya
berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya
sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di
awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga
ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya
perpustakaan dan akademi. Pada beberapa dekade terakhir, daulah Abbasiyah mulai
mengalami kemunduran, terutama dalam bidang politiknya, dan akhirnya membawanya
pada perpecahan yang menjadi akhir sejarah daulah abbasiyah.
B. Saran
Dari penjelasan di atas kita sebagai umat Islam dapat mengambil pelajaran. Sebuah sistem yang teratur akan menghasilkan pencapaian tujuan yang maksimal, seperti kisah pendirian dinasti Abbasiyah. Mereka bisa mendirikan dinasti di dalam sebuah negara yang dikuasai suatu dinasti yang menomorduakan mereka. Selain itu dari sejarah kekuasaan dinasti Abbasiyah ini kita juga bisa mengambil manfaat yang bisa kita rasakan sampai saat ini, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan. Seharusnya kita yang hidup pada zaman modern bisa meneruskan perjuangan para ilmuwan zaman daulah Abbasiyah dahulu. Sebaliknya, kita juga dapat belajar dari kekurangan-kekurangan yang ada pada dinasti besar ini agar tidak sampai terjadi pada diri kita dan anak cucu kita. Mereka telah dibutakan oleh kekuasaan, sehingga mereka tega membantai hampir seluruh keluarga dinasti Umayyah yang notabene adalah sesama umat Islam. Selain itu kecerobohan yang terjadi pada masa dinasti Umayyah terulang lagi pada masa dinasti Abbasiyah yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan dinasti Abbasiyah. Kebiasaan penguasa berfoya-foya menyebabkan runtuhnya kekuasaan yang telah susah payah mereka dirikan.
Dari penjelasan di atas kita sebagai umat Islam dapat mengambil pelajaran. Sebuah sistem yang teratur akan menghasilkan pencapaian tujuan yang maksimal, seperti kisah pendirian dinasti Abbasiyah. Mereka bisa mendirikan dinasti di dalam sebuah negara yang dikuasai suatu dinasti yang menomorduakan mereka. Selain itu dari sejarah kekuasaan dinasti Abbasiyah ini kita juga bisa mengambil manfaat yang bisa kita rasakan sampai saat ini, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan. Seharusnya kita yang hidup pada zaman modern bisa meneruskan perjuangan para ilmuwan zaman daulah Abbasiyah dahulu. Sebaliknya, kita juga dapat belajar dari kekurangan-kekurangan yang ada pada dinasti besar ini agar tidak sampai terjadi pada diri kita dan anak cucu kita. Mereka telah dibutakan oleh kekuasaan, sehingga mereka tega membantai hampir seluruh keluarga dinasti Umayyah yang notabene adalah sesama umat Islam. Selain itu kecerobohan yang terjadi pada masa dinasti Umayyah terulang lagi pada masa dinasti Abbasiyah yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan dinasti Abbasiyah. Kebiasaan penguasa berfoya-foya menyebabkan runtuhnya kekuasaan yang telah susah payah mereka dirikan.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Karen. 2002. Islam : Sejarah
Singkat. Yogyakarta : Penerbit Jendela
Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
Hasimy, A. 1993. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana
Sunanto, Musyifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Watt, W. Mongtomery.1990. Kejayaan Islam. Yogyakarta : Tiara Wacana
Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
Hasimy, A. 1993. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana
Sunanto, Musyifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Watt, W. Mongtomery.1990. Kejayaan Islam. Yogyakarta : Tiara Wacana
0 Kommentare on MAKALAH PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI ABBASIYAH :
Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !